Logo
>

Analisis BBNI Q2 2025 usai Kinerja Kuartal Pertama Stabil

BBNI menghadapi tantangan dan peluang yang dipengaruhi oleh sejumlah indikator makroekonomi dan industri terkini.

Ditulis oleh Yunila Wati
Analisis BBNI Q2 2025 usai Kinerja Kuartal Pertama Stabil
Ilustrasi. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengawali tahun 2025 dengan kinerja yang cukup solid, meskipun dinamika ekonomi dan tekanan biaya pendanaan mulai memberi sinyal kehati-hatian. 

Berdasarkan laporan riset terbaru dari MNC Sekuritas per 5 Mei 2025, BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,4 triliun pada kuartal pertama 2025. Angka ini naik tipis 1 persen secara tahunan dan tumbuh 4 persen dibanding kuartal sebelumnya.

Lalu, bagaimana dengan kinerja di kuartal kedua atau Q2 menyusul menguatnya tantangan di sektor ekonomi domestik? 

Jika kita lihat dari kinerja keuangan kuartal I 2025 (1Q25), realisasi yang disampaikan dalam laporan keuangan BBNI tersebut masih sesuai dengan ekspektasi pasar, yaitu setara dengan 24 persen dari estimasi penuh tahun 2025 versi MNCS maupun konsensus analis.

Dari sisi operasional, pendapatan sebelum provisi dan pajak (PPOP) tercatat sebesar Rp8,3 triliun. Namun, PPOP ini stagnan secara tahunan dan justru turun 13 persen secara kuartalan. 

Tekanan terhadap margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) menjadi salah satu faktor yang membayangi performa BBNI. NIM kuartal ini bertahan di level 3,9 persen, tidak berubah secara tahunan namun turun 55 basis poin dibanding kuartal sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh naiknya biaya dana (funding cost) dan tekanan persaingan dalam penyaluran kredit. 

Meski demikian, manajemen BBNI menyampaikan bahwa ada peluang untuk melakukan penyesuaian harga kredit—terutama pada segmen kredit pemilikan rumah (KPR) dan usaha mikro kecil menengah (UMKM)—untuk menjaga kestabilan margin di paruh kedua 2025.

Pertumbuhan kredit bank ini terbilang cukup baik dengan kenaikan sebesar 10 persen secara tahunan. Namun secara kuartalan, kredit mengalami kontraksi ringan 1 persen. Segmen kredit korporasi dan konsumsi menjadi motor utama pertumbuhan, masing-masing naik 16 persen dan 13 persen YoY. 

Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah hanya tumbuh 5 persen YoY, tapi rasio dana murah (CASA) meningkat menjadi 70,5 persen, naik 80 basis poin. Loan to Deposit Ratio (LDR) BBNI juga meningkat signifikan ke level 93,4 persen, menunjukkan efisiensi penyaluran dana yang lebih agresif dibanding tahun lalu.

Meski ada indikasi penurunan kualitas aset, seperti naiknya Loan at Risk (LAR) dan Special Mention Loan (SML), tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tetap stabil di level 2,0 persen. Ini menandakan bahwa manajemen risiko kredit BBNI masih cukup disiplin dan terkendali. 

Kendati demikian, BBNI tetap berhati-hati dalam menetapkan target bisnis ke depan. Untuk tahun 2025, bank ini membidik pertumbuhan kredit moderat di kisaran 8 persen hingga 10 persen dengan ekspektasi NIM di level 4,0 persen hingga 4,2 persen.

MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham BBNI, dengan target harga tidak berubah di Rp5.400. Dengan valuasi yang masih menarik dan potensi perbaikan margin di semester kedua, BBNI tetap menjadi salah satu saham sektor perbankan yang patut dipertimbangkan oleh investor, khususnya yang mengincar fundamental kuat dan strategi pertumbuhan yang konservatif namun terarah.

Di tengah ketidakpastian global dan prospek ekonomi domestik yang berpotensi menantang, kinerja BBNI menunjukkan stabilitas yang patut diapresiasi. 

Dengan manajemen yang sigap merespons tekanan margin dan kualitas aset yang masih terjaga, saham BBNI tetap menjadi pilihan rasional bagi investor yang menginginkan eksposur ke sektor keuangan yang resilien di 2025.

Kinerja Keuangan Q2 Tetap Solid, Asalkan?

Memasuki kuartal kedua 2025, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menghadapi tantangan dan peluang yang dipengaruhi oleh sejumlah indikator makroekonomi dan industri terkini. 

Dari berbagai sumber.
Dalam iklim global yang masih penuh ketidakpastian, stabilitas domestik menjadi elemen krusial dalam menjaga keberlangsungan kinerja perusahaan, terutama di sektor perbankan yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi makro.

Salah satu indikator yang paling diperhatikan investor adalah suku bunga acuan Bank Indonesia. Hingga April 2025, BI mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen. Keputusan ini diambil sebagai langkah menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sekaligus memastikan inflasi tetap berada dalam target 2,5±1 persen. 

Dalam konteks perbankan, BI Rate yang stabil mencerminkan suasana kebijakan moneter yang kondusif, namun tetap memberikan tekanan bagi perbankan dalam mengelola margin bunga bersih (NIM), terutama jika biaya dana meningkat di tengah pertumbuhan kredit yang moderat.

Dari sisi nilai tukar, Rupiah sempat mengalami fluktuasi, namun pada akhir April 2025 tercatat menguat di kisaran Rp16.787 per USD. Bahkan, pada 1 Mei 2025, Rupiah kembali menguat ke level Rp16.453 per USD. Rata-rata nilai tukar sepanjang tahun ini berada di Rp16.472 per USD. 

Penguatan ini tentu menjadi angin segar bagi sektor perbankan, khususnya bagi BBNI yang memiliki eksposur signifikan di sektor korporasi dan perdagangan internasional. Nilai tukar yang stabil memberi kepastian dalam pengelolaan portofolio valas serta mengurangi tekanan terhadap potensi gagal bayar dari nasabah dengan utang dalam dolar.

Sementara itu, dari sisi fundamental ekonomi, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan. Angka ini menjadi pertumbuhan terendah sejak kuartal ketiga 2021, dan berada di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan 4,91 persen. 

Realisasi ini juga lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,02 persen. Meskipun masih mencerminkan pertumbuhan, angka ini bisa mengindikasikan mulai terjadinya perlambatan aktivitas ekonomi, yang tentu akan berdampak pada permintaan kredit, khususnya di sektor konsumsi dan UMKM.

Inflasi pun menunjukkan tren naik. Pada April 2025, tingkat inflasi tahunan mencapai 1,95 persen, naik signifikan dari 1,01 persen di bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi mencapai 1,17 persen. Meskipun masih dalam sasaran Bank Indonesia, tren ini bisa menurunkan daya beli masyarakat dan berpotensi memperlambat permintaan kredit konsumtif. 

Dalam situasi seperti ini, perbankan seperti BBNI perlu melakukan penyesuaian strategi untuk menyesuaikan segmen kredit yang tetap prospektif di tengah daya beli yang tertekan.

Likuiditas industri perbankan Indonesia juga tetap menjadi perhatian. Per 2 Mei 2025, suku bunga antarbank tiga bulan tercatat stabil di 6,69 persen. 

Ini mencerminkan kondisi likuiditas yang relatif ketat di pasar uang. Bagi BBNI, kondisi ini dapat mempengaruhi strategi penghimpunan dana dan efisiensi biaya dana, terutama dalam menjaga rasio CASA (Current Account Saving Account) tetap tinggi sebagai sumber pendanaan murah.

Mengacu pada keseluruhan data tersebut, kinerja BBNI pada kuartal kedua 2025 akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam mengelola margin, menjaga kualitas aset, dan menyalurkan kredit secara selektif. 

Stabilitas nilai tukar dan kebijakan moneter yang akomodatif menjadi modal dasar yang kuat, namun tantangan dari sisi pertumbuhan ekonomi dan inflasi tetap perlu diantisipasi dengan strategi yang tepat dan efisien.

Dengan posisi strategis BBNI dalam industri perbankan nasional serta kapabilitas manajemen yang adaptif, harapan akan kinerja keuangan yang tetap solid pada kuartal kedua sangat mungkin terwujud, asalkan bank mampu membaca dinamika makro secara cermat dan melakukan penyesuaian yang taktis terhadap portofolio bisnisnya. 

Ini saatnya bagi BBNI untuk menunjukkan ketangguhan fundamentalnya di tengah kompleksitas ekonomi yang dinamis.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79