Logo
>

Aset Kripto ini Curi Perhatian di Februari 2025, Buy?

Ditulis oleh Yunila Wati
Aset Kripto ini Curi Perhatian di Februari 2025, Buy?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bulan Februari 2025 membawa angin segar bagi pasar kripto, dengan beberapa aset digital mencuri perhatian para investor berkat potensi pertumbuhannya yang menjanjikan. Tiga token yang saat ini tengah banyak diburu adalah Ripple (XRP), Shiba Inu (SHIB), dan Solana (SOL), masing-masing dengan faktor pendorong yang unik.

    Ripple (XRP) telah berhasil mencuri perhatian berkat kemenangan hukum yang mengakhiri tekanan panjang terhadap perusahaan ini. Dengan harga XRP yang naik 42,36 persen bulan ini dan mencapai level tertinggi Rp55.075, lonjakan 400 persen dalam enam bulan terakhir membuat Ripple semakin menarik.

    Kabar terbaru mengenai pengunduran diri Gary Gensler, Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), membuka peluang lebih lanjut bagi Ripple. Tantangan regulasi yang selama ini membelenggu Ripple kini mulai mereda, memungkinkan perusahaan untuk memperluas ekspansi ke pasar-pasar berkembang, serta semakin banyak diadopsi untuk pembayaran lintas negara.

    Meskipun untuk mencapai target harga USD10 diperlukan kemajuan lebih lanjut, Ripple dipandang sebagai altcoin yang tangguh dan memiliki potensi besar.

    Di sisi lain, Shiba Inu (SHIB) menunjukkan daya tarik berkat mekanisme token burn yang terus-menerus diterapkan. Pengurangan jumlah token ini membantu meningkatkan kelangkaan dan, pada gilirannya, mendongkrak harga.

    Kapitalisasi pasarnya kini lebih dari USD13,5 miliar, dan rencana pembakaran token yang terus dilakukan mendatangkan minat investor, terutama dari kalangan ritel. Keberhasilan ini mengukuhkan posisi Shiba Inu sebagai koin meme yang tak hanya viral, tetapi juga berinovasi melalui pengelolaan pasokan yang pintar.

    Selain itu, dengan fokus pengembangan pada proyek-proyek ekosistem dan DeFi, Shiba Inu berupaya menjadi lebih dari sekadar aset spekulatif dan mempertahankan ketertarikan di pasar cryptocurrency.

    Solana (SOL) juga telah menunjukkan pemulihan yang sangat baik, tercatat naik 35,98 persen dalam sebulan terakhir. Salah satu pendorong utama pemulihan ini adalah optimisme soal persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF), yang diperkirakan mencapai peluang 85 persen.

    Jika ini terwujud, Solana akan memperoleh aksesibilitas lebih luas, membuka peluang investasi dari berbagai institusi besar. Pembaruan Fire Dancer yang sedang digulirkan ke jaringan Solana juga menarik perhatian para pengembang, membuatnya semakin relevan dalam ekosistem blockchain.

    Jika persetujuan ETF terwujud, harga Solana dapat melesat, bahkan berpotensi menembus angka USD1.000. Dengan peningkatan skalabilitas jaringan dan permintaan yang meningkat, Solana menunjukkan potensi jangka panjang yang sangat baik di pasar crypto.

    Ketiga cryptocurrency ini mencerminkan berbagai pendekatan terhadap inovasi dan pertumbuhan di ruang digital. Dengan Ripple memanfaatkan momentum setelah kemenangan hukum, Shiba Inu melanjutkan strategi token burn yang meningkatkan harga, dan Solana yang menantikan persetujuan ETF sebagai batu loncatan berikutnya, pasar cryptocurrency kembali dimeriahkan dengan potensi besar.

    Bagi para investor, bulan Februari menjadi periode yang penuh dengan peluang menguntungkan dari aset-aset ini.

    Tekanan Besar Pasar Kripto

    Dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto mengalami tekanan besar dengan penurunan harga yang signifikan. Bitcoin, sebagai aset kripto utama, tercatat berada di bawah level psikologis USD100.000 setelah turun ke USD97.732 pada Senin, 27 Januari 2025.

    Dalam sepekan terakhir, harga Bitcoin sudah terkoreksi lebih dari 5 persen, diikuti dengan pelemahan yang merata pada altcoin lainnya. Secara keseluruhan, nilai kapitalisasi pasar kripto anjlok lebih dari 5,38 persen hanya dalam satu hari terakhir, menyentuh kisaran USD3,41 triliun.

    Tekanan jual yang terjadi belakangan ini sudah diprediksi oleh beberapa analis, termasuk Arthur Hayes. Dua meyakini bahwa harga Bitcoin bisa turun hingga USD70.000-USD75.000 sebelum kembali mencetak rekor baru di akhir tahun 2025 pada kisaran USD250.000.

    Fluktuasi besar dalam dunia kripto bukanlah fenomena baru. Berbagai faktor, mulai dari tren siklus Bitcoin Halving, kebijakan bank sentral, hingga ketidakpastian regulasi, terus membentuk arah pergerakan pasar.

    Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan harga Bitcoin adalah aksi profit-taking pasca-halving. Fenomena ini sudah terlihat dalam siklus-siklus sebelumnya, di mana lonjakan harga setelah halving diikuti oleh aksi ambil untung dalam jangka waktu tertentu.

    Bitcoin Halving terakhir terjadi pada 19 April 2024, dan analisis dari indikator Bitcoin Halving Cycle Profit menunjukkan bahwa aksi profit-taking optimal terjadi sekitar 40 minggu setelahnya, yaitu pada 24 Januari 2025. Periode ini sering kali menjadi momen di mana harga Bitcoin berada di puncak pasca-halving, sehingga investor yang masuk lebih awal cenderung mulai merealisasikan keuntungan mereka.

    Siklus ini juga mengindikasikan adanya periode “last call” untuk profit-taking sekitar 80 minggu setelah halving, yaitu pada 11 Oktober 2025. Setelah periode ini, potensi penurunan harga bisa meningkat, memasuki fase bearish yang lebih dalam.

    Di sisi lain, akumulasi kembali dengan metode Dollar-Cost Averaging biasanya direkomendasikan sekitar 125 minggu setelah halving, atau pada 30 Oktober 2026, ketika harga Bitcoin diprediksi sudah mengalami koreksi yang signifikan dan memasuki fase konsolidasi.

    Selain faktor teknikal yang bersumber dari pola historis Bitcoin, tekanan dari kebijakan makroekonomi global turut memperberat beban pasar kripto. Federal Reserve (The Fed) telah mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga di tahun 2025 kemungkinan akan jauh lebih terbatas dibandingkan tahun sebelumnya.

    Proyeksi terbaru menyebutkan bahwa The Fed hanya akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali tahun ini. Proyeksi ini membuat kondisi likuiditas di pasar keuangan global tetap ketat. Ketika suku bunga tinggi, investor cenderung lebih konservatif dalam menempatkan modal mereka, sehingga minat terhadap aset berisiko seperti kripto cenderung berkurang. Situasi ini semakin menekan pasar, terutama di tengah siklus pasca-halving yang memang biasanya diiringi koreksi.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79