Logo
>

Analis Turunkan Target Harga Baru Saham BMRI, Ada Apa?

Ditulis oleh Yunila Wati
Analis Turunkan Target Harga Baru Saham BMRI, Ada Apa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri Tbk, dengan kode saham BMRI, berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp55,8 triliun pada tahun 2024. Nilai tersebut sedikit di bawah estimasi yang diproyeksikan oleh BRI Danareksa Sekuritas dan konsensus analis.

    Laba tersebut merefleksikan 97 persen dari proyeksi BRI Danareksa Sekuritas dan 98 persen dari ekspektasi analis secara keseluruhan. Salah satu faktor yang menyebabkan realisasi laba sedikit meleset adalah rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) yang lebih tinggi dari perkiraan, yakni mencapai 40 persen, sementara estimasi awal berada di angka 37,8 persen.

    Meskipun demikian, pertumbuhan kredit Bank Mandiri tetap kuat dengan kenaikan sebesar 19,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kinerja ini cukup mengimbangi penurunan net interest margin (NIM) yang turun 33 basis poin (bps).

    Dengan pertumbuhan kredit yang solid, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) juga mengalami peningkatan sebesar 6 persen. Segmen korporasi dan komersial masih menjadi tulang punggung pertumbuhan kredit dengan ekspansi masing-masing sebesar 27 persen dan 23 persen yoy.

    Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8 persen, menghasilkan loan to deposit ratio (LDR) yang cukup tinggi di level 98 persen.

    Dari sisi risiko kredit, Bank Mandiri mempertahankan cost of credit (CoC) di angka 0,8 persen sepanjang 2024, yang mencerminkan stabilitas kualitas aset. Selain itu, cakupan non-performing loan (NPL) mengalami sedikit penurunan dari 326 persen menjadi 271 persen, dengan rasio NPL yang membaik dari 1,2 persen menjadi 1,1 persen.

    Proyeksi Kinerja dan Target Harga

    Memasuki tahun 2025, BMRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang lebih moderat dengan tetap menjaga kualitas aset yang solid. Target pertumbuhan kredit ditetapkan di kisaran 10-12 persen yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2024 yang mencapai 19,5 persen.

    Sementara itu, NIM diperkirakan berada di rentang 5-5,2 persen, sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya yang berada di angka 5,15 persen.

    Dalam aspek manajemen risiko, cost of credit (CoC) dipatok di kisaran 1-1,2 persen dari sebelumnya 0,79 persen pada 2024. Rasio NPL diprediksi bertahan di sekitar 1 persen, menunjukkan bahwa kualitas kredit tetap terjaga.

    Manajemen Bank Mandiri juga berencana menurunkan LDR ke kisaran 90 persen, lebih rendah dibandingkan 2024 yang mencapai 98 persen, sehingga memerlukan pertumbuhan DPK minimal sebesar 14 persen yoy untuk menjaga keseimbangan pendanaan.

    BRI Danareksa Sekuritas menyesuaikan estimasi kinerja Bank Mandiri untuk 2025 dan 2026 dengan sedikit revisi ke bawah, masing-masing sebesar 7 persen dan 5 persen. Meskipun demikian, rekomendasi beli terhadap saham BMRI tetap dipertahankan.

    Namun, target harga saham BMRI mengalami penyesuaian dari Rp6.400 menjadi Rp5.900. Target harga baru ini didasarkan pada valuasi price to book value (PBV) sebesar 1,8 kali, yang masih mencerminkan nilai wajar saham BMRI di pasar.

    Dengan fundamental yang tetap kuat, Bank Mandiri masih menjadi salah satu saham perbankan yang menarik bagi investor, terutama bagi mereka yang mencari eksposur di sektor keuangan dengan prospek pertumbuhan stabil dan manajemen risiko yang terjaga.

    Saham Anjlok 7,2 Persen

    Saham-saham perbankan besar (big banks) di Indonesia mengalami penurunan tajam pada perdagangan sesi I, Kamis, 6 Februari 2025, dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan penurunan terbesar di antara bank-bank besar lainnya.

    Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BMRI terjun sebesar 7,24 persen, ditutup pada harga Rp5.125, turun Rp400 dari harga penutupan sebelumnya yang berada di Rp5.525. Perdagangan saham BMRI tercatat memiliki volume 303,86 juta lot, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan volume rata-rata harian yang mencapai 111,55 juta lot.

    Selain BMRI, tiga bank besar lainnya juga mengalami penurunan signifikan. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tercatat turun 3,78 persen, berakhir pada harga Rp4.330, setelah melemah Rp170 dari harga sebelumnya yang berada di Rp4.500. Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga tercatat turun 2,66 persen, dengan harga saham menutup hari di Rp4.030, anjlok Rp110 dari harga sebelumnya.

    Selanjutnya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), meskipun mencatatkan penurunan yang lebih kecil, tetap mengalami penurunan 1,92 persen, berakhir di Rp8.950, dengan penurunan sebesar Rp175.

    Penurunan tajam pada saham BMRI ini menjadi sorotan utama di pasar saham hari ini, dengan banyak analis yang memprediksi bahwa sentimen negatif di sektor perbankan mungkin terkait dengan ketidakpastian ekonomi global dan domestik. Volume transaksi yang tinggi pada saham BMRI menunjukkan adanya aksi jual besar-besaran, yang mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kinerja saham tersebut.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79