Logo
>

AYAM Asah Jalu di Penghujung 2025, Seperti ini Strateginya

AYAM memasuki fase penentuan jelang MBG 2026; ekspansi produksi besar-besaran berpotensi mendongkrak permintaan, namun efisiensi pakan dan stabilitas operasional jadi kunci keberhasilan.

Ditulis oleh Yunila Wati
AYAM Asah Jalu di Penghujung 2025, Seperti ini Strateginya
PT Janu Putra Sejahtera Tbk. (Foto: Dok AYAM)

KABARBURSA.COM – Saham PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM) hari ini sedang digembok oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian, AYAM sedang memasuki periode transisi besar yang akan menentukan arah bisnisnya selama lima tahun ke depan. 

Fundamental industri unggas mulai membaik setelah dua tahun berada dalam tekanan harga yang ekstrem. AYAM sendiri sedang memperkuat tulang punggung operasionalnya, mulai dari efisiensi pakan hingga optimalisasi rantai produksi. Hal ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang besar dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan berjalan penuh pada 2026.

Janu Putra Sejahtera bukan pemain kecil, produksinya mencapai 17,08 juta DOC. Tidak hanya itu, AYAM juga memproduksi 1,36 juta kg telur komersial, 13,73 juta kg broiler, hingga hampir 277 ton volume RPA. Dengan nilai produksi demikian, perusahaan ini menjadi salah satu produsen unggas terintegrasi yang pasokannya stabil. 

Kenaikan 36 persen nilai biological assets sepanjang 2025 menjadi sinyal ekspansi padat modal yang mencerminkan kesiapan perusahaan dalam menambah skala operasinya. Namun dari sisi kinerja keuangan, efektivitas strategi ini masih dipertanyakan karena margin tertekan akibat harga ayam dan telur yang berfluktuasi liar.

Di pasar, harga jual DOC AYAM hanya Rp6.500, di bawah harga pasar yang Rp9.000. Tetapi, harga ini memberi daya tarik kompetitif. Hanya saja, dominasi marjin rendah menunjukkan bahwa keuntungan baru akan terasa ketika efisiensi tercapai atau permintaan meningkat secara struktural. 

Inilah mengapa fokus perusahaan pada penurunan biaya pakan menjadi begitu strategis. Dengan menggandeng mitra jangka panjang dan memanfaatkan rekam jejak kolaborasi teknologi seperti JV Grand Parent Stock bersama De Heus, AYAM sedang membangun fondasi produksi yang lebih tahan terhadap volatilitas harga jagung dan impor bahan baku pakan.

Di titik ini, NH Korindo Sekuritas Indonesia melihat masalah AYAM masih sama seperti mayoritas pemain ungags. Margin mereka rentan dan permintaan cukup siklikal. Tetapi perbedaan utama adalah keberpihakan kebijakan. 

Serapan MBG Sangat Besar

Pemerintah melalui MBG, akan menyerap ayam dan telur dalam volume yang sangat besar, yaitu 82,9 juta penerima program. Artinya, kebutuhan harian protein hewani melonjak drastis. Ketika konsumsi unggas Indonesia masih stagnan di 14–15 kg per kapita, skema MBG menjadi akselerator permintaan terbesar yang pernah ada dalam industri ini. 

AYAM sebagai pemain nasional, tidak seperti CPIN dan JPFA yang dimiliki investor asing, memiliki keunggulan politis dan struktural dalam mendapatkan porsi pengadaan pemerintah dan BUMN pangan.

Perusahaan menggambarkan pembayaran MBG sebagai fast and optimu”. Ini bukan detail kecil. Cashflow yang lancar adalah garis hidup bagi bisnis unggas, terutama bagi perusahaan yang masih bergulat dengan margin sempit. 

Artinya, AYAM bukan hanya bermain di sisi produksi, tetapi juga sedang mengunci posisi dalam jaringan distribusi negara yang akan menjadi salah satu pendorong utama sektor pangan 2026–2030.

Meski demikian, risiko-risiko struktural tetap besar. Volatilitas harga pakan, distribusi antarwilayah yang tidak efisien, kesehatan ayam, dan faktor musiman adalah masalah mendasar yang tidak hilang begitu saja.

Mitigasi AYAM, seperti kontrak pakan menengah, ekspansi cold chain, kerja sama RPA luar Jawa, serta penguatan biosecurity, mengindikasikan bahwa perusahaan sadar bahwa peningkatan skala saja tidak cukup. Tanpa stabilitas operasional, kenaikan volume justru bisa memperbesar kerugian.

Tata Ulang Struktur Operasi AYAM

Melihat gambaran keseluruhan, AYAM berada dalam fase re-rating candidates, yakni perusahaan yang sedang menata ulang struktur operasinya untuk menyambut lonjakan permintaan. Tahun 2026 dapat menjadi tahun penentu: apakah AYAM siap memasuki liga yang lebih tinggi, atau justru tersandung pada persoalan klasik industri unggas yang tak kunjung selesai.

Ekspektasi pasar akan sangat bergantung pada dua hal: apakah AYAM mampu menurunkan biaya pakan secara berkelanjutan, dan apakah skema MBG benar-benar menjadi penyerap permintaan jangka panjang, bukan hanya stimulus sementara. 

Bila dua faktor ini berjalan bersamaan, AYAM memiliki peluang memasuki fase pertumbuhan eksponensial. Namun tanpa itu, ekspansi agresif justru bisa meningkatkan risiko finansial.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79