KABARBURSA.COM - Lima emiten papan atas, yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), baru saja melaksanakan aksi buyback saham. Langkah ini menjadi sorotan investor yang mencari peluang investasi strategis. Apakah saham-saham ini layak dikoleksi untuk jangka panjang atau sekadar aksi korporasi yang memikat sementara?
Pengamat pasar modal Budy Frensidy, memberikan analisis mengenai aksi buyback ini. Dia menilai GOTO belum menarik perhatian investor karena jumlah saham yang beredar terlalu banyak. "Jumlah saham GOTO yang beredar terlalu banyak, mencapai triliunan, sehingga daya tariknya berkurang," kata Budy kepada KabarBursa, Kamis, 11 Juli 2024.
Sementara itu, ADRO justru tampil sebagai primadona di mata Budy. Dia menyebutkan bahwa ADRO memiliki rasio valuasi yang sangat menarik serta dividen yield yang menggiurkan. “ADRO yang masih menarik karena PER (Price to Earnings Ratio) hanya 4 kali, Price to Book Value (PBV) sebesar 0,8, dan dividen yield yang besar, 14 persen," jelas Budy.
Ketika ditanya tentang prospek ADRO pasca buyback, Budy optimistis. "Masih bagus pada valuasi yang masih rendah saat ini,” katanya.
Lebih lanjut, Budy menjelaskan mengenai layak atau tidaknya saham-saham tersebut dikoleksi untuk portofolio jangka panjang. Dia berpendapat bahwa saham-saham ini setidaknya layak untuk dipegang dalam jangka menengah. “Saya pikir bisa untuk medium term paling tidak,” ungkapnya.
Profil Singkat ADRO
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) merupakan perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia, dengan kegiatan usaha meliputi sektor batubara, energi, utilitas, dan infrastruktur pendukung. Selain itu, ADRO juga memiliki lini bisnis di bidang logistik dan ketenagalistrikan yang dikelola melalui anak-anak perusahaan.
Operasional utama ADRO berlokasi di Provinsi Kalimantan Selatan, dengan produk unggulan berupa Environcoal, yakni batubara termal dengan kadar polutan rendah. Adaro Energy juga memiliki aset batubara metalurgi yang bervariasi, mulai dari batubara kokas semi lunak hingga batubara kokas keras premium.
Dalam hal ekspor, pada tahun 2017, ADRO mencatat produksi dan penjualan batubara masing-masing sebesar 47,7 juta ton dan 50,4 juta ton. Angka ini hanya 6 persen dan 5 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2016. Adaro lebih banyak menjual ke pasar ekspor, terutama ke negara-negara di kawasan Asia Pasifik seperti China dan India, sementara porsi penjualan di pasar domestik relatif stabil.
Berdasarkan data terbaru dari Stockbit, ADRO memiliki struktur kepemilikan saham yang terdiversifikasi. Mayoritas saham dimiliki oleh PT Adaro Strategic Investment dengan jumlah 14,05 miliar saham atau setara dengan 43,911 persen dari total saham beredar. Saham yang dimiliki oleh masyarakat non-warkat mencapai 10,37 miliar saham atau sekitar 32,434 persen.
Selain itu, pihak afiliasi memegang 2,39 miliar saham atau 7,474 persen, sedangkan saham treasury tercatat sebanyak 1,23 miliar saham atau 3,837 persen.
Di jajaran direksi dan komisaris, Garibaldi Thohir menduduki posisi penting dengan kepemilikan saham sebesar 1,98 miliar atau 6,18 persen. Edwin Soeryadjaja memiliki 1,05 miliar saham atau sekitar 3,288 persen, diikuti oleh Ir. Theodore Permadi Rachmat dengan kepemilikan 812,99 juta saham atau 2,542 persen.
Komisaris lainnya, Arini Saraswaty Subianto, memiliki 79,98 juta saham atau 0,25 persen. Sementara itu, Christian Ariano Rachmat memegang 16 juta saham atau 0,05 persen, Julius Aslan memiliki 11 juta saham atau 0,034 persen, dan Iwan Dewono Budiyuwono dengan kepemilikan saham sebesar 2,80 ribu saham atau kurang dari 0,0001 persen.
Pertumbuhan Kinerja ADRO
ADRO menunjukkan performa yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir, berdasarkan data yang diambil dari RTI Business. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ADRO berhasil mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi pendapatan, laba bersih, EPS (Earnings Per Share), maupun DPS (Dividends Per Share).
Pada 2022, ADRO mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 102,93 persen secara year-on-year (YoY), setelah mengalami lonjakan 57,51 persen di 2021. Sementara itu, pada 2023, pendapatan ADRO menurun 19,56 persen. Namun, secara kumulatif lima tahun terakhir, pendapatan perusahaan meningkat 109,71 persen.
Di sisi laba bersih, ADRO juga mencatat pertumbuhan luar biasa. Tahun 2022 menunjukkan peningkatan sebesar 167,07 persen YoY setelah sebelumnya melambung 535,34 persen di 2021. Walau pada 2023 mengalami penurunan 34,16 persen, secara kumulatif lima tahun, laba bersih ADRO meningkat sebesar 601,36 persen.
Kinerja EPS dan DPS ADRO juga tidak kalah menarik. EPS pada 2022 naik 167,07 persen setelah melonjak 535,34 persen pada 2021, meski turun 34,16 persen pada 2023. Secara kumulatif, EPS perusahaan meningkat 601,36 persen dalam lima tahun terakhir. Di sisi lain, DPS pada 2022 tumbuh 63,18 persen setelah meroket 355,44 persen di 2021, dan menurun 16,82 persen pada 2023. Secara kumulatif lima tahun, DPS ADRO meningkat 385,42 persen.
Fluktuasi Pemegang Saham
Berdasarkan data terbaru, jumlah pemegang saham ADRO mengalami fluktuasi selama paruh pertama tahun 2024. Berikut adalah rincian perubahannya:
- 28 Juni 2024: Jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 105.353, mengalami penurunan sebesar 816 dari bulan sebelumnya.
- 31 Mei 2024: Jumlah pemegang saham mencapai 106.169, turun signifikan sebesar 6.499 dari bulan sebelumnya.
- 30 April 2024: Jumlah pemegang saham meningkat menjadi 112.668, naik sebanyak 2.139 dibandingkan bulan sebelumnya.
- 31 Maret 2024: Jumlah pemegang saham berkurang drastis menjadi 110.529, mengalami penurunan sebesar 9.899 dari bulan sebelumnya.
- 29 Februari 2024: Jumlah pemegang saham bertambah menjadi 120.428, naik sebanyak 1.561 dari bulan sebelumnya.
- 31 Januari 2024: Jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 118.867, meningkat signifikan sebesar 11.128 dari bulan sebelumnya.
Penurunan dalam Sepekan
ADRO mencatatkan penurunan harga saham sebesar 20 poin atau 0,69 persen dalam sepekan terakhir, ditutup pada level 2.880. Penutupan sebelumnya berada di level 2.900.
Pada awal pekan, saham ADRO dibuka pada level 2.900 dan bergerak dalam rentang 2.880 hingga 2.900 sepanjang minggu. Volume perdagangan saham mencapai 4,93 juta lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp14,25 miliar. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 2.197 kali.
Rata-rata harga saham ADRO selama minggu ini adalah 2.889,50. Dengan Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 3,87 dan Price to Book Value Ratio (PBVR) sebesar 0,81, kapitalisasi pasar ADRO mencapai Rp92,12 triliun.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan harga saham dalam seminggu terakhir, ADRO tetap memiliki fundamental yang kuat dan valuasi yang menarik bagi para investor.
Aksi buyback yang dilakukan ADRO, bersama dengan emiten lainnya seperti TBIG, INTP, KLBF, dan GOTO, dapat menjadi sinyal kuat bagi investor yang mencari peluang investasi. Dengan performa kinerja yang mengesankan selama lima tahun terakhir, ADRO tampaknya masih menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari portofolio yang stabil dan menguntungkan.(pin/nil)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.