KABARBURSA.COM - Research team, PT Reliance Sekuritas Tbk melaporkan Bursa Asia pada pembukaan perdagangan Senin, 30 September 2024 berada di zona merah,
Perdagangan indeks Nikkei 225 melemah (-4.39 persen). Begitu juga dengan perdagangan indeks Kospi yang juga mengalami pelemahan (-0.29 persen).
"Pasar Jepang dibuka melemah di tengah investor yang akan menanti arah kebijakan dari Perdana Mentri baru, Shigeru Ishiba, yang sebelumnya memiliki pandangan lebih kritis pada kebijakan longgar Bank Sentral Jepang," tulis Research Team Reliance Sekuritas dalam risetnya yang diterima Kabar Bursa, Senin, 30 September 2024.
Kemudian dari dalam negeri, Research Team Reliance Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali melanjutkan penurunannya dengan support pada level 7,546 dan resistance pada level 7,810.
"Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk bearish harami. Selain itu indikator stochastic masih dalam keadaan dead cross, yang mengartikan terdapat peluang besar untuk melanjutkan penurunannya," tulis Research Team Reliance Sekuritas.
Adapun, Research Team Reliance Sekuritas melihat terdapat saham yang berpotensi mengalami kenaikan beberapa ke depan. Di antaranya ialah BUMI, SRTG, SCMA, dan TKIM.
IHSG Terpengaruh Modal Asia Timur
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melebar di kisaran 7600 hingga 7800 dengan pivot di level 7700 pada pembukaan Senin, 30 September 2024.
Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, IHSG akan bergerak berbalik dengan indeks-indeks global dan regional sebagaimana terjadi pada Jumat, 27 September 2024, kemarin.
Selain itu, IHSG pekan depan juga diprediksi akan dipengaruhi modal Asia Timur. Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi para investor asing.
“Di samping indikasi profit taking, peningkatan appetite pasar terhadap pasar modal Asia Timur turut menekan IHSG sejalan dengan net sell investor asing signifikan dalam beberapa hari perdagangan terakhir,” tulis analisa Phintraco Sekuritas, Minggu, 29 September 2024.
Adapun stimulus-stimulus moneter di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Tiongkok, dinilai belum berdampak pada sektor manufaktur dalam negeri di bulan September 2024 ini. Adapun Indeks Manufaktur Indonesia diperkirakan masih berada di level 49.5 pada September ini.
“Indeks manufaktur Indonesia diperkirakan berada di 49.5 di September 2024, naik terbatas dari 48.9 di Agustus 2024,” tulis Phintraco.
Selanjutnya, harga-harga terindikasi mengalami kenaikan di September 2024 dari kenaikan inflasi inti ke 2,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) di September 2024 dari 2,02 persen yoy di Agustus 2024.
Sementara pada penutupan indeks-indeks Wall Street Jumat, 26 September 2024, berakhir beragam. Meski demikian, DJIA (+0.33 persen) berhasil membukukan level tertinggi baru di akhir pekan kemarin.
Adapun sentimen lainnya berasal dari indikasi perlambatan inflasi dari penurunan Personal Consumption Expenditure (PCE) ke 2,2 persen yoy di Agustus 2024 dari 2,5 persen yoy di Juli 2024.
"Data ini memvalidasi agresivitas pemangkasan suku bunga the Fed dalam FOMC terakhir," jelasnya.
Sementara, indeks-indeks di Eropa melanjutkan penguatan di Jumat kemarin. Penguatan ditopang oleh rally harga saham-saham luxury goods menyusul ekspektasi peningkatan demand dari Tiongkok pasca stimulus moneter oleh PBOC pada pekan lalu.
IHSG Alami Perubahan Tipis Pekan Lalu
IHSG mengalami perubahan tipis pada selama satu pekan 23-27 September 2024.
Perubahan IHSG selama sepekan sebesar 0,60 persen menjadi berada pada level 7.696,916 dari 7.743,004 pada pekan lalu. Adapun pergerakan investor pada kemarin, Jumat 28 September 2024, mencatat nilai bersih sebesar Rp493,27 milyar.
"Dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp52,74 triliun," tulis manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu, 28 September 2024.
Adapun pada pekan kemarin, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa adalah 9,64 persen menjadi Rp16,36 triliun dari Rp14,92 triliun pekan sebelumnya.
Selanjutnya, rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa selama sepekan mengalami peningkatan sebesar 5,33 persen menjadi 1,33 juta kali transaksi dari 1,26 juta kali transaksi pada pekan yang lalu.
"Sedangkan rata-rata volume transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 14,72 persen menjadi 23,94 miliar lembar saham dari 28,07 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya,"=tulis manajemen BEI.
Pada pekan lalu, Kapitalisasi pasar Bursa juga mengalami perubahan sebesar 1,02 persen menjadi Rp12.875 triliun dari Rp13.007 triliun.
Wall Street Berhasil Taklukan Fenomena Black September
Sementara itu, perdagangan saham di bulan September akan segera berakhir, dan dalam pekan ini, kita akan melihat dengan lebih jelas bagaimana kinerja bursa Amerika Serikat (AS), khususnya Wall Street, yang telah menunjukkan hasil yang cukup kuat sepanjang bulan ini.
Banyak investor dan analis pasar tengah memperhatikan dengan seksama berbagai faktor yang berkontribusi pada performa positif ini. Data ekonomi terbaru, laporan perusahaan, dan sentimen pasar akan menjadi sorotan utama yang dapat mempengaruhi arah pergerakan saham dalam beberapa hari ke depan.
Para pelaku pasar berharap untuk melihat apakah momentum positif ini akan berlanjut hingga bulan berikutnya, serta dampaknya terhadap keputusan investasi mereka.
Bursa saham AS dipastikan akan menyelesaikan bulan ini dengan keuntungan yang signifikan untuk ketiga indeks utamanya, terutama Nasdaq yang banyak diisi oleh saham teknologi.
Indeks saham Wall Street berhasil mengatasi fenomena yang dikenal sebagai Black September atau September Effect pada tahun 2024 dengan pencapaian yang mengesankan.
Secara umum, bulan September dikenal sebagai periode yang penuh tantangan bagi para investor saham, karena sering kali harga saham mengalami penurunan tajam berdasarkan data historis.
Black September atau September Effect adalah sebuah fenomena musiman dalam perdagangan saham, mirip dengan anomali lainnya seperti January Effect, Sell in May and Go Away, dan Window Dressing. (*)