KABARBURSA.COM - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), emiten pengelola Glodok Plaza, melalui entitas anak usaha, PT Suryalaya Anindita International (SAI), menandatangani perjanjian kredit dengan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Berdasarkan keterbukaan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui perjanjian ini, SAI mendapatkan fasilitas kredit investasi dengan total plafon mencapai Rp1,41 triliun per Selasa, 7 Januari 2025 lalu.
Sekretaris Perusahaan SSIA Yulean mengatakan, fasilitas kredit tersebut terdiri dari dua tranche, yakni Tranche A sebesar Rp1,2 triliun dan Tranche B sebesar Rp215 miliar. Fasilitas ini memiliki jangka waktu maksimal sepuluh tahun terhitung sejak tanggal penandatanganan.
"Pinjaman ini akan digunakan untuk mendanai dua tujuan utama. Tranche A akan digunakan untuk pembiayaan renovasi Melia Bali Hotels & Resorts, yang mencakup biaya renovasi bangunan (hard cost)," ujarnya dalam keterangan dikutip Sabtu, 18 Januari 2025.
Sementara itu, lanjut Yulean, Tranche B akan digunakan untuk perpanjangan hak pemanfaatan dan pengelolaan lahan oleh PT Pengembang Pariwisata Indonesia (ITDC) untuk Melia Bali Hotels & Resorts, serta untuk pembayaran sewa tanah dan bangunan kepada ITDC.
Seiring dengan adanya fasilitas pinjaman ini, PT Surya Semesta Internusa dan entitas anaknya, SAI, diperkirakan akan mengalami peningkatan aset dan liabilitas pada laporan keuangan konsolidasi. Renovasi Melia Bali Hotels & Resorts yang direncanakan selesai pada 2026 diharapkan dapat mendongkrak pendapatan usaha setelah proyek tersebut rampung.
Namun, untuk tahun 2025, tidak akan ada pendapatan usaha dari Melia Bali Hotels & Resorts karena renovasi yang sedang berlangsung.
Di sisi lain, fasilitas pinjaman ini akan menambah biaya bunga dan depresiasi penyusutan yang akan mempengaruhi keuangan perusahaan dalam jangka pendek. Meskipun demikian, hal ini diyakini dapat mendukung kelangsungan usaha perusahaan dan meningkatkan kinerja operasional SAI dan Perseroan di masa mendatang.
"Dari sisi hukum, perusahaan memastikan bahwa tidak ada dampak material yang ditimbulkan oleh perjanjian kredit ini," ujar Yulean, menegaskan.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Komersial ITDC, Troy Warokka mengatakan, kerja sama ini tidak hanya menjadi bukti nyata keberhasilan kolaborasi jangka panjang antara ITDC dan Suryalaya Anindita International, tetapi juga mencerminkan komitmen bersama untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan fasilitas di kawasan The Nusa Dua.
"Kehadiran Paradisus by Meliá Bali diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang signifikan, tidak hanya bagi daya tarik kawasan sebagai destinasi pariwisata kelas dunia, tetapi juga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional melalui kontribusi sektor pariwisata yang semakin kuat,” ungkap Troy.
Kinerja Keuangan SSIA hingga Kuartal III 2024
Sementara itu, SSIA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp228,4 miliar pada kuartal ketiga 2024. Capaian ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp23,7 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Dengan laba bersih tersebut, SSIA membukukan laba bersih per saham sebesar Rp48,60.
Kinerja positif perusahaan tercermin dari laporan keuangan kuartal ketiga 2024, dengan total pendapatan mencapai Rp3,86 triliun, meningkat 30 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp3 triliun. Laba bruto juga mengalami kenaikan yang signifikan, dengan angka Rp1,17 triliun atau tumbuh 55,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba operasional SSIA tercatat sebesar Rp629,6 miliar, sementara EBITDA (Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) perusahaan mencapai Rp703,0 miliar, yang mencatatkan kenaikan 107,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan margin EBITDA mencapai 18 persen, SSIA menunjukkan pengelolaan biaya yang efisien.
SSIA juga berhasil mempertahankan rasio keuangan yang solid dengan EBITDA/Interest Expense sebesar 4,14 kali, menandakan kemampuan perusahaan dalam menutup biaya bunga utangnya. Debt to Equity ratio tercatat sebesar 0,35, mencerminkan struktur permodalan yang konservatif dan rendah risiko.
Dengan pendapatan yang terus tumbuh, margin laba yang sehat, dan stabilitas keuangan yang terjaga, SSIA optimistis dapat mempertahankan kinerja positifnya hingga akhir tahun 2024. Meskipun sektor properti dan konstruksi mengalami tantangan, perusahaan tetap melihat peluang pertumbuhan, terutama dengan berlanjutnya proyek-proyek besar yang sedang dikelola.
SSIA juga memiliki total aset sebesar Rp10,48 triliun, dengan posisi kas yang kuat sebesar Rp1,89 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat Rp 1,77 triliun, sementara utang jangka panjang mencapai Rp931,6 miliar.
Performa Saham SSIA
Adapun dari lantai bursa, saham SSIA mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Jumat, 17 Januari 2025, turun 2,74 persen atau 30 poin, dan ditutup pada level Rp1.065 per saham. Penurunan ini terjadi setelah saham SSIA dibuka di harga Rp1.085, lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya di Rp1.095.
Perdagangan hari itu tercatat dengan volume transaksi mencapai 22,94 juta lot, yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata volume harian yang sebesar 30,46 juta lot. Total nilai transaksi untuk saham SSIA tercatat sebesar Rp24,6 miliar dengan frekuensi perdagangan sebanyak 2.512 kali.
Selama sesi perdagangan, saham SSIA sempat menyentuh harga tertinggi di level Rp1.100, namun tidak mampu bertahan dan akhirnya ditutup di posisi lebih rendah. Saham ini memiliki batas atas harga (ARA) di Rp1.365 dan batas bawah harga (ARB) di Rp825.
Dalam perdagangan tersebut, tercatat adanya transaksi jual asing (foreign sell) yang lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi beli asing (foreign buy), dengan nilai jual asing mencapai Rp6,9 miliar dan nilai beli asing hanya Rp6,4 miliar.
Sementara pada kuartal ketiga 2024, harga saham SSIA tercatat di angka Rp1.225 per lembar, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp5,76 triliun. Perusahaan juga mengumumkan dividen sebesar Rp12 per saham dengan Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 25,21x. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.