KABARBURSA.COM - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam akan meluncurkan emas tematik spesial untuk perayaan Imlek 2025 dengan tema Shio Ular Kayu. Emas ini direncanakan dirilis pada 8 Januari 2025 dan mulai tersedia untuk pembelian pada 9 Januari 2025.
Produk emas tematik ini dirancang untuk memadukan estetika seni dengan filosofi budaya Tionghoa, menjadikannya simbol keberuntungan sekaligus investasi bernilai tinggi. Direktur Operasi dan Produksi Antam, Hartono, menyatakan bahwa emas edisi khusus Tahun Baru Imlek 2025 ini mencerminkan simbol keberuntungan dan investasi berharga.
“Kami sangat antusias menyambut Tahun Baru Imlek 2025 dengan menghadirkan produk eksklusif bertema Tahun Ular Kayu. Produk ini akan menjadi simbol keberuntungan dengan makna mendalam, sekaligus investasi bernilai,” ujar Hartono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.
Desain emas tematik ini terinspirasi dari makna Tahun Ular Kayu yang hanya terjadi setiap 60 tahun sekali. Dalam budaya Tionghoa, ular melambangkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan transformasi, sementara elemen kayu melambangkan pertumbuhan, vitalitas, dan peluang baru. Gabungan kedua elemen ini dipercaya membawa keberuntungan serta kemakmuran.
“Perpaduan antara simbol ular dan elemen kayu mencerminkan harapan untuk pertumbuhan dan kemakmuran. Kami ingin produk ini menjadi bagian penting dari perayaan Imlek, memberikan kebahagiaan dan keberuntungan bagi masyarakat,” tambah Hartono.
Peluncuran emas tematik ini juga mencerminkan komitmen Antam untuk meningkatkan nilai tambah produk logam mulia. Dengan desain unik dan makna filosofis yang mendalam, emas tematik ini diharapkan tidak hanya menjadi pelengkap perayaan Imlek tetapi juga instrumen investasi yang menarik.
Kolaborasi Antam dan Freeport Indonesia
Antam dan PT Freeport Indonesia (PTFI) menjalin kerja sama jual beli emas dengan kadar kemurnian 99,99 persen. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat rantai pasok emas dalam negeri melalui penyediaan bahan baku dari PTFI, yang nantinya akan diolah menjadi produk logam mulia oleh Antam.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk sinergi antara anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID untuk meningkatkan kapasitas hilirisasi dan industrialisasi. “Sinergi pengadaan bahan baku emas dari PTFI ini merupakan komitmen Antam untuk memperkuat bisnis emas logam mulia guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berinvestasi emas,” ujar Nico.
Dalam kerja sama ini, Antam akan membeli sebanyak 30 ton emas per tahun dari PTFI dengan kemurnian 99,99 persen. Emas ini kemudian akan diolah di pabrik pengolahan dan pemurnian Antam menjadi produk logam mulia. Nico menambahkan bahwa produk emas logam mulia ini akan diprioritaskan untuk memenuhi stok penjualan di Butik Emas Logam Mulia (BELM) yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Dengan kepastian pengadaan bahan baku domestik ini, kami dapat meningkatkan layanan perusahaan dalam merespons tingginya minat masyarakat terhadap investasi emas logam mulia,” ujarnya. Nico juga menekankan bahwa kerja sama ini memiliki potensi positif terhadap keuangan perusahaan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menjelaskan bahwa fasilitas precious metal refinery (PMR) milik PTFI menjadi salah satu produsen emas murni batangan di Indonesia, dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun. “Produksi emas pertama dari PMR PTFI direncanakan pada minggu kedua Desember 2024. Hingga akhir tahun, produksi emas diperkirakan mencapai 0,5 ton dan pada kuartal pertama 2025 sebesar 4,75 ton,” jelas Tony.
Kinerja Keuangan Positif Antam
Antam mencatat kinerja keuangan yang solid selama sembilan bulan pertama tahun 2024. Perusahaan dengan kode saham ANTM ini mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 40 persen, mencapai Rp43,20 triliun, dibandingkan Rp30,90 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan domestik berkontribusi sebesar Rp39,79 triliun atau 92 persen dari total penjualan bersih Antam.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menyatakan bahwa strategi perusahaan dalam memperkuat basis pelanggan domestik memberikan dampak signifikan. “Antam tidak hanya berhasil memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tetapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global,” ujarnya.
Antam mencatat laba sebesar Rp2,23 triliun selama periode tersebut, sementara EBITDA mencapai Rp3,93 triliun. Namun, laba bersih perusahaan mengalami penurunan 19 persen menjadi Rp2,24 triliun dibandingkan Rp2,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh biaya logistik dan asuransi yang lebih rendah akibat kondisi perizinan yang memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.
Meskipun demikian, Antam berhasil menurunkan beban keuangan sebesar 14 persen menjadi Rp176,49 miliar dibandingkan Rp205,76 miliar pada periode yang sama tahun lalu, sebagai bagian dari program efisiensi. Nilai aset perusahaan meningkat 15 persen menjadi Rp40,98 triliun, sementara total liabilitas turun 3 persen menjadi Rp10,60 triliun.
“Kami terus berkomitmen memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan, serta menjaga stabilitas perusahaan di tengah berbagai tantangan global,” tutup Nico. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.