KABARBURSA.COM – Jumlah investor pasar modal Indonesia terus mencetak rekor baru sepanjang 2025. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan jumlah Single Investor Identification (SID) melonjak signifikan hingga mencapai 20,12 juta per 19 Desember 2025, atau tumbuh 35 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 14,87 juta SID.
Capaian tersebut disampaikan bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun KSEI ke-28 pada 23 Desember 2025. Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat menyebut pertumbuhan ini mencerminkan semakin kuatnya partisipasi masyarakat dalam instrumen pasar modal nasional.
“Jumlah SID meningkat 35 persen dari tahun 2024 menjadi 20,12 juta per 19 Desember 2025,” ujar Samsul dikutip Kamis, 25 Desember 2025.
Ia menjelaskan, angka tersebut merupakan SID terkonsolidasi yang mencakup investor saham, surat utang, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), serta efek lainnya yang tercatat di sistem KSEI.
Berdasarkan data yang dirilis KSEI, dari total SID tersebut sebanyak 18,99 juta investor tercatat memiliki reksa dana, meningkat 35 persen dibandingkan 2024 yang berjumlah 14,03 juta investor. Investor saham dan efek lainnya mencapai 8,50 juta SID, tumbuh 33 persen dari posisi 6,38 juta investor pada tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah investor SBN tercatat sebanyak 1,40 juta SID, naik 17 persen dari 1,19 juta pada 2024.
Data visual pertumbuhan SID juga menunjukkan tren kenaikan konsisten dalam lima tahun terakhir. Pada 2020, jumlah SID tercatat 3,89 juta, meningkat menjadi 7,49 juta pada 2021, lalu 10,31 juta di 2022, 12,17 juta pada 2023, dan 14,87 juta di 2024 sebelum akhirnya menembus 20,12 juta pada 2025.
Tak hanya dari sisi jumlah investor, kinerja aset yang tercatat di KSEI juga mengalami peningkatan signifikan. Direktur Penyelesaian, Kustodian, dan Pengawasan KSEI Eqy Essiqy menyampaikan total aset yang tercatat di KSEI per 28 November 2025 mencapai Rp10.259 triliun, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2024.
“Peningkatan ini sejalan dengan kenaikan IHSG dan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia,” kata Eqy.
Jumlah efek yang tercatat di sistem C-BEST KSEI juga meningkat menjadi 3.575 efek, atau tumbuh 9 persen secara tahunan. Dari sisi aset kelolaan reksa dana atau asset under management (AUM), nilainya tercatat sebesar Rp979 triliun, naik 21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun jumlah produk investasi yang tercatat di KSEI mencapai 2.317 produk, meningkat 2 persen dari 2024.
Memasuki 2026, KSEI menyiapkan fokus strategis baru dengan menempatkan ketahanan siber sebagai prioritas utama. Direktur Pengembangan Infrastruktur dan Manajemen Informasi KSEI Dharma Setyadi menyebut penguatan sistem dan infrastruktur menjadi fondasi utama menghadapi pertumbuhan pasar yang semakin kompleks.
“KSEI memfokuskan penguatan infrastruktur dan sistem utama dengan menempatkan ketahanan siber sebagai prioritas,” ujar Dharma.
Sejumlah sistem utama akan ditingkatkan, termasuk pembaruan C-BEST, Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST), serta Electronic General Meeting System (eASY.KSEI). Selain itu, KSEI juga tengah menyusun kajian terkait persiapan infrastruktur International Central Securities Depository (ICSD) Linkage yang diharapkan dapat memperluas akses transaksi lintas negara dan meningkatkan efisiensi investor global.
Di tingkat internasional, KSEI terus memperluas kerja sama dengan lembaga kustodian sentral asing. Sepanjang 2025, KSEI menandatangani nota kesepahaman dengan National Settlement Depository Rusia dan Kazakhstan Central Securities Depository, menambah total kerja sama internasional menjadi sebelas negara.
Direktur Keuangan dan Administrasi KSEI Imelda Sebayang menegaskan kerja sama tersebut merupakan langkah strategis untuk memperkuat daya saing KSEI di tingkat global.
“Kerja sama internasional menjadi langkah strategis KSEI untuk menjadi kustodian sentral yang kredibel dan berdaya saing internasional,” ujar Imelda.(*)