KABARBURSA.COM - PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dinilai memiliki kinerja positif di tengah pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate.
Diketahui, sepanjang tahun ini BI telah memangkas suku bunga sebanyak empat kali. Terbaru, pada Agustus 2025, BI rate dipotong 25 points (bps) menjadi 5 persen.
Pengamat pasar modal, Wahyu Tri Laksono mengatakan prospek industri properti di sisa tahun 2025 terlihat positif usai BI memangkas suku bunga acuan empat kali.
Ia memperkirakan pemangkasan ini akan menurunkan suku bunga kredit perbankan, khususnya KPR (Kredit Pemilikan Rumah), sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong permintaan properti.
"Namun, pasar tetap perlu memantau laju inflasi dan kondisi ekonomi makro secara keseluruhan yang bisa memengaruhi sentimen investasi," ujarnya kepada Kabarbursa.com, dikutip, Sabtu, 6 September 2025.
Sentimen positif ini tentu menjadi angin segar untuk emiten properti, salah duanya ialah CTRA dan SMRA, dua emiten yang kini masuk di jajaran LQ45.
Proyeksi CTRA
Wahyu mengatakan peluang kinerja keuangan CTRA di masa depan terlihat sangat positif, didukung oleh beberapa faktor kunci. Ia menjelaskan CTRA menunjukkan tren pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang konsisten dari tahun ke tahun.
"Peningkatan laba bersih tahunan yang diproyeksikan mencapai Rp2,470 Miliar di tahun 2025 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas," katanya.
Wahyu menyebut CTRA juga memiliki posisi keuangan yang sangat solid karena net debt yang negatif sebesar Rp-3,245 miliar. Kondisi ini, kata dia, bisa memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk membiayai proyek-proyek baru, mengakuisisi lahan, atau bahkan menghadapi ketidakpastian ekonomi tanpa terbebani oleh utang.
Selain itu, pembagian dividen yang stabil dengan payout ratio yang konservatif menunjukkan manajemen yang bijaksana. Wahyu menuturkan manajemen CTRA mengutamakan reinvestasi untuk pertumbuhan jangka panjang sambil tetap memberikan imbal hasil kepada pemegang saham.
"Secara keseluruhan, CTRA memiliki pondasi finansial yang kuat dan tren pertumbuhan yang positif, menjadikannya posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum positif di industri properti, terutama dengan dukungan kebijakan suku bunga rendah," ungkapnya.
Dari segi saham, Wahyu menyampaikan grafik harga saham CTRA menunjukkan pergerakan yang fluktuatif, namun dengan tren pemulihan dari level terendah. Adanya sentimen positif dari penurunan suku bunga BI berpotensi mendorong harga saham naik.
Rekomendasi saham CTRA menurut Wahyu:
Level Support & Resistance:
* Support:
* Level 1: 850
* Level 2: 780
* Level 3: 650
* Resistance:
* Level 1: 1,100
* Level 2: 1,250
* Level 3: 1,400
Strategi:
Buy On Weakness di dekat atau di bawah 850 dengan target 1.100, 1.250 bahkan 1.400. Namun hati hati jika dekat atau di atas 1.400 terancam koreksi taking profit.
Proyeksi SMRA
Di sisi lain, Wahyu memandang SMRA juga memiliki peluang kinerja keuangan yang baik, meskipun dengan beberapa perbedaan dalam struktur keuangannya Ia menyampaikan SMRA menunjukkan peningkatan pendapatan yang signifikan, terutama di tahun 2024.
"Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam penjualan properti dan proyek-proyek yang sedang berjalan, menunjukkan permintaan yang kuat terhadap produk mereka," katanya.
Wahyu menyebut payout ratio dividen yang rendah menunjukkan bahwa SMRA cenderung mengalokasikan kembali sebagian besar labanya untuk ekspansi dan pengembangan bisnis.
Menurutnya, strategi ini sangat penting dalam industri properti yang padat modal, di mana akuisisi lahan dan pengembangan proyek baru menjadi kunci pertumbuhan di masa depan.
Lebih jauh Wahyu menuturkan meskipun memiliki net debt positif sebesar Rp7,694 Miliar, pertumbuhan laba bersih yang signifikan menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola beban utang dengan efektif.
Selama laba perusahaan terus tumbuh lebih cepat dari beban utang, lanjut dia, struktur keuangan ini dapat mendukung ekspansi yang agresif.
"Secara keseluruhan, SMRA memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi didorong oleh strategi ekspansi agresif, yang didukung oleh kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan laba secara signifikan," jelasnya.
Untuk harga saham, Wahyu mengatakan grafik harga saham SMRA menunjukkan pergerakan yang cenderung menurun setelah mencapai puncaknya. Namun, ia melihat saham ini mulai menunjukkan sinyal rebound di level harga saat ini.
"Penurunan suku bunga BI juga akan memberikan sentimen positif bagi SMRA, terutama dalam meningkatkan penjualan properti dan proyek-proyek barunya," pungkasnya.
Rekomendasi saham SMRA menurut Wahyu:
Level Support & Resistance:
* Support:
* Level 1: 420
* Level 2: 380
* Level 3: 350
* Resistance:
* Level 1: 500
* Level 2: 600
* Level 3: 750
Strategi:
Buy On Weakness di dekat atau di bawah 420 dengan target 500, 600 bahkan 750. Namun hati hati jika dekat atau di atas 750 terancam koreksi taking profit.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      