Logo
>

Asing Serbu Saham BBRI Rp1,2 Triliun, Lihat Fundamental ini!

Saham BBRI naik 4,6 persen usai diborong asing senilai Rp1,2 triliun. Di balik euforia pasar, bagaimana kondisi fundamentalnya saat ini?

Ditulis oleh Syahrianto
Asing Serbu Saham BBRI Rp1,2 Triliun, Lihat Fundamental ini!
BRI Kantor Cabang Menteng, Jakarta, Rabu, 23 April 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat lonjakan minat dari investor asing sepanjang perdagangan pasar reguler Kamis, 15 Mei 2025.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan perdagangan saham harian, BBRI mencatatkan nilai net buy asing terbesar sebesar Rp1,24 triliun, disusul saham BMRI (Rp668 miliar) dan BBCA (Rp528 miliar). Aksi beli bersih yang masif ini mendorong saham BBRI naik sebesar 4,6 persen dalam sepekan terakhir, menandai salah satu performa terbaik di antara saham perbankan big cap.

Hingga akhir sesi I, total akumulasi net buy asing di pasar reguler mencapai Rp2,8 triliun, dengan BBRI menyumbang hampir separuh dari nilai tersebut. Di sisi lain, saham TLKM justru menjadi yang paling banyak dijual asing dengan net sell sebesar Rp114 miliar, diikuti PNLF (Rp92 miliar) dan ASII (Rp90 miliar).

Analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, menjelaskan bahwa kuatnya minat asing terhadap BBRI dilandasi oleh stabilitas fundamental bank tersebut serta valuasinya yang menarik. 

“BBRI saat ini diperdagangkan pada level 1,8x price-to-book value (PBV) untuk 2025, sedikit di atas -1SD historis. Dengan target harga Rp4.470, masih ada potensi kenaikan sebesar 16,4 persen dari harga saat ini Rp3.840,” ujar Akhmad dalam riset tertulisnya, dikutip Kamis, 15 Mei 2025.

Kinerja Laba BRI Melemah, tapi Tetap Atraktif

Meskipun menarik dari sisi valuasi, BBRI mencatatkan penurunan kinerja laba bersih kuartal I 2025. Laba bersih (PATMI) tercatat sebesar Rp13,67 triliun, turun 13,9 persen secara tahunan dan 9,4 persen secara kuartalan. Penurunan ini dipicu oleh kenaikan provisi sebesar 14,6 persen dan melemahnya pendapatan bunga bersih sebesar 1,7 persen yoy.

Loan growth juga melambat. Total kredit hanya tumbuh 5 persen yoy menjadi Rp1.373,6 triliun, berada di bawah proyeksi manajemen BBRI yang menargetkan pertumbuhan kredit 7–9 persen tahun ini. Pertumbuhan paling lambat tercatat pada segmen mikro, yang hanya naik 1,5 persen yoy, sedangkan segmen menengah naik tajam hingga 21,1 persen.

Namun, dari sisi risiko, rasio kredit bermasalah (NPL) BBRI tetap terkendali di level 2,9 persen, sesuai panduan manajemen untuk 2025. Sementara itu, biaya kredit (cost of credit/CoC) mengalami perbaikan menjadi 3,5 persen, membaik 30 basis poin dibanding kuartal I 2024. Rasio CASA juga meningkat menjadi 65,8 persen, mencerminkan perbaikan struktur dana pihak ketiga.

Kontribusi Bisnis Emas Galeri 24 BRI

Menariknya, di tengah tekanan dari sisi mikrofinansial, anak usaha BBRI melalui PT Pegadaian mencatat kinerja solid dari lini usaha emas Galeri 24. Unit ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp250 miliar per Maret 2025, atau telah mencapai 50 persen dari target tahunan Rp500 miliar. 

Mayoritas kontribusi berasal dari penjualan emas batangan merek sendiri, yang menyumbang hingga 70 persen dari total penjualan.

Ekonom BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano, menilai performa Galeri 24 menjadi salah satu sumber nilai tambah yang tidak langsung terefleksi dalam valuasi saham BBRI saat ini. “Kontribusinya memang baru sekitar 1,8 persen terhadap laba bersih BBRI kuartal I, tapi ini bisa jadi sumber pertumbuhan baru yang efisien,” jelas Victor.

Selain penjualan, Galeri 24 juga memperluas kapasitas produksi kilangnya yang kini memproduksi 100 kg per bulan, dengan target jangka panjang meraih akreditasi LBMA agar dapat bersaing di pasar global.

Optimisme Analis ke Saham BBRI Tetap Terjaga

Meskipun laba turun, konsensus analis masih mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham BBRI. Selain faktor valuasi, yield dividen yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri. BBRI diperkirakan memberikan dividen yield sebesar 7,3 persen pada tahun ini. Di sisi lain, ekspektasi pemulihan margin dan penurunan biaya dana (cost of fund) juga menjadi katalis pendukung.

"Fokus investor asing tampaknya bukan pada EPS kuartalan semata, tapi lebih pada potensi pemulihan margin dan kualitas aset yang tetap terjaga. Kami melihat BBRI sebagai saham defensif yang cocok untuk kondisi ekonomi dengan daya beli masyarakat yang masih fluktuatif," tulis Naura Reyhan Muchlis, analis riset dari BRIDS.

Kendati demikian, para analis juga menyoroti beberapa risiko seperti perlambatan permintaan kredit sektor mikro dan tekanan pada sektor UMKM akibat ketidakpastian global. Namun dari sisi likuiditas dan modal, BBRI tetap berada dalam posisi aman dengan CAR sebesar 24 persen, jauh di atas ketentuan minimum regulator.

Dengan aksi beli asing yang dominan dan fundamental yang relatif solid meski ada penurunan laba, BBRI menunjukkan bahwa kepercayaan investor tetap tinggi terhadap strategi jangka panjang perseroan. Kombinasi dari potensi dividen, perbaikan struktur pendanaan, dan kinerja anak usaha seperti Galeri 24 menjadi faktor yang memperkuat daya tarik saham ini di tengah sentimen pasar yang masih fluktuatif. (*) 

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.