Logo
>

ARTO Q1-25: Kinerja Positif Tanpa Dividen, Layak Dikoleksi?

Pertumbuhan signifikan jumlah nasabah, DPK, dan penyaluran kredit berhasil mengangkat kinerja Bank Jago di kuartal I-2025.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
ARTO Q1-25: Kinerja Positif Tanpa Dividen, Layak Dikoleksi?
Logo Bank Jago. Foto: Dokumentasi Perusahaan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Jago Tbk atau dalam kode saham ARTO, mengawali kuartal pertama tahun ini dengan mencatatkan pertumbuhan yang solid dalam jumlah nasabah, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), serta penyaluran kredit. 

    Sebagai bank berbasis teknologi yang terus bertransformasi dalam ekosistem digital, Bank Jago termasuk bank digital yang konsisten memperkuat posisinya di pasar dengan berbagai pencapaian signifikan.

    Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan, pada akhir kuartal I-2025, Bank Jago telah melayani 16,3 juta nasabah, termasuk 13 juta nasabah funding melalui Aplikasi Jago. 

    Angka tersebut menunjukkan kenaikan yang signifikan, mengingat pada posisi yang sama di kuartal I-2024, jumlah nasabah hanya tercatat 9 juta. 

    "Dengan situasi perekonomian global yang mengalami ketidakpastian, kami berusaha menjaga kinerja bank tetap positif dan tumbuh secara sehat dengan tetap mengamati potensi risiko dari gejolak yang ada," ujar Arief Harris dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat, 25 April 2025.

    Kenaikan jumlah nasabah funding berimbas langsung pada peningkatan DPK yang tercatat mencapai Rp 21,4 triliun, atau tumbuh 62 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan DPK yang tercatat sebesar Rp 13,2 triliun pada Maret 2024. 

    Dari total DPK, sekitar 54 persen atau Rp 11,5 triliun berasal dari current account and savings account (CASA), sementara sisanya 46 persen atau Rp 9,9 triliun berasal dari term deposit (TD). Pencapaian ini mencerminkan tingginya kepercayaan nasabah terhadap Bank Jago.

    Sementara itu, penyaluran kredit Bank Jago juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada akhir kuartal I-2025, total penyaluran kredit tercatat mencapai Rp20,3 triliun, meningkat 42 persen yoy dari Rp14,3 triliun di periode yang sama tahun lalu. 

    Hal itu dianggap sejalan dengan strategi kolaborasi yang dijalankan Bank Jago bersama berbagai mitra ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, serta lembaga keuangan lainnya. 

    Menurut dia, Bank Jago tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang tercatat sangat rendah - hanya 0,3 persen - jauh di bawah rata-rata NPL perbankan nasional.

    Seiring dengan pertumbuhan kredit yang tercatat, total aset Bank Jago juga mengalami lonjakan signifikan, mencapai Rp 32,5 triliun pada akhir Maret 2025, atau tumbuh 44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 22,5 triliun. 

    Bank Jago juga membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp 60 miliar, yang melesat 178 persen dibandingkan dengan laba bersih pada akhir Maret 2024 yang tercatat sebesar Rp 22 miliar.

    Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Jago tercatat sebesar 36,4 persen, menunjukkan posisi modal yang kuat untuk mendukung ekspansi bisnis di masa depan. Rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) juga tercatat sehat di angka 94 persen, mencerminkan likuiditas yang solid.

    "Di tengah situasi yang menantang, kami selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian sambil melihat peluang untuk tumbuh secara berkelanjutan," ujar Arief Harris.

    Bank Jago, yang sebelumnya dikenal dengan nama PT Bank Artos Indonesia Tbk atau Bank Artos, telah mengalami transformasi signifikan sejak didirikan pada 1 Mei 1992. Bank ini memulai operasinya secara komersial pada 12 Desember 1992 dan mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal 2016. 

    Pada saat itu, Bank Artos masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I, yang memiliki ketentuan minimum modal sebesar Rp100 miliar, menjadikannya sebagai salah satu bank kecil.

    Ketika Bank Artos melaksanakan Initial Public Offering (IPO), harga saham perdananya ditawarkan pada level Rp132 per saham, dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp31,84 miliar.

    Meskipun demikian, meskipun statusnya sebagai bank tercatat di bursa, Bank Artos belum mampu mencetak laba setelah IPO, meskipun sebelumnya sempat mencatatkan laba hingga Rp2 miliar per tahun sebelum melantai di bursa. 

    Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh Bank Artos dalam mencari profitabilitas di pasar publik.

    Dipimpin Bankir Senior

    Jalur dan nasib Bank Artos mulai berubah setelah dua tahun berada di pasar bursa. Pada 2019, investor strategis yang dipimpin oleh bankir senior Jerry Ng dan Patrick Walujo mengambil alih saham mayoritas sebanyak 51 persen dari Bank Artos.

    Melalui akuisisi ini, Bank Artos mengalami transformasi signifikan, dimulai dari perubahan nama menjadi Bank Jago. 

    Dua tokoh besar di dunia perbankan Indonesia ini sebelumnya telah berhasil membesarkan PT Bank BTPN Tbk (BTPN), dan keberhasilan tersebut menjadi harapan besar bagi para investor, dengan tujuan serupa untuk membuat Bank Jago berhasil di industri perbankan Indonesia.

    Langkah Jerry Ng dan Patrick Walujo terlihat sebagai upaya untuk membawa Bank Jago lebih dekat dengan potensi masa depan perbankan digital, hal yang sudah mereka lakukan sebelumnya di Bank BTPN, di mana keduanya memperkenalkan produk digital Jenius, yang mendapatkan sambutan positif dan menyentuh angka pengguna mencapai 2,5 juta orang pada Juni 2020, dengan mayoritas penggunanya berasal dari kaum milenial.

    Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa Bank Jago telah menjelma menjadi salah satu pemain besar di pasar perbankan dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp31,17 triliun pada 15 September 2023, dengan harga saham yang berada di level Rp2.250 per lembar saham.

    Ini menandakan bahwa langkah strategis yang diambil oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo dalam mengakuisisi saham mayoritas dan melakukan perubahan besar di Bank Jago mulai membuahkan hasil. 

    Keberhasilan Jerry Ng dan Patrick Waluyo dalam memadukan keahlian di dunia perbankan dengan inovasi digital yang kuat menunjukkan bahwa Bank Jago tidak hanya bisa tumbuh, tetapi juga mampu membawa sektor perbankan ke arah yang lebih terhubung secara digital.

    Transformasi yang terjadi di Bank Jago memberi sinyal bahwa masa depan sektor perbankan di Indonesia bisa sangat dipengaruhi oleh adopsi teknologi dan perbankan digital. 

    Perubahan ini juga membuka peluang lebih luas bagi kaum milenial dan generasi Z untuk mengakses layanan perbankan yang lebih praktis dan berbasis teknologi, sesuai dengan tren yang terus berkembang di dunia perbankan global.

    Fundamental Solid

    Dilansir dari laporan keuangan Stockbit, pada sisi fundamental, Bank Jago menunjukkan rasio Price to Earnings (PE) yang sangat tinggi, baik untuk PE ratio tahunan (204,92) maupun PE ratio trailing twelve months (TTM) yang sama. 

    Namun, dengan PE ratio yang sangat tinggi ini, Bank Jago masuk dalam kategori saham yang relatif mahal jika dibandingkan dengan rata-rata industri.

    Kinerja keuangan bank ini menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa aspek. Dalam hal pendapatan, Bank Jago tercatat meraih pendapatan sebesar Rp2,053 miliar dengan gross profit margin yang solid, mencapai 74,35 persen. 

    Laba bersih bank tercatat mencapai Rp129 miliar pada TTM, meskipun Bank Jago masih menghadapi tantangan dengan tingkat utang yang cukup tinggi, terlihat dari rasio total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 2,35 dan rasio financial leverage yang cukup besar, mencapai 3,35. 

    Meski demikian, dengan adanya free cash flow yang kuat sebesar Rp3,208 miliar, Bank Jago tetap menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan arus kas yang sehat.

    Untuk masalah solvabilitas, meskipun ada beberapa catatan tentang utang, Bank Jago masih mempertahankan posisi keuangan yang cukup kuat dengan rasio total ekuitas mencapai Rp8,519 miiar dan total aset Rp28,543 miliar. 

    Sayangnya, bank ini belum mengumumkan pembayaran dividen dalam periode TTM dan sebelumnya, sehingga bagi para investor yang mencari pendapatan pasif dari dividen, Bank Jago belum memberikan pengembalian tersebut.

    Melihat lebih jauh ke arah valuasi, meskipun angka-angka profitabilitas dan pendapatan menunjukkan pertumbuhan yang sehat, rasio PE yang tinggi dan rendahnya earnings yield (0,49 persen) mengindikasikan bahwa saham Bank Jago mungkin tergolong overvalued saat ini. 

    Selain itu, meskipun kinerja harga saham tahun ini mengalami penurunan sebesar 21,81 persen year-to-date (YTD), kinerja harga saham jangka panjang yang menunjukkan kenaikan 153 persen dalam lima tahun terakhir bisa menjadi sinyal positif bagi investor yang berfokus pada potensi pertumbuhan jangka panjang.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".