KABARBURSA.COM - Senat Amerika Serikat (AS) telah memberikan lampu hijau untuk legislasi yang mewajibkan perusahaan China, ByteDance, untuk menjual kepemilikan TikToknya di Amerika Serikat dalam waktu paling lambat sembilan bulan ke depan.
Rancangan undang-undang ini mendapat dukungan bipartisan dengan disetujui oleh 79 senator berbanding 18 pada Rabu dini hari.
Jika ByteDance tidak mematuhi perintah divestasi saham, aplikasi TikTok yang digunakan oleh 170 juta pengguna di AS akan dilarang.
Mantan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, yang menjabat di bawah pemerintahan Donald Trump, kabarnya sedang membentuk konsorsium investor untuk membeli TikTok.
Tindakan politik ini diambil dalam konteks ketegangan hubungan antara AS dan China, dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan akses China terhadap data warga AS melalui TikTok.
Senator Marco Rubio, Ketua Komisi Intelijen Senat AS, menyatakan bahwa penundaan penjualan TikTok merupakan pengendalian aplikasi populer di AS oleh Partai Komunis China selama bertahun-tahun.
Dewan Perwakilan Rakyat AS telah meloloskan RUU serupa bulan lalu dengan perbandingan suara 352 berbanding 65 sebelum dikirim ke Senat.
Presiden Joe Biden berkomitmen untuk menandatangani RUU tersebut dalam waktu dekat, dan telah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap TikTok kepada Presiden China Xi Jinping dalam percakapan telepon mereka awal bulan ini.
Langkah ini merupakan respons terbaru Washington terhadap kekhawatiran keamanan nasional AS terhadap China, dengan pengkritik TikTok menuding perusahaan tersebut tunduk pada perintah dari Beijing.
Meskipun TikTok telah menegaskan bahwa mereka tidak membagikan data pengguna AS kepada pemerintah China, perusahaan tersebut mengecam RUU tersebut sebagai pelanggaran terhadap hak kebebasan berbicara pengguna di AS.
TikTok telah memberitahu karyawan mereka bahwa mereka akan segera mengajukan gugatan ke pengadilan untuk memblokir implementasi legislasi tersebut.
"Mari terus berjuang, karena RUU ini jelas melanggar hak-hak Amandemen Pertama dari 170 juta warga AS di TikTok... Ini hanya awal dari proses yang panjang," bunyi pernyataan TikTok kepada karyawan mereka akhir pekan lalu melalui email yang dilihat oleh Reuters.