KABARBURSA.COM - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada tahun 2025 terlalu optimistis.
Yose menyatakan proyeksi ini menghadapi tantangan besar di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum stabil. Beberapa negara besar menunjukkan potensi resesi, yang dapat memengaruhi prospek ekonomi global dan domestik.
“Di dalam negeri sendiri, kita melihat beberapa kelemahan seperti penurunan daya beli, investasi yang tidak meningkat signifikan, serta aktivitas ekonomi yang belum sepenuhnya mampu menciptakan lapangan kerja,” jelasnya. Seperti dikutip di Jakarta, Sabtu 17 Agustus 2024.
Yose menekankan bahwa kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah proyeksi pertumbuhan ini dapat tercapai.
Memasuki pertengahan 2024, kondisi ekonomi global masih dibayangi tantangan yang memicu perlambatan ekonomi di berbagai negara. Lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 berkisar 2,6 persen hingga 3,2 persen, dan 2,7 persen hingga 3,3 persen pada 2025.
Meski demikian, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan 5,05 persen pada triwulan II-2024 (yoy), didukung oleh inflasi yang terkendali di angka 2,13 persen pada Juli 2024. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain seperti China (4,7 persen), Singapura (2,9 persen), Korea Selatan (2,3 persen), dan Meksiko (2,24 persen).
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dengan inflasi terjaga di kisaran 2,5 persen dalam RAPBN 2025. Presiden Joko Widodo, dalam pidato RAPBN 2025 di Sidang Paripurna DPR RI, menegaskan bahwa dengan kondisi ekonomi global yang stagnan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertumpu pada permintaan domestik. Pemerintah berkomitmen menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta program bantuan sosial dan subsidi.
Presiden juga menyatakan bahwa pemerintah akan fokus pada peningkatan produk ekspor bernilai tambah tinggi dengan dukungan insentif fiskal yang kompetitif, sambil tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan dioptimalkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Transformasi Ekonomi Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan strategi komprehensif untuk mempercepat transformasi ekonomi Indonesia, yang terdiri atas tujuh poin utama.
Strategi ini akan diterapkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, dan merupakan bagian dari Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2025 yang disampaikan Jokowi dalam Sidang Paripurna ke-I tahun 2024-2025 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Dalam pidatonya, Jokowi menekankan bahwa strategi jangka menengah ini bertujuan untuk mempercepat transformasi ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Menurutnya, langkah-langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa Indonesia dapat terus tumbuh di tengah tantangan global yang ada.
Berikut tujuh poin utama dari strategi transformasi ekonomi yang dijabarkan Jokowi:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Fokus pada pengembangan SDM yang unggul, produktif, inovatif, dan berdaya saing melalui pendidikan berkualitas, penyediaan makanan bergizi gratis, renovasi sekolah, peningkatan layanan kesehatan yang berkualitas, serta penguatan program perlindungan sosial.
2. Memperkuat Hilirisasi Industri dan Transformasi Hijau: Mendorong aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi, rendah emisi, dan berorientasi ekspor. Ini akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global serta berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
3. Meningkatkan Inklusivitas dan Keadilan: Bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia, sehingga setiap orang bisa merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi.
4. Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur: Menyediakan fondasi yang kuat untuk transformasi ekonomi dengan fokus pada pembangunan infrastruktur di bidang pendidikan, pangan, energi, dan konektivitas yang akan memperkuat perekonomian nasional.
5. Memantapkan Reformasi Birokrasi dan Penyederhanaan Regulasi: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah dalam melayani masyarakat dan dunia usaha, sehingga proses transformasi ekonomi dapat berjalan lebih cepat dan lancar.
6. Mengembangkan Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan: Mendorong pemberdayaan dan peningkatan akses permodalan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mereka bisa lebih berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
7. Memperkuat Pertahanan dan Keamanan Nasional: Menjamin kemandirian pangan dan energi, serta menegakkan nasionalisme, demokrasi, penghormatan, dan penegakan Hak Asasi Manusia. Ini akan memastikan stabilitas yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi jangka panjang.
Strategi Hadapi Middle-Income Trap
Jokowi juga menyoroti pentingnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen utama untuk mendorong transformasi ekonomi dan menghindari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap). Menurutnya, bonus demografi yang dimiliki Indonesia harus diubah menjadi peluang yang dapat meningkatkan daya tarik investasi dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
“APBN juga akan menjadi amunisi dalam proses transformasi ekonomi, memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap kuat dan mampu bersaing di kancah global,” kata Jokowi. Ia menambahkan bahwa pemerintah akan terus mendukung ekspor produk bernilai tambah tinggi melalui insentif fiskal yang kompetitif, sambil tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
Jokowi memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan masih akan banyak bergantung pada permintaan domestik, mengingat kondisi ekonomi global yang diperkirakan masih stagnan. “Kombinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan terus dijaga untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan,” tegasnya.(*)