KABARBURSA.COM - Pada upacara perayaan HUT RI ke-79 pada 17 Agustus 2024 lalu, beberapa taipan ternama tampak hadir di IKN, mencuri perhatian publik. Di antara mereka, hadir Sugianto Kusuma, yang akrab disapa Aguan, pemilik Agung Sedayu Group sekaligus ketua Konsorsium Nusantara.
Tidak ketinggalan, Franky Oesman Widjaja dari Sinar Mas, Prajogo Pangestu yang dikenal sebagai pemilik Barito Group, Garibaldi Thohir atau Boy Thohir dari Adaro Group, Eka Tjandranegara pendiri Mulia Group, Djoko Susanto dari Alfamart, dan Pui Sudarto pemilik Pulau Intan.
Kehadiran ketujuh taipan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama setelah terpantau oleh kamera selama upacara berlangsung. Viral juga video yang menampilkan percakapan akrab mereka. Dalam video tersebut, tampak Franky Widjaja, Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, dan Djoko Susanto sedang bercakap-cakap. Maruarar Sirait juga terlihat hadir dan berbaur dengan para taipan tersebut.
Percakapan ringan terjadi saat Maruarar menanyakan tentang hotel yang sedang direncanakan. "Berapa lantai?" tanyanya. "Delapan," jawab mereka. "Berapa kamar?" lanjut Maruarar. "200," jawabnya lagi. "Bintang berapa?" Maruarar bertanya. "Bintang lima," jawab mereka. Prajogo Pangestu lalu menimpali dengan candaan, "Harusnya bintang enam," yang disambut gelak tawa dari para konglomerat tersebut.
Pada upacara tersebut, para taipan ini duduk di barisan depan tribun tamu undangan, dikelilingi oleh para tamu penting, pejabat, serta perwakilan militer dari Polri dan TNI, menandai betapa pentingnya acara tersebut dalam kancah sosial dan politik Indonesia.
Masyarakat Indonesia sering mengidentifikasi '9 Naga' sebagai ikon kesuksesan bisnis. Meskipun keanggotaan kelompok ini tidak pernah secara resmi diumumkan, sejumlah nama sering dihubungkan dengan mereka.
Robert Budi Hartono dan saudaranya, Michael Bambang Hartono, merupakan dua figur teratas dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2024. Kekayaan mereka mencapai USD 48 miliar atau setara Rp 776,5 triliun.
Mereka mengendalikan Grup Djarum, perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang juga memiliki kepentingan di berbagai sektor, termasuk perbankan, real estate, dan teknologi.
Robert Budi Hartono melalui PT Dwimuria Investama Andalan, menguasai 54,942 persen saham Bank Central Asia (BCA).
Selain itu, mereka juga memiliki Blibli.com, Polytron, saham di startup game Razer, dan bahkan klub sepak bola Como 1907.
Rusdi Kirana, pendiri Lion Air Group, merombak industri penerbangan dengan konsep maskapai berbiaya rendah. Mengoperasikan Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo Air, dan Thai Lion Air, ia telah membawa grup ini ke level internasional.
Dengan kekayaan sekitar USD 835 juta atau Rp 13,5 triliun, Rusdi Kirana juga memiliki rencana untuk membawa Lion Air Group ke bursa saham melalui IPO.
Sofjan Wanandi, pendiri Santini Group, dikenal atas ekspansinya dari bisnis otomotif keluarga ke berbagai sektor lainnya. Santini Group aktif di otomotif, farmasi, properti, dan bahkan memiliki saham di klub sepak bola Inggris, Tranmere Rovers.
Kekayaannya, menurut Forbes 2020, mencapai USD 580 juta atau sekitar Rp 9,3 triliun. Tambang bauksit di Kalimantan dan pengembangan infrastruktur menjadi salah satu fokus bisnisnya.
Edwin Soeryadjaya, anak dari pendiri PT Astra International, terus melanjutkan jejak keluarganya dengan mendirikan Bank Summa dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.
Dengan kekayaan mencapai USD 1,24 miliar atau Rp 20 triliun, Edwin terlibat dalam berbagai sektor, termasuk sumber daya alam dan infrastruktur. Ia juga berperan di Ortus Group, yang berfokus pada bidang medikal, finansial, dan telematika.
Jacob Soetoyo, Presiden Direktur PT Gesit Sarana Perkasa, aktif di sektor properti, perhotelan, dan media. Salah satu proyek besarnya adalah Hotel JS Luwansa di Jakarta.
Dengan kepemilikan 77 persen saham di PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) dan keterlibatannya di Center for Strategic and International Studies (CSIS), kekayaan Jacob Soetoyo diperkirakan mencapai Rp 32 triliun.
James Riady, putra tertua pendiri Lippo Group, mengembangkan konglomerasi ini menjadi salah satu yang terbesar di Asia. Kekayaan James, mencapai USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 21 triliun, datang dari lini bisnis beragam, termasuk real estate, ritel, kesehatan, media, dan layanan keuangan.
Di bawah kepemimpinannya, Lippo Group terus ekspansif dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan melalui Yayasan Pelita Harapan.
Tomy Winata, pendiri Arta Graha Group, dikenal sebagai pengusaha dan filantropis. Dengan kekayaan sekitar USD 900 juta atau Rp 14,5 triliun, Tomy terlibat dalam sektor perbankan, properti, infrastruktur, pertambangan, dan telekomunikasi.
Proyek besar yang direncanakannya, seperti Jembatan Selat Sunda, menyoroti ambisinya dalam pengembangan infrastruktur nasional.
Anthoni Salim, anak dari pendiri Salim Group, berhasil membangkitkan kembali bisnis keluarganya menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.
Dengan kekayaan sekitar USD 10,3 miliar atau Rp 166,6 triliun, Salim Group menguasai bisnis di sektor barang konsumsi, ritel, energi, dan perbankan. Emiten saham seperti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) berada di bawah naungannya.
Dato Sri Tahir, pendiri Mayapada Group, merupakan tokoh besar di sektor keuangan, kesehatan, dan asuransi. Kekayaan Tahir mencapai USD 5,4 miliar atau Rp 87,3 triliun.
Mayapada Group mengendalikan PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) dan PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk (SRAJ). Tahir juga terkenal sebagai filantropis yang berkomitmen untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya demi kesejahteraan masyarakat.
Dengan beragam kontribusi para tokoh “9 Naga” ini, jelas bahwa mereka memainkan peran penting dalam membentuk lanskap bisnis dan ekonomi di Indonesia.
Baik melalui sektor perbankan, properti, teknologi, maupun sumber daya alam, kekuatan ekonomi yang mereka kendalikan terus tumbuh dan bertransformasi sesuai dengan perkembangan zaman. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.