KABARBURSA.COM - PT Allo Bank Indonesia Tbk, dengan kode saham BBHI, resmi mengumumkan pembagian dividen tunai kepada para pemegang sahamnya untuk tahun buku 2024. Ini adalah kali pertama bagi Allo Bank membagikan keuntungan kepada investor.
Keputusan pembagian dividen tunai kepada para pemegang saham ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 10 April 2025. Hal ini menjadi sinyal positif bagi investor atas kinerja keuangan perseroan yang solid sepanjang tahun lalu.
Dividen tunai yang akan dibagikan mencapai total Rp233,38 miliar atau setara dengan Rp10,74 per saham. Besaran ini mencerminkan langkah Allo Bank untuk mulai memberikan imbal hasil langsung kepada para pemegang sahamnya, seiring dengan meningkatnya laba dan posisi keuangan yang semakin kuat.
Dividen ini direncanakan akan dibayarkan kepada para investor paling lambat pada 30 April 2025. Adapun para pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada 23 April 2025 pukul 16.00 WIB akan menjadi pihak yang berhak menerima pembagian dividen ini.
Keputusan ini juga mencerminkan kedewasaan Allo Bank dalam mengelola arus kas dan menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi para pemegang sahamnya. Dengan rasio pembagian dividen hampir 50% dari total laba bersih tahun 2024, Allo Bank menunjukkan komitmen dalam mengimbangi pertumbuhan bisnis dengan kepuasan pemegang saham.
Pembagian dividen ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang Allo Bank. Sebagai salah satu pelopor bank digital di Indonesia, keberhasilan Allo Bank dalam mencetak laba serta mulai memberikan dividen menjadi indikator penting dari kematangan model bisnis dan potensi ekspansi di masa depan.
Kinerja Keuangan BBHI
Dibalik keputusan pembagian dividen ini, terdapat kinerja keuangan yang menjadi fondasi utama. Kinerja keuangan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, mencerminkan transformasi dan efisiensi yang tengah dibangun oleh perusahaan.
Sepanjang 2024, Allo Bank berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp467 miliar, angka yang melonjak signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini bukan hanya hasil dari ekspansi bisnis, tetapi juga buah dari manajemen biaya yang efektif dan pertumbuhan pendapatan yang konsisten.
Bahkan jika dilihat secara tahunan, laba bersih ini merupakan yang tertinggi sejak Allo Bank mulai mencatatkan laba besar pada 2021, setelah bertahun-tahun berada dalam tekanan kerugian, terutama pada periode 2018 hingga 2020.
Dari sisi pendapatan, perusahaan mencatatkan total revenue sebesar Rp1,487 triliun dalam 12 bulan terakhir (TTM). Dari jumlah tersebut, sebesar Rp1,118 triliun merupakan laba kotor, menunjukkan margin laba kotor yang tinggi, yakni 73,67 persen.
Efisiensi operasional juga terlihat dari margin laba operasional yang mencapai 50,86 persen dan margin laba bersih yang solid di angka 40,56 persen. Ini menandakan bahwa Allo Bank tidak hanya mampu menghasilkan pendapatan dalam jumlah besar, tetapi juga menjaga profitabilitas pada setiap lapisan operasionalnya.
Pertumbuhan pendapatan secara tahunan (year-on-year) juga patut diapresiasi. Pada kuartal terakhir, pendapatan tumbuh 15,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara pertumbuhan laba bersih bahkan mencapai 55,58 persen.
Hal ini mencerminkan adanya peningkatan permintaan layanan keuangan digital yang dikelola Allo Bank serta kemampuan perusahaan dalam menangkap peluang di sektor perbankan berbasis teknologi.
Dari sisi arus kas, perusahaan mencatat arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp872 miliar, yang menjadi fondasi kuat dalam menjaga likuiditas dan mendanai aktivitas operasional. Setelah dikurangi belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp109 miliar, Allo Bank tetap mencatatkan free cash flow positif sebesar Rp763 miliar. Ini memberi sinyal bahwa bisnis perusahaan tidak hanya bertumbuh, tetapi juga menghasilkan kas bersih yang sehat.
Posisi keuangan perusahaan juga terbilang solid, dengan total aset per kuartal mencapai Rp13,984 triliun dan total ekuitas sebesar Rp7,266 triliun. Rasio utang terhadap aset yang terkendali menunjukkan bahwa struktur permodalan Allo Bank cukup kuat dan masih memiliki ruang untuk ekspansi atau akuisisi ke depan.
Meskipun jumlah kas yang dilaporkan per kuartal hanya sebesar Rp2 miliar, kekuatan kas dari operasional memberikan keyakinan akan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Tahun ini menjadi momen penting bagi Allo Bank karena untuk pertama kalinya perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp10,74 per saham, dengan total nilai Rp233,38 miliar. Rasio pembagian dividen atau payout ratio tercatat sebesar 49,96 persen, hampir setengah dari laba bersih yang diperoleh.
Keputusan ini menjadi cerminan kedewasaan bisnis Allo Bank, yang tak hanya berfokus pada ekspansi namun juga mulai memberikan nilai nyata kepada para pemegang sahamnya. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp14,451 triliun dan dividend yield sebesar 1,65 persen, saham BBHI menjadi salah satu pilihan menarik di sektor perbankan digital.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Allo Bank Indonesia tidak hanya telah pulih dari tekanan finansial di masa lalu, tetapi juga sedang melaju di jalur pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, menjadikannya sebagai salah satu pemain digital banking yang patut diperhitungkan di Indonesia.
Berapa Cuan Diterima Investor?
Dividen tunai yang akan dibagikan Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) tahun ini bukan hanya jadi sinyal positif atas kinerja keuangan yang solid, tetapi juga membawa kabar gembira bagi para investornya.
Dengan nilai dividen sebesar Rp10,74 per saham, investor akan menerima cuan sebesar Rp1.074 untuk setiap lot saham yang dimiliki. Ini menjadi bentuk apresiasi nyata dari Allo Bank kepada pemegang sahamnya, sekaligus penegasan bahwa perusahaan siap berbagi hasil dari pertumbuhan yang berhasil diraih.
Bagi para investor, ini bukan hanya return pasif yang menyenangkan, tapi juga bukti bahwa Allo Bank mulai bertransformasi menjadi pemain digital banking yang tidak sekadar ekspansif, tapi juga konsisten memberi nilai tambah.
Untuk mendapatkan dividen tunai tersebut, investor perlu memastikan bahwa dirinya tercatat sebagai pemegang saham sebelum tanggal cum dividen. Cum date adalah tanggal terakhir di mana investor harus memiliki saham BBHI agar berhak menerima dividen. Jika investor membeli saham setelah cum date, maka tidak akan mendapatkan dividen untuk periode tersebut.
Setelah cum date, akan ada ex date, yaitu tanggal di mana saham mulai diperdagangkan tanpa hak dividen. Kemudian, pada tanggal pencatatan (record date), perusahaan akan mencatat siapa saja yang berhak menerima dividen. Terakhir, pada tanggal pembayaran (payment date), dividen akan dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat.
Untuk BBHI, dividen tunai sebesar Rp10,74 per saham akan dibayarkan paling lambat pada 30 April 2025. Pastikan untuk membeli saham BBHI sebelum cum date yang telah ditentukan agar Anda berhak menerima dividen tersebut.(*)