Logo
>

Analis Beberkan Biang Kerok IHSG Koreksi hingga 1,54 Persen

IHSG anjlok ke 7.065 pada perdagangan 2 Juni 2025 akibat tekanan domestik dan global, termasuk deflasi, kontraksi manufaktur, dan ketegangan dagang AS-China.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Analis Beberkan Biang Kerok IHSG Koreksi hingga 1,54 Persen
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 2 Juni 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 1,54 persen ke level 7.065 pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025.

    Analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana menerangkan kejatuhan IHSG tersebut disebabkan kombinasi sejumlah sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri. 

    Dari domestik, tekanan IHSG datang dari data inflasi yang menunjukkan deflasi sebesar -0,37 persen secara bulanan, yang menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun ini.

    "Meskipun secara tahunan inflasi masih tercatat 1,60 persen, namun tren deflasi mengindikasikan adanya potensi pelemahan daya beli masyarakat, yang bisa menjadi sinyal buruk bagi kinerja konsumsi domestik ke depan," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com dikutip, Selasa, 3 Juni 2025.

    Ditambah lagi, kata Hendra, data aktivitas manufaktur Indonesia (PMI) Mei kembali kontraksi di level 47,4, menunjukkan bahwa sektor industri belum sepenuhnya pulih, bahkan permintaan baru justru turun tajam, terdalam sejak Agustus 2021. 

    Sementara dari eksternal, ia melihat tekanan terhadap IHSG disebabkan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat seiring kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang memicu kekhawatiran global. 

    "Termasuk dampak terhadap neraca perdagangan Indonesia yang anjlok menjadi hanya USD150 juta pada April 2025 dari USD4,3 miliar pada Maret," jelasnya. 

    Hendra menilai, kekhawatiran ini diperparah dengan munculnya kembali isu penyebaran varian baru Covid-19 di beberapa negara Asia, memicu risk-off di pasar saham regional. 

    Tak heran, kondisi tersebut membuat asing mencatatkan net sell signifikan senilai Rp2,73 triliun dan IHSG ditutup melemah tajam 1,54 persen ke level 7.065.

    Ia memperkirakan tekanan terhadap IHSG masih bisa berlanjut dalam jangka pendek, terutama karena belum adanya katalis kuat yang mampu membalikkan sentimen secara menyeluruh. 

    "Dengan demikian, IHSG berpotensi menguji support psikologis di level 7.000 atau bahkan turun ke kisaran 6.950 dalam waktu dekat. Level resisten terdekat kini berada di 7.200," terangnya. 

    Adapun, lanjut Hendra, sektor yang menjadi pemberat utama IHSG pada kemarin adalah perbankan, khususnya saham-saham big cap seperti BBCA, BBRI, dan BMRI, yang mengalami tekanan jual cukup besar. 

    Dia bilang, hal ini kemungkinan dipicu oleh kekhawatiran pasar atas prospek penyaluran kredit yang melambat di tengah lemahnya konsumsi, serta potensi risiko kualitas aset jika pertumbuhan ekonomi kehilangan momentum.

    "Selain itu, aksi ambil untung pasca penguatan sektor keuangan dalam beberapa pekan terakhir juga memperburuk tekanan di sesi pertama hari ini," tuturnya. 

    Sementara itu diberitakan sebelumnya, sepanjang sesi kemarin, indeks sempat menyentuh level tertinggi harian di 7.152,91 dan terendah di 7.035,84. IHSG dibuka di posisi 7.134,49 memerah.

    Total volume transaksi di seluruh pasar mencapai 257,34 juta lot dengan nilai Rp20,93 triliun dari 1,43 juta kali transaksi. Di pasar reguler, volume tercatat sebesar 241,71 juta lot dengan nilai perdagangan Rp16,53 triliun.

    Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp71,4 miliar di pasar reguler. Pembelian oleh investor asing tercatat sebesar Rp10,2 triliun sementara penjualan mencapai Rp10,3 triliun. Secara keseluruhan, porsi transaksi investor asing mencapai 52,30 persen, sedangkan investor domestik sebesar 47,70 persen.

    Saham-saham yang mencatatkan kenaikan terbesar hari ini antara lain saham PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk dari sektor infrastruktur dengan kode emiten RMKO yang melonjak 34,41 persen ke harga Rp125. Disusul oleh saham PT Saranacentral Bajatama Tbk dari sektor basic industry dengan kode emiten BAJA yang naik 32,43 persen ke level Rp147. Saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk dari sektor energi dengan kode emiten PSAB juga menguat 25,00 persen ke harga Rp390. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.