KABARBURSA.COM - Saham PT Surya Citra Media Tbk atau SCMA pada penutupan perdagangan pekan ini, 28 Februari 2025, mengalami tekanan yang cukup dalam. Harga saham turun sebesar 4,04 persen atau turun 8 poin ke level Rp190 per saham.
Saham ini dibuka di harga Rp193, namun sepanjang sesi perdagangan sempat menyentuh titik terendah di Rp183 sebelum akhirnya ditutup di Rp190.
Walau begitu, volume perdagangan SCMA cukup besar dengan total 4,95 juta lot diperdagangkan. Kondisi ini mencerminkan tingginya aktivitas jual-beli.
Dengan volume perdagangan sebesar ini, SCMA mencatatkan nilai transaksi mencapai Rp93,8 miliar dengan frekuensi perdagangan sebanyak 9.965 kali.
Investor asing mencatatkan penjualan bersih (foreign net sell) sebesar Rp27,9 miliar, jauh lebih besar dibandingkan pembelian asing yang hanya Rp13,4 miliar, menunjukkan tekanan jual dari investor luar negeri.
Dalam pergerakan harga jangka pendek, SCMA masih menunjukkan tren negatif dengan penurunan yang cukup signifikan. Harga saham telah turun 4,04 persen dalam satu hari, menandakan tekanan jual yang masih kuat.
Jika melihat dari level harga tertinggi dalam satu tahun terakhir yang berada di Rp266, saham SCMA saat ini telah mengalami koreksi tajam. Bahkan, harga sahamnya mendekati level terendah dalam 52 minggu terakhir di Rp129, menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi.
Secara teknikal, tekanan jual yang terjadi pada SCMA dalam beberapa hari terakhir mengindikasikan potensi pelemahan lebih lanjut jika sentimen pasar masih belum membaik. Namun, jika saham ini mampu bertahan di level support dan kembali mendapatkan minat beli, ada kemungkinan terjadi rebound dalam jangka pendek.
Dari sisi fundamental, tekanan terhadap saham SCMA juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor eksternal, seperti kondisi makroekonomi, sentimen industri media, serta kinerja keuangan perusahaan yang dapat memengaruhi minat investor.
Perlu dicermati lebih lanjut laporan keuangan terbaru dan strategi bisnis perusahaan ke depan untuk memahami prospek SCMA dalam jangka panjang.
Aksi Borong Saham oleh EMTK
Sementara itu, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terus meningkatkan kepemilikannya atas saham SCMA sejak akhir 2024. Langkah akumulasi ini menunjukkan optimisme EMTK terhadap prospek bisnis dan kinerja SCMA di masa mendatang.
Sejak Desember 2024, EMTK telah membeli 50 juta lembar saham SCMA dengan harga rata-rata Rp137 per lembar. Pembelian terus berlanjut. Pada 12 Februari 2025, EMTK kembali mengakuisisi 75 juta lembar saham SCMA dengan harga Rp221 per lembar.
Dengan transaksi ini, kepemilikan EMTK atas SCMA meningkat dari 60,97 persen menjadi 62,31 persen. Hingga saat ini, EMTK telah mengalokasikan dana sebesar Rp158,83 miliar untuk membeli total 922,92 juta lembar saham SCMA.
Aksi akumulasi yang dilakukan EMTK memberikan sentimen positif bagi SCMA. Menurut Head of Investment Speciality Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah, langkah ini mencerminkan keyakinan EMTK terhadap potensi pertumbuhan SCMA.
Dengan terus melakukan pembelian meskipun harga saham mengalami kenaikan, EMTK memperlihatkan komitmennya sebagai pemegang saham mayoritas yang yakin terhadap fundamental perusahaan.
Selain itu, sebagai perusahaan induk yang bergerak di sektor investasi dan konglomerasi, EMTK sangat bergantung pada kinerja anak usahanya. Dengan memperkuat kepemilikan di SCMA, EMTK diharapkan akan mendapat keuntungan lebih besar seiring dengan peningkatan kinerja dan valuasi saham SCMA di pasar.
Keputusan ini juga dapat memperkuat posisi SCMA dalam industri media serta meningkatkan daya saing perusahaan di tengah dinamika pasar yang terus berkembang.
Langkah akumulasi ini kemudian menimbulkan spekulasi di kalangan investor mengenai kemungkinan strategi jangka panjang EMTK terhadap SCMA. Apakah ini merupakan bagian dari rencana ekspansi atau strategi untuk mengamankan kendali penuh atas SCMA, pasar masih menunggu perkembangan lebih lanjut.
Namun, yang jelas, aksi ini mengindikasikan kepercayaan EMTK terhadap prospek jangka panjang bisnis media di Indonesia dan memberikan optimisme bagi para pemegang saham SCMA.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.