KABARBURSA.COM - CEO Tiamo Capital Hendra Martono Liem mengungkapkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal tahun tidak dapat disebut mengalami January effect. Alih-alih menunjukkan performa apik, pasar modal justru tengah dalam kondisi menurun.
"January effect itu biasanya terjadi ketika tanggal 15 (Januari) sudah mulai naik, namun melihat kondisi terakhir per kemarin sudah turun lumayan banyak. Maka sudah definetly tetap tidak bisa dikatakan January effect," ujarnya dalam dialog bersama Bursa Pagi-Pagi secara daring di kanal YouTube KabarBursaCom, Jumat, 31 Januari 2025.
Ia pun membeberkan ciri-ciri dari January effect tersebut, yang antara lain performa positif IHSG bulan Desember berlanjut pada Januari. Meski begitu, Hendra memberi isyarat lain yang akan terjadi Juni tahun ini.
"January effect itu biasanya terjadi bukan secara keseluruhan bursa itu naik. Ini kan sudah dari Desember, bursa sudah bagus, tapi biasanya Januari enggak jalan (bagus), maka Juni-nya itu baru mulai bagus," jelas CEO Tiamo Capital itu.
Sebagaimana diketahui pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 92 poin atau turun 1,29 persen ke level 7.073 pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025.
Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG hari ini terpantau bervariasi, dengan level tertinggi di 7.168 dan terendah di 7.042.
Pada perdagangan hari ini, volume transaksi tercatat sebanyak 18,459 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp12,071 triliun. Adapun frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.231.378 kali.
Sebanyak 206 saham terpantau menguat, 389 saham melemah, dan 213 saham stagnan.
Saham INET mencatat kenaikan tertinggi sebesar 35,00 persen, menjadikannya pemimpin dalam daftar top gainer kemarin.
Sementara itu, saham BSML mengalami koreksi terdalam dengan penurunan 26,06 persen.
Di sisi lain, Indeks LQ45 juga terkoreksi, melemah 1,67 persen. Saham dengan penurunan terdalam dalam indeks ini adalah ANTM, yang turun 6,38 persen.
Adapun dari sisi sektoral, mayoritas sektor berada di zona merah. Hanya dua sektor yang mengalami penguatan, yaitu non-siklis dan teknologi.
Bursa Asia Pagi ini
Sebagian besar bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat, 31 Januari 2025, usai tersulut sentimen positif Wall Street yang berhasil melejit pada Kamis, 30 Januari 2025.
Berdasarkan data CNBC, indeks acuan Jepang, Nikkei 225, memulai hari dengan naik 0,16 persen, sementara indeks yang lebih luas, Topix, meningkat 0,11 persen.
Indeks harga konsumen (CPI) Tokyo, tidak termasuk makanan segar, naik 2,5 persen secara tahunan pada Januari, dibandingkan dengan 2,4 persen pada bulan sebelumnya. Angka terbaru ini sesuai dengan perkiraan Reuters.
Tingkat pengangguran Jepang untuk bulan Desember turun menjadi 2,4 persen dari 2,5 persen pada bulan sebelumnya, meleset dari perkiraan Reuters yang memperkirakan angka 2,5 persen.
Sementara itu, penjualan ritel Jepang untuk Desember naik 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan output industri negara tersebut tumbuh 0,3 persen secara bulanan, bangkit dari penurunan 2,2 persen di bulan sebelumnya.
Di Korea Selatan, pasar saham dibuka lebih rendah setelah libur empat hari. Indeks Kospi memulai hari dengan turun 0,97 persen, sementara indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq melemah 0,46 persen.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,71 persen.
Indeks harga produsen negara tersebut meningkat 3,7 persen sepanjang tahun hingga kuartal Desember 2024, menurut data yang dirilis pada hari Jumat oleh Biro Statistik Australia.
Sementara itu, pasar saham Hong Kong dan China tetap tutup untuk libur Tahun Baru Imlek.
Wall Street Perkasa
Indeks Wall Street mengakhiri sesi perdagangan yang bergejolak dengan kenaikan pada Kamis, 30 Januari 2025 karena investor mencerna serangkaian laporan keuangan utama. Di sisi lain, komentar optimis dari Tesla membantu mengimbangi hasil mengecewakan dari Microsoft.
Seperti dilansir dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 168,61 poin atau 0,38 persen menjadi 44.882,13, S&P 500 naik 31,86 poin atau 0,53 persen menjadi 6.071,17, dan Nasdaq Composite naik 49,43 poin atau 0,25 persen menjadi 19.681,75.
Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang naik lebih banyak dibandingkan yang turun dengan rasio 4,1 banding 1. Ada 254 saham yang mencapai level tertinggi baru, sedangkan 52 saham menyentuh level terendah baru.
Di Nasdaq, 2.938 saham naik dan 1.470 saham turun, dengan rasio saham yang naik terhadap yang turun sebesar 2 banding 1. Volume perdagangan di bursa AS mencapai 13,79 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 15,4 miliar saham dalam sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Indeks saham sempat mengalami penurunan di akhir sesi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengenakan tarif 25 persen pada impor dari Meksiko dan Kanada, dua mitra dagang utama AS. Trump mengatakan bahwa ia kemungkinan akan memutuskan pada akhir hari apakah akan menerapkan tarif 25 persen pada impor minyak dari Meksiko dan Kanada, yang akan berlaku mulai 1 Februari.
Kekhawatiran tentang kemungkinan tarif tersebut dan dampaknya terhadap ekonomi AS serta inflasi membuat investor tetap waspada.
“Sampai kita memahami kebijakan tarif dan kebijakan fiskal yang akan diterapkan, pasar akan kesulitan menemukan arah yang berkelanjutan,” kata Oliver Pursche, wakil presiden senior dan penasihat di Wealthspire Advisors, Westport, Connecticut.
“Kami kemungkinan akan melihat peningkatan volatilitas, tetapi dalam kisaran yang terbatas,” tambahnya. (*)
https://www.youtube.com/live/ZXonMoZ4-Z8?si=9MnTVXr5aDQm6wDO