Logo
>

ASLC Bagikan Dividen Rp12,7 Miliar dan Siapkan Capex Hingga Rp30 Miliar untuk Ekspansi

ASLC juga memaparkan rencana ekspansi agresif untuk lini bisnis ritel mobil bekas mereka

Ditulis oleh Desty Luthfiani
ASLC Bagikan Dividen Rp12,7 Miliar dan Siapkan Capex Hingga Rp30 Miliar untuk Ekspansi
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa.com/Abbas

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Autopedia Sukses Lestari Tbk atau dalam kode saham ASLC menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp12,7 miliar atau setara dengan Rp1 per saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Selasa, 17 Juni 2025. Jumlah tersebut setara dengan 25 persen dari laba bersih tahun buku 2024.

    Direktur Keuangan ASLC, Armeza Umar, dalam paparan public expose yang berlangsung secara daring menjelaskan bahwa keputusan pembagian dividen mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi dan pemberian nilai tambah kepada pemegang saham. 

    “Kami membagikan dividen sekitar Rp12,7 miliar atau Rp1 per saham, setara 25 persen dari laba bersih,” ujarnya secara daring pada Selasa, 17 Juni 2025.

    Selain mengumumkan dividen, ASLC juga memaparkan rencana ekspansi agresif untuk lini bisnis ritel mobil bekas mereka, Caroline.id, di semester kedua 2025. Menurut Armeza, perusahaan telah membuka dua cabang baru di awal tahun yakni di Cibubur dan Paskal, Bandung dan berencana menambah dua cabang lagi pada paruh kedua tahun ini. Salah satu lokasi tambahan dipastikan kembali berlokasi di Bandung, sementara satu cabang lagi sedang dalam tahap pemilihan lokasi.

    “Untuk belanja modal Caroline dari awal tahun kami targetkan sekitar Rp26 miliar hingga Rp30 miliar. Ini adalah alokasi untuk seluruh investasi Caroline di 2025,” jelas Armeza. 

    Ia juga menambahkan bahwa secara keseluruhan, capex ASLC untuk tahun ini berkisar antara Rp20 miliar hingga Rp30 miliar, dan sebagian besar digunakan untuk ekspansi showroom serta digitalisasi sistem.

    Dari sisi kinerja keuangan, meski laba bersih kuartal I-2025 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, perusahaan tetap optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan.

    “Penurunan disebabkan oleh product mix di mana mobil yang dijual memiliki harga lebih rendah dari tahun lalu. Tapi kami tetap yakin secara keseluruhan laba bersih masih akan tumbuh optimal,” kata Armeza.

    Untuk tahun ini, ASLC belum mengungkap angka pasti target pendapatan dan laba. Namun, manajemen menekankan proyeksi pertumbuhan masih sejalan dengan tren positif yang dicatatkan Caroline.id selama tiga tahun terakhir, termasuk peningkatan jumlah pelanggan, tingkat retensi, dan referral.

    Secara terpisah, Presiden Direktur ASLC, Jany Candra menjelaskan bahwa seluruh cabang Caroline yang dibuka menerapkan strategi efisien agar langsung mencapai titik impas atau break-even point (BEP). 

    “Setiap cabang kami rancang agar bisa sustain secara mandiri. Caroline.id pada dasarnya sudah bisa menutup biaya operasionalnya sendiri,” ujar dia. 

    Tantangan tersisa, menurut manajemen, justru berada pada biaya di level holding yang belum sepenuhnya ditutup oleh bisnis Caroline.

    Adapun strategi pertumbuhan lainnya juga menyasar penguatan ekosistem digital yang berfungsi sebagai price engine internal untuk anak usaha seperti JBA, MotoGadai, dan Caroline, kini mulai dikembangkan menjadi sumber pendapatan melalui skema subscription bagi pelanggan ritel dan korporasi. 

    “Itu memang bukan profit center sejak awal, tapi kami yakin memiliki potensi ekonomi di masa depan,” ujar dia..

    Dari sisi pasar, ASLC menilai peluang pertumbuhan bisnis mobil bekas nasional masih sangat besar, mengingat kepemilikan kendaraan per kapita Indonesia masih rendah dibanding negara ASEAN lain. 

    Di sisi lain, tantangan utama di 2025 adalah perlambatan penyaluran pembiayaan oleh perbankan dan lembaga leasing serta kehati-hatian konsumen dalam belanja barang bernilai tinggi akibat ketidakpastian politik dan ekonomi global.

    Sementara itu, terkait kendaraan listrik (EV), ASLC mencatat pergerakan pasar mobil listrik bekas masih terbatas akibat volume suplai yang rendah dan gap ekspektasi harga antara penjual dan pembeli

    Dengan kombinasi strategi ekspansi ritel, penguatan digitalisasi, dan pendekatan bisnis yang hati-hati namun terukur, manajemen ASLC mengaku yakin mampu menjaga keberlanjutan bisnis di tengah kondisi industri otomotif yang menantang.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".