KABARBURSA.COM - Saham PT Indosat Tbk (ISAT) meroket hingga 8,8 persen ke level Rp1.900 dalam sesi perdagangan Jumat,2 Mei 2025, menyusul rilis kinerja keuangan kuartal I 2025 yang menunjukkan kenaikan average revenue per user (ARPU) sebesar lima persen secara tahunan.
Lonjakan harga saham terjadi di tengah volume perdagangan tinggi, mencapai 44,81 juta saham atau jauh di atas rata-rata harian 34,4 juta saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp84,7 miliar. Kenaikan harga saham ini turut didorong oleh optimisme pasar terhadap strategi efisiensi operasional perusahaan serta potensi pertumbuhan dari layanan baru yang mulai dikembangkan tahun ini.
Indosat mencatat laba bersih sebesar Rp1,31 triliun pada kuartal I 2025, meningkat satu persen secara tahunan dan melonjak 27 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Meski demikian, laba tersebut baru mencapai 23 persen dari proyeksi laba bersih tahun penuh versi konsensus analis sebesar Rp5,67 triliun, yang mengindikasikan bahwa pencapaian target tahunan masih membutuhkan kerja keras pada kuartal-kuartal mendatang.
Kenaikan laba bersih juga bukan berasal dari kinerja operasional inti, melainkan didorong oleh pendapatan lain-lain sebesar Rp307 miliar yang sebagian besar bersumber dari pencatatan pajak tangguhan. Hal ini kontras dengan kuartal sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu, di mana pos ini mencatatkan rugi masing-masing Rp81 miliar dan Rp9 miliar.
Dari sisi operasional, kinerja Indosat menunjukkan tekanan yang cukup nyata. Laba usaha turun 10 persen secara tahunan menjadi Rp2,49 triliun, di tengah penurunan pendapatan sebesar dua persen yoy menjadi Rp13,58 triliun dan naiknya beban depresiasi lima persen yoy. Beban pokok pendapatan naik tipis tiga persen, yang berdampak langsung pada margin laba kotor yang turun menjadi 28,9 persen.
Jumlah pelanggan tercatat sebesar 95,4 juta, menyusut lima persen dibandingkan tahun lalu, meskipun meningkat satu persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Di sisi lain, ARPU justru menunjukkan tren positif dengan kenaikan lima persen yoy menjadi Rp39.200, menandakan bahwa strategi monetisasi pelanggan yang lebih personal mulai menunjukkan hasil.
Investment Analyst Stockbit, Theodorus Melvin, menilai bahwa pertumbuhan ARPU yang solid menjadi sorotan utama investor. Dalam keterangannya, ia menyatakan bahwa meskipun kinerja operasional masih di bawah ekspektasi, pasar menangkap sinyal positif dari langkah manajemen yang mengedepankan pendekatan hyper-personalization berbasis data, serta ekspansi jaringan ke luar Jawa untuk mendorong pemakaian layanan data.
"Kompetisi antaroperator, terutama di segmen starter pack, mulai menunjukkan pelonggaran, dan hal ini diperkirakan akan mulai berdampak positif terhadap kinerja pendapatan pada pertengahan tahun," jelasnya, seperti dikutip Jumat, 2 Mei 2025.
EBITDA Indosat pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp6,41 triliun, turun satu persen dibanding tahun lalu namun masih tumbuh satu persen secara kuartalan. Margin EBITDA meningkat ke 47,2 persen, mencerminkan keberhasilan awal dari upaya efisiensi biaya operasional yang tercermin dari turunnya beban operasional hingga 16 persen secara tahunan.
Manajemen tetap mempertahankan panduan pertumbuhan EBITDA di atas 10 persen untuk tahun ini, yang akan ditopang oleh dua faktor utama, yakni penghematan biaya dan kontribusi bisnis baru GPU-as-a-Service (GPUaaS) yang mulai terealisasi pada kuartal II 2025. Indosat sebelumnya telah menggelontorkan belanja modal sebesar USD60–65 juta untuk mendukung pengembangan layanan ini sepanjang 2024.
Valuasi Saham ISAT Dinilai Masih Menarik
Dari sisi valuasi, saham ISAT masih tergolong atraktif di tengah pelemahan harga yang sempat terjadi sepanjang tahun berjalan. Rasio price to earnings (forward) berada di angka 9,62 kali, lebih tinggi dari median IHSG yang tercatat di 8,21 kali, namun tetap memberikan margin diskon terhadap emiten-emiten sejenis di sektor infrastruktur digital.
Earnings yield sebesar 8,04 persen mencerminkan potensi imbal hasil yang sehat bagi investor jangka menengah, sementara rasio EV/EBITDA hanya 4 kali menandakan valuasi yang relatif murah. Price to sales ISAT juga masih berada di kisaran 1,10 kali, dengan price to book value sebesar 1,76 kali dan price to cashflow 3,24 kali. Di saat yang sama, ISAT memiliki rasio price to free cashflow sebesar 11,58 kali dan PEG (forward) yang mendekati rasional di level 0,95, mengindikasikan bahwa valuasi perusahaan sejalan dengan prospek pertumbuhan yang ditawarkan.
Dalam jangka panjang, performa harga ISAT tetap solid dengan kenaikan 253 persen dalam lima tahun terakhir, meskipun dalam satu tahun terakhir masih tercatat turun 30,28 persen.
Dari sisi teknikal, sinyal penguatan saham ISAT juga mulai terbentuk. Berdasarkan indikator-indikator utama, mayoritas sinyal teknikal jangka pendek hingga menengah berada dalam kondisi positif. Ringkasan indikator teknikal menunjukkan status “Buy” dengan 4 sinyal beli, 4 netral, dan 3 sinyal jual, berdasarkan pembacaan per 2 Mei 2025 pukul 04.49 GMT.
Indeks kekuatan relatif (RSI-14) berada di level 52,4, netral namun mengarah positif. Indikator MACD menunjukkan sinyal beli, begitu juga dengan indikator Williams %R dan Bull/Bear Power. Sementara indikator lain seperti ADX, CCI, dan Ultimate Oscillator masih netral atau mengarah ke kondisi jenuh jual. Volatilitas tetap tinggi, tercermin dari ATR (14) di level 54,2.
Sementara itu, indikator moving average memberikan sinyal “Strong Buy”, dengan 11 sinyal beli dan hanya satu sinyal jual. Harga saat ini telah berhasil breakout dari MA5 dan MA10 baik secara simple maupun exponential, serta konsisten bertahan di atas MA50, MA100, hingga MA200, yang memperkuat tren teknikal jangka menengah. Dari sisi pivot point, titik resistance terdekat berada di kisaran Rp1.934 hingga Rp1.972, dengan support kuat di area Rp1.860.
Kemunculan pola candlestick “Three Inside Up” dalam beberapa timeframe (harian, 1 jam, dan 5 jam) juga mengonfirmasi potensi pembalikan tren dari bearish ke bullish, setelah sebelumnya muncul pola “Three Outside Down” dan “Falling Three Methods” pada bulan Maret dan awal April.
Dengan kombinasi valuasi yang masih rasional, prospek pertumbuhan EBITDA berbasis efisiensi dan ekspansi GPUaaS, serta konfirmasi teknikal yang mengarah positif, saham ISAT kini kembali menjadi kandidat menarik di sektor telekomunikasi bagi investor yang mencari potensi pemulihan harga disertai fundamental yang membaik.
Namun demikian, investor tetap perlu mencermati dinamika persaingan industri dan tren konsumsi data yang menjadi penentu utama keberlanjutan ARPU di tengah kondisi daya beli masyarakat yang masih rentan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.