KABARBURSA.COM - PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatatkan kinerja keuangan yang stabil di sepanjang kuartal pertama tahun 2025. Perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp10,25 triliun, meningkat 4,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp565,2 miliar, mengalami penurunan sebesar 5 persen secara tahunan. Pada periode yang sama, EBITDA mencapai Rp829 miliar, lebih tinggi dibandingkan rata-rata EBITDA lima tahun terakhir yang tercatat Rp743 miliar.
Laba usaha perusahaan tercatat sebesar Rp685,74 miliar, sedikit menurun dibandingkan Rp692,32 miliar pada kuartal pertama tahun sebelumnya.
AKRA mencatatkan posisi kas yang kuat, dengan total kas mencapai Rp5,07 triliun, yang mendukung fleksibilitas keuangan perusahaan ke depan.
Dalam rencana tahun 2025, AKRA menetapkan target laba bersih antara Rp2,4 hingga Rp2,6 triliun. Target ini didukung oleh ekspansi jaringan SPBU serta optimalisasi penjualan lahan di kawasan industri Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE).
Perusahaan berencana menambah 10 hingga 15 unit SPBU, sehingga target jumlah total SPBU hingga akhir tahun mencapai 70 sampai 80 unit.
Selain ekspansi SPBU, AKRA menargetkan penjualan lahan di kawasan JIIPE hingga mencapai 100 hektare. Penjualan lahan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor industri dan meningkatkan kontribusi pendapatan dari sektor utilitas kawasan industri tersebut.
Belanja modal (capital expenditure) yang disiapkan untuk tahun 2025 berkisar antara Rp200 miliar hingga Rp300 miliar, difokuskan pada pemeliharaan infrastruktur serta pengembangan bisnis di wilayah Indonesia Timur.
Dari sisi valuasi, AKRA mencatatkan Price to Earnings (P/E) Ratio sebesar 8,68 kali untuk tahun berjalan. Nilai intrinsik saham AKRA dihitung sebesar Rp1.482,32 per saham, lebih tinggi dari harga pasar saat ini. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity/D/E Ratio) tercatat sebesar 0,36, menunjukkan bahwa struktur permodalan perusahaan berada dalam kondisi yang solid.
Dalam prospek ke depan, AKRA dihadapkan pada beberapa peluang, antara lain pertumbuhan permintaan bahan bakar di kawasan Indonesia Timur serta potensi pendapatan berulang dari sektor utilitas kawasan industri JIIPE.
Di sisi lain, perusahaan juga menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya fluktuasi harga minyak global yang dapat mempengaruhi margin distribusi, serta proses penjualan lahan industri yang memerlukan waktu dan bergantung pada dinamika regulasi.
AKRA melanjutkan strategi pertumbuhan yang terukur, dengan memperkuat lini bisnis distribusi energi dan mengembangkan kawasan industri berbasis utilitas untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
Saham AKRA vs Emiten Energi Lainnya
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menempati posisi menarik dalam lanskap industri energi nasional jika dibandingkan dengan beberapa emiten besar lainnya seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
Melalui data tahun 2024, terlihat adanya perbedaan mencolok dalam hal kinerja keuangan, efisiensi operasional, dan valuasi antar masing-masing perusahaan.
Dari sisi pendapatan, AKRA mencatatkan angka tertinggi sebesar Rp38,72 triliun. Nilai ini jauh melampaui pendapatan MEDC yang berada di Rp2,57 triliun, PGAS dengan Rp3,62 triliun, serta ELSA yang membukukan pendapatan Rp1,25 triliun.
Dominasi AKRA dalam pencapaian pendapatan menandakan skala bisnis yang lebih besar dibandingkan rekan-rekannya di sektor energi.
Laba bersih AKRA tercatat sebesar Rp2,22 triliun, menjadikannya sebagai emiten dengan nominal laba tertinggi dalam kelompok ini. Sementara itu, MEDC membukukan laba Rp0,44 triliun, PGAS sebesar Rp0,42 triliun, dan ELSA dengan laba bersih Rp0,10 triliun.
Jika dilihat dari sisi margin laba bersih, MEDC mencatatkan margin tertinggi sebesar 17,1 persen, disusul oleh PGAS sebesar 11,6 persen, ELSA sebesar 8,0 persen, dan AKRA sebesar 5,7 persen.
Perbedaan margin ini mencerminkan bahwa meskipun AKRA unggul secara nominal laba, emiten lain seperti MEDC menunjukkan efisiensi operasional yang lebih tinggi dalam menghasilkan laba bersih terhadap pendapatannya.
Return on Equity (ROE), yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan modal pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan, memperlihatkan AKRA sebagai emiten dengan ROE tertinggi, yakni sebesar 25 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ROE MEDC sebesar 12,5 persen, PGAS sebesar 10,2 persen, dan ELSA sebesar 8,5 persen.
Dari sisi valuasi pasar, rasio Price to Earnings (P/E) menunjukkan bahwa MEDC memiliki valuasi relatif lebih rendah dengan angka 6,5 kali, diikuti PGAS 7,8 kali, AKRA 9,3 kali, dan ELSA 10,1 kali. Sementara untuk rasio EV/EBITDA (Enterprise Value terhadap EBITDA), MEDC mencatat 4,5 kali, PGAS 5,2 kali, AKRA 8,0 kali, dan ELSA 6,3 kali.
Rasio-rasio ini memberikan gambaran tentang bagaimana pasar menilai emiten-emiten tersebut dibandingkan dengan kemampuan menghasilkan pendapatan operasional.
Kapitalisasi pasar masing-masing perusahaan juga memberikan perspektif tambahan. AKRA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp20,7 triliun, PGAS Rp18,9 triliun, MEDC Rp15,2 triliun, dan ELSA Rp5,4 triliun.
Melalui berbagai parameter tersebut, perbandingan ini menunjukkan adanya kekuatan yang berbeda dari masing-masing emiten energi. AKRA unggul dari sisi skala bisnis dan efisiensi penggunaan ekuitas, sedangkan MEDC dan PGAS mencatatkan margin laba bersih yang lebih tinggi dan valuasi pasar yang lebih rendah.
Laporan Keuangan Kuartal I 2025, Dividen 2015, dan Prospek AKRA
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengawali tahun 2025 dengan kinerja yang stabil di tengah dinamika industri energi dan distribusi logistik nasional. Pada kuartal pertama 2025, AKRA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp10,25 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 4,4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp565,2 miliar, mengalami sedikit penurunan sekitar 5 persen dibandingkan laba bersih kuartal I 2024 yang mencapai Rp595,45 miliar. Penurunan laba ini terjadi meskipun pendapatan meningkat, menandakan adanya tekanan pada margin usaha atau beban operasional yang lebih tinggi dalam periode tersebut.
Kinerja kuartal pertama ini tetap memperkuat posisi keuangan AKRA, mengingat perusahaan juga mempertahankan arus kas yang kuat dan melanjutkan fokusnya pada pengembangan proyek strategis, termasuk perluasan kawasan industri JIIPE dan ekspansi jaringan SPBU di berbagai wilayah di Indonesia.
Mengulas ke belakang, AKRA pada tahun fiskal 2015 tercatat membagikan dividen tunai sebesar Rp24 per saham. Total dividen yang didistribusikan kepada para pemegang saham mencapai Rp474 miliar.
Dividend payout ratio pada tahun tersebut sebesar 45,8 persen, mencerminkan komitmen perusahaan dalam mengembalikan sebagian laba bersihnya kepada pemegang saham. Pembayaran dividen tersebut turut mempertegas pendekatan AKRA yang mengutamakan keseimbangan antara ekspansi usaha dan pemberian nilai tambah bagi pemegang saham.
Melihat ke depan, AKRA menargetkan pertumbuhan laba bersih antara 8 persen hingga 15 persen pada tahun 2025. Perusahaan membidik pencapaian laba bersih di kisaran Rp2,4 triliun hingga Rp2,6 triliun.
Target ini ditopang oleh sejumlah faktor, di antaranya peningkatan kontribusi dari bisnis distribusi energi, ekspansi kawasan industri berbasis utilitas, serta stabilitas operasional yang diperkuat melalui investasi strategis.
Secara keseluruhan, pencapaian kuartal pertama dan target tahunan yang ditetapkan memperlihatkan konsistensi AKRA dalam menjaga pertumbuhan bisnisnya.
Dukungan dari segmen energi, distribusi bahan kimia, dan pengembangan kawasan industri menjadi pilar utama yang menopang arah pertumbuhan perusahaan pada tahun berjalan.
Dari karakteristik yang telah disebutkan di atas, saham AKRA memiliki beberapa ciri yang biasanya dicari oleh investor pemula: bisnis yang stabil, distribusi dividen, struktur keuangan sehat, serta proyeksi pertumbuhan moderat.
Meski demikian, seperti semua instrumen investasi, tetap perlu memperhatikan risiko terkait fluktuasi harga minyak dunia dan perkembangan proyek industri jangka panjang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.