KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan jalan keluar atas kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap produk-produk asal Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, negosiasi dengan pihak AS saat ini masih berada pada tahap awal dan akan terus dikomunikasikan secara intensif untuk meminimalkan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
“Terkait dengan pembicaraan dari negosiasi, karena masih dalam pembicaraan awal, jadi tetap konsisten diberitahukan nanti sesudah ada progresnya,” ujar Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin 5 Mei 2025
Sebagai informasi, Pemerintah AS menetapkan tarif impor hingga 32 persen terhadap barang-barang asal Indonesia. Dalam rangka meredam tekanan tarif tinggi itu, Indonesia menyusun sejumlah langkah ekonomi strategis, termasuk menambah volume impor dari AS.
“Pertama Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari AS, antara lain LPG, crude oil dan gasoline. Indonesia juga beli produk agrikultur dari AS antara lain gandum, soya bean, dan soya bean milk. Indonesia juga akan meningkatkan pembelian barang modal dari AS,” beber Airlangga.
Salah satu poin yang juga masuk dalam pembahasan adalah rencana impor liquefied natural gas (LNG) dari AS. Namun, Airlangga menegaskan bahwa proses tersebut masih dalam tahap diskusi awal dan belum menghasilkan keputusan final.
“Terkait dengan pembicaraan di Amerika (soal LNG) baru pembicaraan awal dan detailnya tentu masih berproses. Jadi ini masih panjang,” jelasnya.
Tak hanya itu, kerja sama pengelolaan mineral kritis juga menjadi bagian penting dari agenda negosiasi Indonesia-AS. Pemerintah berharap sektor ini bisa menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan dagang secara jangka panjang.
“Khusus untuk tadi dengan Amerika pun kritikal mineral ada pembahasan,” ujarnya.
Selain menawarkan pembelian komoditas dari AS, Indonesia juga akan memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan AS yang telah beroperasi di dalam negeri. Bentuknya berupa kemudahan perizinan, insentif, hingga pemangkasan hambatan regulasi, termasuk untuk produk hortikultura asal AS.
Lebih jauh, pemerintah mendorong kerja sama bilateral di sektor pengembangan sumber daya manusia, khususnya bidang pendidikan, teknologi, hingga ekonomi digital.
“Indonesia juga dorong pentingnya perkuatan kerja sama di sektor pengembangan SDM, antara lain untuk sektor pendidikan, science, engineering, matematika dan ekonomi digital, dan kami juga angkat isu financial services yang cenderung menguntungkan Amerika Serikat,” tambahnya.
Isi Rangkaian Pertemuan Bilateral
Pemerintah Indonesia menyampaikan sejumlah penawaran kerja sama perdagangan kepada Amerika Serikat dalam rangkaian pertemuan bilateral yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Washington D.C. Pertemuan tersebut melibatkan berbagai lembaga pemerintah AS serta pelaku usaha dan asosiasi setempat.
Sebagai informasi, pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari proses negosiasi terkait kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap sekitar 180 negara, termasuk Indonesia yang terdampak tarif sebesar 32 persen. Pembahasan awal mengenai hal ini telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya, Jumat, 18 April 2025.
Airlangga mengatakan bahwa delegasi Indonesia telah menjalin komunikasi dengan berbagai pihak di Amerika Serikat, termasuk United States Trade Representative (USTR), Department of Commerce, Department of the Treasury, dan National Economic Council.
“Beberapa hal yang telah dicapai selaku Ketua Delegasi yang diamanatkan oleh Bapak Presiden, Prabowo bahwa sejak pertemuan pertama dengan USTR sampai hari ini, pertemuan dengan semua stakeholder di Amerika Serikat, baik dari pihak pemerintah, asosiasi, maupun dunia usaha,” ujar Airlangga dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Jumat, 25 April 2025.
Dalam agenda tersebut, Airlangga menyebut bahwa Pemerintah Amerika Serikat dan pelaku usaha menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah kebijakan ekonomi Indonesia. Pertemuan dilakukan antara lain dengan Duta Besar Sarah Bianchi dari USTR, Secretary of Commerce Howard Lutnick, Secretary of the Treasury Scott Bessent, dan Director of the National Economic Council Kevin Hassett.
“Secara keseluruhan, baik itu pemerintah di Amerika Serikat, asosiasi, maupun dunia usaha, mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah Indonesia membuka pembicaraan lanjutan terkait aspek teknis dan membuka ruang negosiasi dalam dua minggu ke depan.
“Dalam proses perundingan dan negosiasi, Indonesia berupaya mengedepankan kepentingan nasional dengan tetap mendorong pemuatan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat," terangnya
Adapun Airlangga mengungkapkan upaya pendekatan Indonesia telah diterima dan diapresiasi dengan sangat baik oleh USTR, Komers, maupun Treasury. Dan semua membuka ruang dialog, serta memberikan kesempatan untuk pembahasan teknis secara detail dalam dua minggu ke depan.
"Terdapat momentum yang baik untuk mendorong reformasi struktural yang sekarang sedang dilakukan untuk mendorong perdagangan dan investasi,” lanjutnya.
Dalam forum tersebut, Airlangga menyampaikan lima poin utama sebagai dasar penawaran kerja sama Indonesia ke Amerika Serikat. Lima poin itu mencakup:
- Pemenuhan kebutuhan dan ketahanan energi nasional.
- Peningkatan akses pasar Indonesia ke AS dengan tarif yang kompetitif.
- Deregulasi untuk meningkatkan kemudahan usaha, perdagangan, dan penciptaan lapangan kerja.
- Penguatan kerja sama dalam rantai pasok industri strategis dan critical mineral.
- Akses terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan di sektor kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.
“Tawaran Indonesia kepada Amerika Serikat untuk mewujudkan kerja sama perdagangan yang adil, fair, dan square, sepenuhnya mengacu kepada kepentingan nasional dan dirancang untuk menjaga perimbangan setidaknya pada lima manfaat,” ujar Airlangga.(*)