Logo
>

Antara ASII dan IMAS: Siapa Paling Cuan ketika Sektor Otomotif Menguat

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Antara ASII dan IMAS: Siapa Paling Cuan ketika Sektor Otomotif Menguat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pemangkasan BI-Rate atau suku bunga acuran digadang-gadang menjadi salah satu penyebab peningkatan penjualan otomotif di Indonesia. Penurunan bunga kredit dapat membuat masyarakat kembali tergerak untuk membeli kendaraan baru, baik untuk keperluan usaha atau konsumtif.

    Bergairahnya sektor otomotif dapat terlihat dari peningkatan penjualan mobil pada bulan Agustus 2024. Meski tidak sebaik capaian tahun lalu, setidaknya penjualan mobil meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara kumulatif dari pabrikan ke dealer pada bulan Agustus 2024 sebesar 76.304 unit. Jumlah tersebut meningkat tipis sebesar 2,8 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 74.229 unit.

    Kendati pasar otomotif telah kembali bergairah namun penjualan pada bulan Agustus 2024 masih belum dapat menyamai penjualan pada periode yang sama tahun lalu. Secara year-on-year/yoy penjualan bulan Agustus 2024 turun sebesar 14,2 persen atau sebanyak 12.624 unit.

    Sementara penjualan secara kumulatif periode Januari-Agustus 2024 secara wholesales sebanyak 560.619 unit atau merosot sebesar 17,1 persen (yoy) atau turun sebesar 115.240 unit.

    Jika dilihat secara sales atau dari dealer ke konsumen, penjulan mobil pada bulan Agustus 2024 sebesar 76.808 unit, sedikit lebih banyak jika dibandingkan penjualan secara wholesales. Jumlah tersebut sedikit lebih baik jika dibanding bulan sebelumnya atau terjadi peningkatan tipis sebesar 1,6 persen. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, turun sebesar 11,1 persen atau sebanyak 9.563 unit. Sementara penjualan kumulatif pada periode Januari-Agustus 2024 sebesar 584.879 unit atau turun 12,1 persen.

    Dampak ke ASII dan IMAS

    PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses International (IMAS) adalah emiten yang bergerak di bidang otomotif. Bagaimana kinerja kedua emiten ini?

    Melansir dari data Stockbit, Astra International (ASII) menunjukkan performa yang beragam dalam laporan keuangan terbarunya. Dengan PE ratio (TTM) sebesar 6,53 dan Forward PE ratio 7,00, saham ASII terbilang undervalued dibandingkan median IHSG sebesar 7,89. Earnings yield-nya mencapai 15,32 persen, mengindikasikan potensi laba yang masih cukup tinggi.

    Namun, ASII mengalami penurunan dalam beberapa metrik pertumbuhan. Pendapatan Q2 2024 turun 0,82 persen yoy menjadi Rp8,392 miliar. Gross profit juga turun 4,78 persen yoy, dan laba bersih turun 3,87 persen. Kendati demikian, net profit margin 10,66 persen menunjukkan profitabilitas yang relatif baik.

    Dari sisi solvabilitas, rasio utang terhadap ekuitas tercatat rendah di 0,52, sementara financial leverage 2,34 menunjukkan pengelolaan aset yang moderat. Rasio Price to Book 1,06 dan Price to Sales 0,67 mengindikasikan valuasi yang wajar di tengah perlambatan pertumbuhan.

    Dividen tetap menjadi daya tarik dengan yield sebesar 9,98 persen dan payout ratio 66,26 persen, menjadikan saham ASII menarik bagi investor income-seeking. Meskipun begitu, tantangan di sektor otomotif dan perubahan kondisi pasar global masih menjadi faktor yang perlu diperhatikan ke depannya.

    Sementara untuk saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) kuartal pertama 2024, perusahaan mencatat laba bersih sebesar 15 miliar rupiah, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Meskipun menghadapi tantangan, terutama pada kuartal kedua 2021 yang mencatat kerugian, perusahaan ini berhasil rebound dengan laba tahunan yang diharapkan mencapai 79 miliar rupiah. Dengan kapitalisasi pasar saat ini mencapai 5,113 miliar rupiah, IMAS tetap optimis dalam menghadapi tantangan dan peluang di pasar otomotif.

    Saham IMAS menunjukkan performa keuangan yang beragam sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data terbaru, laba bersih untuk tahun berjalan tercatat Rp79 miliar dengan PE Ratio (TTM) 14,87, sementara Price to Book Value berada di angka 0,39.

    Rasio hutang terhadap ekuitas mencapai 3,23, menunjukkan tingginya beban utang perusahaan. Free cash flow tetap negatif, berada di angka -Rp1.358 miliar. Meski begitu, perusahaan tetap konsisten membagikan dividen sebesar Rp10 per saham dengan Dividend Yield 0,78 persen. Performanya melemah dengan penurunan harga saham sebesar 27,48 persen selama setahun terakhir.

    Perbandingan IMAS dan ASII

    Dari sisi valuasi, ASII memiliki price-to-earnings ratio (PE Ratio TTM) lebih rendah di angka 6.89, yang menandakan sahamnya lebih murah dibandingkan IMAS yang mencatat PE 14.87. Hal ini menunjukkan investor menilai laba ASII lebih stabil. Sedangkan, IMAS masih berada pada tingkat valuasi yang lebih tinggi meskipun laba bersihnya cenderung fluktuatif.

    Dari sisi profitabilitas, ASII jauh lebih kuat dengan net profit margin yang lebih besar dan return on equity (ROE) di kisaran 2.62 persen dibandingkan IMAS dengan ROE 1.5 persen, menunjukkan kemampuan ASII dalam menghasilkan laba dari ekuitas lebih tinggi. IMAS, meski memiliki margin yang lebih kecil, memiliki potensi pertumbuhan mengingat fokusnya pada sektor otomotif dan penetrasi pasar.

    Debt-to-equity ratio IMAS berada di 3.23, yang menandakan struktur modalnya lebih agresif dengan penggunaan utang yang lebih tinggi, sementara ASII memiliki rasio yang lebih konservatif. Hal ini mencerminkan IMAS memiliki risiko keuangan lebih besar, terutama di pasar yang volatil.

    Dari sisi pertumbuhan pendapatan, ASII juga unggul dengan pendapatan dan laba yang lebih stabil dibandingkan dengan IMAS yang masih menunjukkan kerugian di beberapa kuartal. Hal ini juga mencerminkan posisi ASII sebagai pemimpin pasar di industri otomotif dan diversifikasi bisnisnya yang lebih luas dibandingkan IMAS.

    Secara keseluruhan, ASII menawarkan valuasi yang lebih menarik bagi investor yang mencari stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan, sedangkan IMAS lebih cocok bagi investor yang mencari potensi pertumbuhan yang lebih tinggi namun dengan risiko lebih besar terkait volatilitas keuangan dan posisi utang yang lebih tinggi.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.