KABARBURSA.COM – Laba bersih PT Pacific Strategic Financial Tbk (APIC) turun cukup tajam pada kuartal II 2025 meski masih mencatatkan keuntungan secara akumulasi semester pertama.
Kondisi ini membuat investor mulai mempertanyakan keberlanjutan prospek fundamental perseroan sebagai induk holding keuangan.
Di saat bersamaan, pergerakan saham APIC yang cenderung sideways menimbulkan diskusi mengenai harga wajarnya di pasar.
Kinerja Bisnis Pacific Strategic Financial
Untuk memahami arah saham, perlu melihat lebih dahulu kinerja bisnis yang menopang APIC. Emiten ini bergerak di bidang jasa keuangan melalui empat anak usaha, yakni PT Pacific Strategic Invesco, PT Pacific Sekuritas Indonesia, PT Pacific Capital Investment, dan PT Pacific Multi Finance.
Anak-anak usaha tersebut berfokus pada konsultasi manajemen, sekuritas, manajer investasi, hingga pembiayaan konsumen. Kontribusi terbesar datang dari Pacific Strategic Invesco dengan aset lebih dari Rp4,7 triliun per Juni 2025.
Pendapatan usaha konsolidasi perseroan pada semester I 2025 tercatat Rp1,10 triliun, naik dari Rp1,02 triliun pada periode sama 2024.
Namun, beban usaha yang tinggi menekan kinerja laba bersih menjadi Rp89,83 miliar, anjlok dibanding Rp121,48 miliar pada semester I tahun lalu. Penurunan ini juga sejalan dengan tingginya beban bunga mencapai Rp154,96 miliar sepanjang enam bulan pertama 2025.
Total aset APIC per Juni 2025 mencapai Rp7,17 triliun, sedikit menurun dari posisi akhir 2024 yang sebesar Rp7,28 triliun. Liabilitas turun ke Rp4,41 triliun dari Rp4,66 triliun, sementara ekuitas meningkat menjadi Rp2,76 triliun.
Posisi ini menandakan perusahaan masih menjaga rasio keuangan relatif stabil, meskipun tren penurunan laba bersih menjadi perhatian serius.
Secara fundamental, prospek APIC masih bertumpu pada peningkatan kinerja anak usaha di pasar modal dan jasa pembiayaan.
Pacific Sekuritas Indonesia dan Pacific Capital Investment diproyeksikan bisa menopang pertumbuhan fee-based income seiring tren investasi ritel.
Namun, perseroan juga dihadapkan pada tantangan efisiensi biaya bunga agar margin keuntungan lebih terjaga ke depan.
Menyelisik Saham APIC hingga Semester I 2025
Sepanjang September hingga awal Oktober 2025, harga saham APIC bergerak fluktuatif di kisaran Rp1.125 hingga Rp1.170 per saham.
Data perdagangan menunjukkan tren sideways, dengan volume harian rata-rata 5 juta lembar dan nilai transaksi harian Rp4–9 miliar. Posisi ini membuat investor lebih berhati-hati dalam menentukan strategi jangka pendek.
Secara valuasi, price to earnings ratio (P/E) APIC berada di kisaran 77 kali dengan harga saham Rp1.155 per 2 Oktober 2025.
Angka ini terbilang tinggi jika dibandingkan rata-rata sektor keuangan yang berada di bawah 20 kali. Price to book value (PBV) APIC berada di 0,9 kali, relatif murah dibanding valuasi sektor yang berkisar 1–1,5 kali.
Merujuk laporan keuangan perseroan, harga wajar saham APIC berada di bawah level Rp1.000, mempertimbangkan penurunan laba bersih yang signifikan pada kuartal II.
Meskipun demikian, dukungan aset yang besar serta prospek anak usaha di sektor investasi membuat saham ini tetap menarik bagi investor jangka panjang. Sentimen jangka pendek kemungkinan masih dipengaruhi tekanan profit taking dan volume yang menurun.
Sampai Kapan Tahan Saham APIC?
Dari sisi bisnis, APIC masih memiliki pondasi keuangan yang cukup solid dengan diversifikasi usaha di jasa sekuritas, manajer investasi, dan pembiayaan.
Namun penurunan laba bersih menjadi sinyal bahwa perusahaan perlu melakukan efisiensi dan mencari sumber pendapatan baru agar tidak bergantung pada bunga pinjaman. Hal ini bisa memengaruhi daya tarik saham dalam jangka menengah.
Secara teknikal, saham APIC saat ini berada di fase konsolidasi dengan batas bawah Rp1.125 dan batas atas Rp1.170. Jika menembus di bawah Rp1.125, potensi pelemahan lebih lanjut bisa terjadi hingga kisaran Rp1.000 sesuai harga wajar fundamental.
Sebaliknya, jika ada katalis positif dari kinerja anak usaha, peluang rebound di atas Rp1.200 masih terbuka.
Bagi investor jangka pendek, saham APIC lebih tepat dijadikan instrumen trading dengan target jangka harian. Namun bagi investor jangka panjang, mempertahankan posisi masih bisa dipertimbangkan sambil menunggu perbaikan laba bersih pada semester berikutnya.
Pada akhirnya, keputusan menahan atau melepas saham APIC akan sangat ditentukan oleh kecepatan perseroan memperbaiki profitabilitas di tengah tekanan biaya keuangan. (*)