KABARBURSA.COM - Amerika Serikat (AS) berencana untuk mendukung proyek infrastruktur, semikonduktor, dan pemrosesan nikel di Filipina, seiring dengan upaya untuk memperkuat kemitraan investasi dengan negara tersebut setelah menghidupkan kembali hubungan pertahanan.
Inisiatif tersebut diumumkan dalam lembar fakta Gedung Putih pada Kamis, saat Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. melakukan kunjungan ke Washington untuk pertemuan trilateral pertamanya dengan Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Filipina sedang memperkuat hubungannya dalam bidang ekonomi dengan AS dan Jepang, terutama karena hubungan Manila dengan mitra dagang utamanya, China, tegang karena persaingan klaim teritorial di Laut Cina Selatan. Upaya untuk mengembangkan kemitraan investasi ini menunjukkan komitmen bersama untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan investasi di kawasan tersebut.
Dalam kolaborasi penting ini, AS, Filipina, dan Jepang berkomitmen untuk mempercepat investasi di Koridor Ekonomi Luzon, yang akan mendukung konektivitas antara Subic Bay dan Clark – dua bekas pangkalan militer AS yang berubah menjadi pusat komersial – Manila, dan provinsi Batangas di pulau utama negara tersebut.
Proyek-proyek tersebut mencakup modernisasi kereta api dan pelabuhan, energi ramah lingkungan, rantai pasokan semikonduktor, agribisnis, dan peningkatan pelabuhan sipil di Teluk Subic.
Untuk mendukung upaya Marcos mengembangkan industri hilir mineral di negara tersebut di tengah meningkatnya permintaan baterai dan sistem penyimpanan energi, AS mendukung hibah kepada Eramen Minerals Inc untuk mengembangkan pabrik pengolahan bijih menjadi nikel dan kobalt.
United Parcel Service Inc akan memperluas operasinya di Clark, dengan pembangunan hub baru diharapkan dimulai pada Februari 2025 dan beroperasi pada akhir 2026, menurut lembar fakta.
Filipina, dalam pernyataan terpisah, mengatakan pihaknya menyambut baik “investasi strategis” oleh Ultra Safe Nuclear Corp dalam mengembangkan reaktor mikro modular untuk negara tersebut.
AS juga merencanakan proyek-proyek di pangkalan-pangkalan Filipina yang dapat diakses oleh militer AS berdasarkan Perjanjian Peningkatan Kerja Sama Pertahanan 2014 yang diperluas tahun lalu untuk mencakup empat lokasi lagi termasuk wilayah dekat Taiwan.
Permintaan anggaran Biden untuk Tahun Fiskal 2025 mencakup tambahan USD128 juta untuk proyek infrastruktur, menurut lembar fakta.
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat juga akan meluncurkan inisiatif bantuan kemanusiaan pada tahun depan di salah satu lokasi tanggap bencana sipil di Filipina pada saat krisis.
Gedung Putih juga menyebutkan peningkatan kerja sama antara AS dan Filipina di Laut Cina Selatan hingga “tingkat bersejarah,” termasuk latihan militer hari Minggu lalu dengan Jepang dan Australia di jalur perairan yang diklaim Beijing.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.