Logo
>

Alasan Dicabutnya Restrukturisasi Kredit Bank Pasca COVID

Ditulis oleh Syahrianto
Alasan Dicabutnya Restrukturisasi Kredit Bank Pasca COVID

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengungkapkan faktor pendorong dicabutnya stimulus restrukturisasi kredit perbankan dari dampak COVID-19.

    "Pertama adanya tren kredit restrukturisasi terus mengalami penurunan baik dari sisi outstanding maupun jumlah debitur, sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terjadi," kata Dian dalam keterangan tertulisnya, Senin, 1 April 2024.

    Tren tersebut, sambungnya, mengalami penurunan signifikan sejak Januari 2024. Tercatat, outstanding kredit restrukturisasi COVID-19 menjadi sebesar Rp251,2 triliun yang diberikan kepada 977 ribu debitur.

    Selain itu, Dian menjelaskan, OJK mempertimbangkan seluruh aspek secara mendalam yaitu dengan melihat kesiapan industri perbankan, kondisi ekonomi secara makro dan sektoral, serta menjaga kepatuhan terhadap standar internasional.

    "Berdasarkan evaluasi dan laporan uji ketahanan perbankan menjelang berakhirnya stimulus, potensi kenaikan risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) dan ketahanan perbankan diproyeksikan masih terjaga dengan sangat baik," jelasnya.

    Hasilnya, OJK melaporkan tingkat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang dibentuk bank mengalami peningkatan. Bahkan melebihi periode sebelum pandemi.

    "Kondisi ini merupakan cerminan kesiapan perbankan yang dinilai telah kembali pada kondisi normal secara terkendali (soft landing) sehingga menjadi faktor berikutnya untuk OJK mengakhiri periode stimulus," ungkap Dian.

    Dian menambahkan bahwa dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, kebijakan stimulus OJK yang merupakan kebijakan sangat penting (landmark policy) dalam menjaga ketahanan sektor perbankan selama masa pandemi, berakhir sesuai dengan masa berlakunya.

    Kontribusi ini merupakan kisah keberhasilan kontribusi signifikan sektor perbankan menopang perekonomian nasional melewati periode pandemi.

    "Perekonomian Indonesia di hampir seluruh sektor juga kembali pulih dengan pertumbuhan 5,04 persen pada tahun 2023. Ini merupakan hasil selama empat tahun implementasi, pemanfaatan stimulus restrukturisasi kredit ini telah mencapai Rp830,2 triliun, yang diberikan kepada 6,68 juta debitur pada Oktober 2020, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia," terang dia.

    Menguatkan hasil tersebut, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat terus meningkat dengan berbagai indikator, antara lain perbankan.

    Pada Januari 2024, Mahendra menilai, perbankan Indonesia menunjukkan kondisi yang baik tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) di level 27,54 persen, kondisi likuiditas yang ditunjukkan oleh Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 231,14 persen dan Alat Likuid/Non Core Deposit (AL/NCD) sebesar 123,42 persen serta tingkat rentabilitas yang memadai.

    "Hal ini diharapkan dapat menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi perekonomian global yang masih tidak menentu," kata Mahendra.

    Sementara itu, Mahendra menekankan bahwa, kualitas kredit tetap terjaga di bawah threshold 5 persen yaitu NPL Gross sebesar 2,35 persen dan NPL Nett sebesar 0,79 persen. (ari/adi)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.