Logo
>

Akhir Juli 2024, IHSG Ditutup di Zona Hijau

Ditulis oleh KabarBursa.com
Akhir Juli 2024, IHSG Ditutup di Zona Hijau

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu, 31 Juli 2024, setelah sempat bergerak di zona merah menjelang akhir perdagangan hari ini.

    IHSG ditutup menguat 0,19 persen ke posisi 7.255,76. IHSG masih berada di level psikologis 7.200, atau tepatnya di level 7.250-an.

    Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp12 triliun dengan melibatkan 22 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 917.174 kali. Sebanyak 311 saham terapresiasi, 282 saham terdepresiasi, dan 203 saham cenderung stagnan.

    Secara sektoral, sektor industri menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,57 persen. Selain itu, beberapa saham menjadi penopang (movers) IHSG pada akhir perdagangan hari ini.

    Saham raksasa otomotif yakni PT Astra International Tbk (ASII) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 7,8 indeks poin.

    Hasil Rapat Pertemuan Bank Sentral AS

    Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed akan diumumkan pada Kamis, 1 Agustus 2023 dini hari waktu Indonesia. Pasar sudah mengantisipasinya di mana pada pertemuan akhir Juli ini The Fed diprediksi masih akan menahan suku bunga acuannya.

    Namun, pasar berharap Ketua The Fed, Jerome Powell akan memberikan sinyal tentang waktu dan jumlah pemotongan suku bunga yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.

    Sejauh ini, pasar masih optimis bahwa pemangkasan suku bunga The Fed dapat dimulai pada pertemuan September.

    Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 89,6 persen pelaku pasar yakin The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.

    Harapan ini kian kuat kala lowongan pekerjaan di AS turun sedikit pada periode Juni 2024 dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi, menunjukkan pasar tenaga kerja terus melambat secara bertahap dan tidak dalam bahaya pelemahan yang cepat.

    Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS dalam Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja, atau JOLTS, lowongan kerja, yang mengukur permintaan tenaga kerja, telah turun 46.000 menjadi 8,184 juta pada hari terakhir di Juni 2024.

    Sedangkan, data periode Mei lalu direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan 8,230 juta posisi yang tidak terisi dibandingkan dengan yang dilaporkan sebelumnya 8,140 juta. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 8,0 juta lowongan pekerjaan di bulan Juni.

    Lowongan pekerjaan terus menurun sejak mencapai rekor 12,182 juta pada Maret 2022, karena permintaan yang moderat sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga agresif The Fed. Angka tersebut turun sebanyak 941.000 sepanjang tahun.

    Jika The Fed benar-benar akan memangkas suku bunganya pada September mendatang, maka hal ini akan membuat bank sentral lainnya juga berpotensi lebih bersikap dovish, termasuk Bank Indonesia (BI) yang sebelumnya sempat mengindikasikan pemangkasan jika rupiah sudah lebih stabil dan The Fed semakin dovish.

    Rupiah Ditutup Menguat

    Pada akhir perdagangan hari ini, mata uang rupiah mengalami penguatan sebesar 40 poin. Nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp16.260 terhadap dolar AS.

    Penguatan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi domestik, yang kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Pergerakan ini juga menunjukkan upaya Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai tukar serta respons pasar terhadap kebijakan ekonomi terkini.

    Sementara, mata uang rupiah menguat 40 poin dalam penutupan perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.260 per dolar AS.

    Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat di level Rp16.300.

    Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan para pedagang menjauh dari dolar AS sebelum penutupan rapat the Fed. Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.

    "Namun, fokus akan tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi yang lemah dan komentar dovish dari pejabat the Fed," kata Ibrahim dalam analisisnya.

    Di samping itu, ketegangan di Timur Tengah memanas setelah pimpinan Hamas Ismail Haniyeh tewas di Iran pada Rabu. Insiden ini terjadi sehari setelah pemerintah Israel mengklaim telah menewaskan komandan senior Hizbullah dalam serangan udara di Beirut pada Selasa, sebagai balasan atas serangan roket lintas batas pada Sabtu di Israel.

    Di Asia, data Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan sektor manufaktur China menyusut selama tiga bulan berturut-turut pada Juli, sementara pertumbuhan non-manufakturnya melambat. Data tersebut muncul setelah pertemuan Politbiro China yang mana pemerintah menjanjikan lebih banyak langkah stimulus, terutama untuk meningkatkan sentimen konsumen.

    "Komentar dari Politbiro dan pembacaan PMI yang lemah meningkatkan harapan untuk lebih banyak langkah stimulus, meskipun analis memperingatkan bahwa pelaksanaan Beijing harus diperhatikan untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk," kata Ibrahim.

    Dari dalam negeri, lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating atau peringkat utang Indonesia pada BBB. Peringkat ini satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. S&P meyakini, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid dengan ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah yang terjaga. Hal ini didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.

    S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong permintaan domestik yang tetap kuat, serta peningkatan belanja pemerintah, dan investasi swasta.

    Sementara itu, ketahanan sektor eksternal diperkirakan akan tetap terjaga pada jangka menengah. Kinerja sektor eksternal didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor, sejalan dengan implementasi kebijakan penghiliran di tengah pelemahan harga komoditas.

    Secara umum, S&P meyakini pemerintahan baru akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan, guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan.

    Sebelumnya, pada tanggal 4 Juli 2023, S&P Global Ratings memutuskan untuk mempertahankan peringkat kredit negara Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil. Keputusan ini mencerminkan keyakinan lembaga pemeringkat terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal Indonesia, serta kemampuan negara tersebut untuk memenuhi kewajiban utangnya di masa mendatang. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi