Logo
>

Aktivitas Manufaktur China Mulai Bangkit: IMP Caixin 51,7

Ditulis oleh Syahrianto
Aktivitas Manufaktur China Mulai Bangkit: IMP Caixin 51,7

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Aktivitas manufaktur di China pada Mei 2024 telah mengalami ekspansi dengan kecepatan tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, menurut sebuah studi independen.

    Berita ini berlawanan dengan data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah China yang menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan industri di negara tersebut masih lemah.

    Dilaporkan pada hari Senin, 3 Juni 2024, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Caixin naik menjadi 51,7 pada bulan sebelumnya dari 51,4 pada bulan April. Angka ini sedikit di atas perkiraan median ekonom sebesar 51,6 dalam survei Bloomberg dan merupakan yang tertinggi sejak Juni 2022. Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi.

    Hasil survei Caixin ini berlawanan dengan data resmi PMI manufaktur dari pemerintah China yang dirilis pada Jumat, 31 Mei 2024, pekan sebelumnya, yang menunjukkan kontraksi yang tidak terduga dalam aktivitas pabrik pada bulan sebelumnya.

    Kedua survei tersebut memiliki sampel, lokasi geografis, dan jenis bisnis yang berbeda, dengan survei Caixin berfokus pada perusahaan-perusahaan kecil yang berorientasi ekspor.

    Percepatan ekspansi manufaktur yang ditunjukkan oleh indeks swasta tersebut dapat mengimbangi beberapa kekhawatiran mengenai kemungkinan melemahnya momentum di sektor manufaktur, yang diandalkan oleh Beijing untuk meningkatkan perekonomian tahun ini.

    Eksportir melihat pesanan baru meningkat selama lima bulan berturut-turut pada Mei, berdasarkan hasil survei Caixin. Hal ini menunjukkan permintaan luar negeri yang kuat terhadap barang-barang China.

    Para ekonom mengaitkan perbedaan antara survei resmi dan survei swasta tahun ini dengan meningkatnya permintaan eksternal, tetapi lemahnya pasar domestik. PMI Caixin telah mengungguli indeks resmi selama tujuh bulan berturut-turut sejak Oktober.

    Gejala kebangkitan manufaktur China yang terjadi bersamaan dengan masih lemahnya permintaan di dalam negeri mereka juga mulai diendus oleh pelaku industri di Indonesia, khususnya yang merasa terancam dengan risiko gempuran produk murah Negeri Panda seperti sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).

    Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menilai sampai saat ini gejala kebangkitan China menjadi salah satu alasan kekhawatiran terbesar dalam perkembangan industri manufaktur, tidak hanya di Indonesia tetapi seluruh dunia.

    Terlebih, China kerap kali diketahui menjual barang di luar negaranya dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga di dalam negeri mereka (dumping), khususnya saat kapasitas dan utilisasi pabrikan mereka sedang optimal.

    "Saya pikir bukan hanya industri TPT dari Indonesia saja yang takut. Industri TPT negara lain juga takut dengan China karena China itu giant [raksasa tekstil], dan mereka itu menguasai industrinya itu produksi 70 persen dari produksi TPT dunia dari material," kata Jemmy ketika dihubungi, baru-baru ini.

    Sayangnya, lanjut Jemmy, pemerintah di dalam negeri justru makin merapuhkan hambatan —baik tarif maupun nontarif— dalam menangkis potensi dumping barang China ke pasar domestik.

    “Pemerintah sudah tidak lagi menerapkan BMAD [bea masuk antidumping] untuk melindungi industri, terutama TPT, sejak perubahan kedua Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/2023 jo 7/2024 jo 8/2024,” terangnya.

    Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai solusi untuk memitigasi risiko banjir barang dumping dari China adalah dengan mempermudah impor bahan baku, sambil secara paralel membangun industri lokal yang mampu memproduksi benang dan kain.

    "Solusinya adalah permudah impor bahan baku dan secara paralel membangun industri yang memproduksi benang dan kain di lokal agar secara perlahan industri TPT indonesia bisa memproduksi tanpa harus menggunakan bahan Baku impor," jelas Esther.

    Untuk itu, Esther menekankan pentingnya memperketat akses impor produk jadi, seperti pakaian dari berbagai negara termasuk China agar produk industri lokal bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri.

    "Tentu ini bukan hal mudah, tetapi harus dimulai secara perlahan," tekannya.

    Dumping Produk China

    Kalangan importir menyebut ancaman dumping produk dari China yang memicu ketakutan di berbagai sektor industri nasional mencerminkan kurangnya langkah taktis pemerintah dalam membina industri di dalam negeri.

    "Kalau saya melihatnya ini akibat dari tidak ada evaluasi dan langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam membina industri dalam negeri," kata Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi.

    Dia pun mempertanyakan banyaknya barang produksi lokal yang justru lebih mahal dibandingkan dengan barang impor yang masuk ke pasar domestik.

    "Pemerintah harus menjawab pertanyaan ini dengan solusi yang jelas, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Jangan-jangan ongkos produksi di dalam negeri lebih mahal? Jangan-jangan pajak buat industrinya tinggi tanpa dapat insentif dari pemerintah? Jangan-jangan bahan bakunya tidak tersedia atau kurang?" tanyanya.

    Sebagai importir, Subandi menjelaskan peran industri seharusnya adalah memenuhi permintaan pasar dengan suplai yang sesuai. Dengan demikian, menurutnya, masyarakat seharusnya berterima kasih karena bisa mendapatkan barang yang lebih murah dan terjangkau.

    Jika produk dari luar negeri lebih mahal dengan kualitas rendah, atau memiliki sedikit variasi, maka aturan pembatasan impor tidak akan diperlukan karena barang tersebut tidak akan diminati.

    "Saya menyarankan kepada pemerintah, ayo lakukan evaluasi. Lakukan langkah untuk mendukung hasil evaluasi. Jangan jadikan industri dalam negeri diambil pajaknya saja, tetapi berikan kepada mereka insentif agar produk yang dihasilkan baik secara kualitas, murah secara harga, banyak pilihan secara varian," tegasnya.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.