KABARBURSA.COM - Antre panjang di saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali terlihat. Pada perdagangan hari ini, saham GOTO diparkir stagnan di Rp51 per akhir sesi pertama perdagangan. Terlihat ada 1,01 miliar saham ditransaksikan dengan frekuensi 4.216 kali. Nilai transaksinya mencapai Rp51,03 miliar dengan rata-rata transaksi Rp50,30 per saham.
Antrean beli saham terpantau cukup panjang. Bisa dilihat dari antrean beli saham GOTO di Rp50 yang membludak. Angkanya mencapai 22,31 juta lot saham. Namun antrean tersebut hanya terlihat di saham gocap. Sedangkan antrean jual yang terendah ada di Rp51 dengan jumlah sebesar 12,25 juta lot saham per akhir sesi I. Terus menurun di antrean jual di Rp52 sebanyak 7,32 juta lot saham, dan antrean Rp53 sebanyak 5,09 juta lot saham.
Ada apa dengan antrean itu?
Rupanya, ada aktivitas borong saham yang dilakukan oleh Direktur Utama GOTO Sugito Walujo atau Patrick Walujo. Dia memborong 98,5 juta atau 0,01 persen saham seri A GOTO dengan harga pembelian antara Rp50 sampai dengan Rp51 per saham. Transaksi tersebut dilaksanakan melalui pasar reguler Bursa Efek Indonesia pada 20 Juni 2024.
"Transaksi pembelian saham ini dilakukan untuk tujuan investasi pribadi. Saham diperoleh melalui transaksi pasar reguler di BEI," kata Patrick.
Dengan aksi borong saham ini, Patrick memiliki 367,75 juta (0,03 persen) saham sesi A GOTO dari sebelumnya sejumlah 267,25 juta (0,02 persen) saham seri A GOTO.
JP Morgan Sekuritas Indonesia melakukan net buy 41,08 juta lot PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) atau setara dengan Rp205,4 miliar. Ini dilakukan sepanjang dua hari terakhir.
Sehari sebelumnya, data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa saham emiten startup teknologi ini menghadapi tekanan jual yang terjadi sejak Rabu, 19 Juni 2024. Saham GOTO akhirnya ditutup pertama kali di level Rp50, dengan antrean jual 21,79 juta lot atau setara dengan Rp108,98 miliar.
Saham GOTO kemudian dibeli pada Kamis, 20 Juni 2024 dan Jumat, 21 Juni 2024 dengan masing-masing senilai Rp195 miliar dan Rp405 miliar. Hal ini sungguh mencolok karena Semesta Indovest Sekuritas, yang terbesar kedua yang melakukan net buy, tercatat hanya 7,58 juta lot dan Trimegah Sekuritas Indonesia hanya 1,72 juta lot.
“Aksi JP Morgan mengonfirmasi bahwa terjadi akumulasi di saham GOTO yang sedang mengalami tekanan. Ada spekulasi akumulasi bisa berlanjut bila masih da aksi jual di Rp50 dan Rp51,” ujar Analis Kanaka Hita Solvera, Raditya Pradana.
Menurut dia, pada dasarnya fundamental GOTO semakin membaik setelah melepas pengendalian di Tokopedia. GOTO juga akan melakukan buyback saham yang menjadi katalis positif bagi saham startup terbesar di Indonesia ini.
Menurutnya, komitmen buyback saham GOTO jauh melampaui dari volume jual dari para investor. GOTO telah mengantongi persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan dan Luar Biasa untuk menggelar pembelian kembali saham alias buyback senilai Rp 3,2 triliun. “Katakan ada antrean jual 20 juta lot atau setara dengan Rp100 miliar setiap hari, dana GOTO cukup untuk melakukan buyback selama 30 hari berturut-turut,” ujarnya.
Sesuai regulasi GOTO akan mengumumkan periode buyback saham secara terbuka. Dalam periode tersebut GOTO bisa melakukan buyback hingga maksimal dana yang disiapkan dan saham tersebut akan tercatat sebagai treasury stock. Namun GOTO juga bisa tidak menggunakan semua alokasi buyback tetapi harga saham GOTO mampu bangkit lagi.
Sebagai informasi, JP Morgan memang baru saja memasukan GOTO sebagai penghuni baru daftar saham pilihan atau ASEAN High-Conviction Picks di wilayah Asean untuk periode Juni 2024. GOTO menggantikan emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang harus terdepak. JP Morgan juga mempertahankan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) dalam daftar tersebut.
Riset terbaru dari JP Morgan masih memberikan rating overweight (setara dengan buy atau beli) dengan target harga Rp75.
“Kami memberikan peringkat overweight di GOTO, karena kami yakin kinerja harga saham yang buruk secara year to date memberikan titik masuk yang menarik. Selain itu juga, kami menyukai prospek jangka panjang perusahaan sebagai proksi ekonomi digital terbesar di Indonesia. Namun kami mengakui adanya risiko dari lingkungan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” tulis riset JP Morgan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.