Logo
>

Analis Beberkan Penyebab Rupiah Terancam Jebol ke Rp16.620

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Analis Beberkan Penyebab Rupiah Terancam Jebol ke Rp16.620
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan terus mengalami pelemahan hingga ke level Rp16.620. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan terus mengalami pelemahan hingga ke level Rp16.620. Menurutnya, pelemahan rupiah akan terus terjadi seiring dengan peningkatan ekskalasi konflik di Timur Tengah.

    “Apa yang menyebabkan rupiah begitu tajam? Geopolitik masih terus memanas di mana Amerika sudah mengancam Iran dan memberikan ultimatum untuk perang atau menghentikan reactor nuklirnya,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa, 25 Maret 2025.

    Menurutnya, ultimatum ini adalah ancaman untuk negara-negara di Timur Tengah dan menunjukkan kesiapan Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Iran yang diduga berada di belakang layar atas serangan Houthi, Yaman di Laut Merah. Selama ini Houthi menyerang kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel yang melintas di Laut Merah.

    Faktor eksternal berikutnya yang jadi penyebab pelemahan Rupiah terhadap dolar adalah genosida kedua yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di jalur Gaza. Meski kekejaman Israel terus mendapat protes dari warganya, Israel menganggap jalur Gaza adalah wilayahnya sehingga terus melakukan pengeboman.

    Selain genosida, lanjut Ibrahim, serangan Houthi Yaman di Laut Merah yang kian masif membuat 80 persen perdagangan yang melintasi Laut Merah harus berbelok ke Afrika.

    “Ini yang membuat harga-harga transportasi naik tinggi dan ini akan membuat biaya cukup mahal serta mendorong terjadinya inflasi,” jelasnya.

    Pelemahan rupiah juga terjadi akibat penerapan bea impor tambahan yang berlaku pada 2 April 2025 dapat membebani pasar sehingga membuat harga-harga naik.

    Sedangkan dari faktor internal, pelemahan rupiah terjadi karena permasalahan Daya Anagata Nusantara (Danantara) dan pengesahan UU TNI juga menjadi penyebab pelemahan rupiah.

    “Dari segi internal kita tahu bahwa permasalahan Danantara, ucapan presiden yang mengatakan saham adalah judi dan IHSG tidak ada hubungannya dengan masyarakat kelas bawah sehingga hal ini membuat frustasi para investor sehingga keluar dari Indonesia,” kata Ibrahim. 

    Selain itu, penetapan pengurus Danantara juga dinilai membuat investor asing keluar dari Indonesia. Menurutnya, investor asing tak ingin pasar modal di Indonesia diintervensi pemerintah. 

    “Apalagi bareskrim juga membuat statement jika akan mengawasi pasar modal dan ini adalah bentuk intervensi pemerintah terhadap pasar modal sehingga dianggap bahwa ini tidak aman bagi investor. Investor ingin pemerintah dan lembaga tertentu hanya mengawasi saja,” jelasnya.

    Rupiah Ditutup Melemah

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup melemah sebanyak 66 poin di level Rp16.567 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025.

    Ibrahim menuturkan, salah satu faktor internal yang menyebabkan rupiah melemah ialah banyaknya perusahaan yang gulung tikar. 

    "Berimbas terhadap PHK besar-besaran membuat lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 24 Maret 2025.

    Ibrahim menyebut, sejatinya lebaran merupakan periode  yang diharapkan oleh pelaku usaha untuk dapat meningkatkan bisnisnya, sekaligus momentum yang diharapkan bisa mendorong konsumsi masyarakat.

    Pasalnya, lanjut dia, perputaran uang selama lebaran cenderung meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa. Hal ini terjadi seiring dengan naiknya aktivitas belanja masyarakat, perjalanan wisata, dan konsumsi barang serta jasa. 

    Menurut Ibrahim, Lebaran selalu menjadi salah satu pendorong penting bagi sektor di dunia usaha seperti ritel, pariwisata, akomodasi, makanan dan minuman, serta transportasi. 

    "Aktivitas mudik yang melibatkan ratusan juta masyarakat dari berbagai daerah biasanya memberikan efek berantai terhadap sektor-sektor tersebut," katanya. 

    Berpindah ke faktor eksternal, Ibrahim membeberkan pelaku pasar masih menilai potensi risiko dari tarif perdagangan AS yang akan datang. 

    Dia berujar, sentimen pasar bersikap hati-hati menyusul laporan bahwa Presiden Donald Trump berencana untuk menerapkan pendekatan yang lebih selektif terhadap tarif timbal balik mulai 2 April 2025.

    Ada pula sentimen dari delegasi AS  yang menunjukan arah untuk melakukan gencatan senjata Laut Hitam dan penghentian kekerasan yang dalam perang di Ukraina. 

    Di sisi lain, Gubernur Bank Jepang Kazuo Ueda, menyatakan pada hari Senin bank sentral tetap berkomitmen untuk menaikkan suku bunga jika inflasi inti bergerak mendekati target 2 persen terlepas dari potensi kerugian pada portofolio obligasi pemerintahnya. 

    "Data menunjukkan bahwa aktivitas pabrik Jepang menurun pada laju tercepat dalam setahun pada bulan Maret, dengan PMI manufaktur Bank Au Jibun turun menjadi 48,3 dari 49,0 pada bulan Februari," ujarnya.

    Modal Asing Keluar

    Bank Indonesia (BI) kembali mencatatkan tekanan arus modal keluar dari pasar saham domestik. Dalam periode 17–20 Maret 2025, investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp4,78 triliun di pasar saham, menambah kekhawatiran terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah sentimen global yang belum kondusif.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, mengatakan selama periode tersebut, aliran dana nonresiden menunjukkan jual neto sebesar Rp4,25 triliun. 

    “Komponen tersebut terdiri dari beli neto Rp1,20 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto Rp0,67 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” ungkap Ramdan dalam keterangan tertulis, Jumat 21 Maret 2025.

    Dari sisi nilai tukar, tekanan terhadap rupiah masih berlanjut. Pada akhir perdagangan Kamis 20 Maret 2025, rupiah ditutup pada posisi Rp16.470 per dolar AS. Sementara itu, pada pembukaan Jumat pagi, Rupiah sedikit melemah di level Rp16.480 per dolar AS. 

    Kenaikan imbal hasil SBN tenor 10 tahun ke 7,09 persen juga mencerminkan adanya penyesuaian risiko di pasar surat utang pemerintah.

    Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) tercatat menguat ke 103,85, menambah tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk instrumen global lainnya, yield US Treasury (UST) 10 tahun turun ke 4,237 persen, menunjukkan adanya preferensi investor global terhadap aset safe haven.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.