KABARBURSA.COM - Data perdagangan asing pada sesi perdagangan pertama, Selasa, 25 November 2025, memperlihatkan perpindahan nilai yang kontras. Dari daftar yang dirilis PT Mandiri Sekuritas, terlihat bahwa arus modal asing bergerak sangat selektif, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar dan sektor komoditas.
Di kelompok foreign net buy, BUMI menempati posisi teratas dengan selisih beli bersih mencapai 220,89 juta saham. Angka ini sangat besar dan menunjukkan bahwa minat asing terhadap emiten energi tersebut melonjak secara signifikan.
Di bawahnya, DEWA membukukan net buy 85,44 juta saham, sementara KLBF mencatat pembelian bersih 80,56 juta saham. Sepertinya, sektor healthcare kembali menarik perhatian asing.
Saham BULL berada di posisi keempat dengan net buy 59,8 juta saham, dan HUMI melengkapi lima besar dengan pembelian bersih 34,56 juta saham.
Sebaliknya, pada daftar foreign net sell, tekanan asing paling besar terjadi pada BBRI. Saham perbankan terbesar di Indonesia ini mencatat net sell yang sangat masif, yaitu 138,73 juta saham. Angka yang cukup mencolok ini mengingat stabilitas kapitalisasi BBRI yang biasanya menjadi penahan volatilitas IHSG.
DOOH berada di posisi kedua dengan penjualan bersih 98,79 juta saham, disusul EMTK yang dilepas asing sebanyak 74,79 juta saham. BRMS yang biasanya berada dalam radar investor ritel juga mengalami tekanan besar dari asing dengan net sell 53,03 juta saham.
BNBR berada tepat di bawahnya dengan penjualan bersih 48,91 juta saham dan melengkapi lima besar saham yang paling banyak dilepas asing.
BUMI Masuki Fase Bullish, Bagaimana BBRI?
Lalu, bagaimana pergerakan BUMI dan BBRI selanjutnya? Pada sisi BUMI, dorongan asing ini muncul bersamaan dengan sinyal teknikal yang luar biasa kuat. Hampir seluruh indikator utama—mulai dari Stochastic, MACD, CCI hingga ROC—berada pada zona beli.
Tren pergerakan harga juga terkonfirmasi oleh seluruh moving average utama yang sudah berada pada posisi buy, baik itu dari MA5 hingga MA200. Kombinasi antara minat asing dan teknikal yang menguat ini menunjukkan bahwa BUMI tidak sekadar mengalami kenaikan sesaat, melainkan memasuki fase tren naik yang lebih struktural.
Dengan volatilitas masih tinggi dan ruang resistance teknikal yang belum ditembus, saham ini berpotensi melanjutkan penguatan selama sentimen komoditas tetap positif.
Berbeda jauh dengan BUMI, BBRI justru mengalami tekanan jual yang besar dari investor asing. Saham perbankan terbesar di Indonesia ini mencatat net sell mencapai 138,73 juta saham, dan menjadi pelepasan asing terbesar pada sesi tersebut.
Namun tekanan jangka pendek ini tidak serta merta menggambarkan kegagalan fundamental. Data dari analis justru menunjukkan arah yang berlawanan. Sebanyak 30 dari 37 analis merekomendasikan beli untuk BBRI, dengan target harga rata-rata di Rp4.678, jauh di atas harga pasar saat ini di Rp3.860.
Bahkan proyeksi tertinggi mencapai Rp5.400 dan memberikan ruang kenaikan yang signifikan jika tekanan jual asing mulai mereda. Kondisi ini menunjukkan bahwa aksi asing lebih menyerupai rebalancing portofolio menjelang akhir tahun, bukan perubahan pandangan terhadap fundamental BBRI.
Arah pergerakan ke depan akan sangat ditentukan oleh keberlanjutan arus modal asing. Jika pembelian asing di BUMI berlanjut, tren bullish dapat terus menguat dengan cepat. Sementara itu, BBRI memiliki peluang untuk pulih begitu tekanan jual asing mereda, mengingat fundamental yang masih kuat dan minat analis yang tetap solid.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.