Logo
>

Badai Buruk Hantam Bukalapak.com Berkali-kali, BUKA Masih Menarik?

Ditulis oleh Syahrianto
Badai Buruk Hantam Bukalapak.com Berkali-kali, BUKA Masih Menarik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bukalapak.com Tbk lagi-lagi menunjukkan penurunan kinerja pada triwulan III tahun 2024 atau periode yang berakhir 30 September 2024. Di saat yang sama, emiten berkode saham BUKA mengumumkan penghentian kegiatan dan penutupan lini usaha. Harga sahamnya menukik 2,34 persen atau turun 3 poin menjadi 125 pada penutupan perdagangan Jumat, 1 November 2024.

    Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren menyoroti pelemahan kinerja BUKA yang berlangsung dalam dua periode beruntun. Laba inti (core profit) Bukalapak.com pada kuartal III 2024 mengecil menjadi Rp36 miliar sehingga lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun 2023 (Rp62 miliar) dan kuartal lalu (Rp121 miliar).

    "Adjusted EBITDA pada triwulan III 2024 tercatat minus Rp167 miliar, sedangkan kuartal yang sama 2023 Rp95 miliar, sehingga adjusted EBITDA sembilan bulan pertama tahun 2024 menjadi negatif Rp193 miliar," kata Edi melalui risetnya, dikutip Sabtu, 2 November 2024.

    Adapun hasil pada periode Januari-September 2024 masih lebih baik dibandingkan episode yang sama tahun lalu yang tercatat di angka Rp429 miliar.

    Sekretaris Perusahaan Bukalapak.com Cut Fika Lutfi mengungkapkan BUKA akan melakukan restrukturisasi usaha untuk mencapai tujuan mencapai profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan. Pasalnya sejak penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) perseroan mencatat kerugian lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari berbagai segmen usaha.

    "Perseroan telah melakukan berbagai upaya terbaik namun kerugian dan tantangan industri yang dialami oleh masing-masing segmen usaha dan/atau anak perusahaan selama tiga tahun terakhir telah mendorong manajemen Perseroan untuk mengambil keputusan Rencana Aksi Korporasi," ungkap dia, melalui keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dikutip Sabtu, 2 November 2024.

    Rencana Aksi Korporasi tersebut, kata Cut Fika, diharapkan dapat diselesaikan seluruhnya pada triwulan kedua tahun 2025. Sayangnya, agenda besar itu akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

    "Rencana tersebut akan berdampak kepada sejumlah karyawan di seluruh ekosistem usaha perseroan. Adapun perseroan menyadari bahwa ini bukan hal yang mudah bagi para karyawannya," jelas dia.

    Selain itu, manajemen BUKA memastikan pemenuhan seluruh hak dan kompensasi para karyawan yang terdampak akan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Oleh karena itu Sekretaris Perusahaan Bukalapak.com menyampaikan, BUKA akan fokus menjalankan dan mengembangkan segmen usaha inti dengan organisasi yang lebih ramping dan efisien. Ini bertujuan agar BUKA memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

    Bagi Edi Chandren, restrukturisasi BUKA akan memperlihatkan perubahan fokus perusahaan. Manajemen buka, sambungnya, akan menghilangkan metrik gross transaction value di kuartal IV tahun 2024. Alasannya, ini bukan metrik utama yang akan dimonitor.

    "Manajemen BUKA memberikan guidance bahwa proses restrukturisasi ini masih akan berlangsung pada triwulan IV dan kuartal pertama tahun 2025, meski dengan dampak negatif yang lebih kecil. Oleh karena itu, kinerja pada kuartal IV 2024 berpotensi akan relatif mirip dengan kinerja kuartal III 2024," ungkap analis dari Stockbit Sekuritas itu.

    Manajemen BUKA, tutur Edi, mengatribusikan penurunan kinerja pada proses restrukturisasi yang sedang ditempuh perseroan sehingga menimbulkan dampak negatif baik dari sisi pendapatan maupun biaya.

    Menurutnya, secara spesifik, perseroan memutuskan untuk membersihkan stok (inventory) dengan penurunan harga jual dan juga membukukan biaya ekstra akibat penalti dari terminasi kontrak–kontrak kerja sama yang lebih cepat.

    Sementara itu, di tengah badai buruk yang menghantam kinerja BUKA dan rencana restrukturisasi perusahaan, isu mengenai Bukalapak.com akan diakuisisi oleh platform e-commerce asal China, TEMU, mencuat. Berdasarkan keterbukaan informasi pada 8 Oktober 2024, BUKA menolak berkomentar.

    Cut Fika mengatakan, Bukalapak.com tidak mengetahui informasi terkait rencana aksi akuisisi perseroan oleh e-commerce dari TEMU, perusahaan dari China.

    "Sehubungan dengan itu, perseroan akan melakukan keterbukaan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku apabila perseroan menerima informasi yang telah diverifikasi kebenarannya atas rencana akuisisi tersebut," tegas Cut Fika.

    Pada 14 Oktober 2024, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Prabunindya Revta Revolusi menegaskan pemerintah telah memblokir TEMU karena tidak patuh terhadap regulasi di Indonesia dan berpeluang merusak ekosistem usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

    “Dari sisi model bisnisnya, aplikasi TEMU jelas tidak comply dengan regulasi perdagangan maupun ekosistem UMKM yang harus kita lindungi. Hal ini sangat membahayakan keberlangsungan UMKM lokal,” ujar Prabu.

    Selain ancaman terhadap UMKM, Prabu juga menekankan bahwa TEMU belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia, yang menjadi salah satu alasan kuat pemblokiran. “Ketika sebuah aplikasi belum terdaftar sebagai PSE, potensi untuk diblokir sangat terbuka lebar,” ujarnya.

    TEMU hingga kini belum menunjukkan itikad untuk comply dengan aturan yang berlaku di Indonesia. “Kami harus bertindak tegas untuk melindungi kepentingan UMKM dan konsumen,” tegasnya beberapa waktu lalu.

    Langkah yang sama juga dilakukan terlebih dahulu oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) pada 2 Oktober 2024. Staf Khusus Menkop UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengatakan, saat ini pemerintah terus berkomitmen untuk tetap mengawal e-commerce tersebut.

    “Jika TEMU sampai masuk ke Indonesia, ini akan sangat membahayakan UMKM dalam negeri. Apalagi platform digital dari China ini bisa memfasilitasi transaksi secara langsung antara pabrik di Cina dengan konsumen di negara tujuan ini akan mematikan UMKM,” ujar Fiki dalam keterangan resminya.

    Perlu diketahui sejak September 2022 lalu aplikasi TEMU telah berupaya mendaftarkan merek sebanyak tiga kali di Indonesia. Bahkan pada 22 Juli 2024, aplikasi TEMU sempat mengajukan ulang pendaftarannya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM).

    Kinerja BUKA Dibandingkan dengan GOTO dan BELI?

    Pada musim laporan keuangan kuartal III tahun 2024 ini, tiga raksasa emiten teknologi yang bergerak dalam e-commerce, BUKA, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) masih kompak alami kerugian.

    Disampaikan sebelumnya, rugi periode berjalan Bukalapak.com mencapai Rp545,97 miliar hingga September 2024. Rugi ini merosot 23,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai Rp792,78 miliar.

    Meskipun masih merugi, BUKA masih mampu memperoleh pendapatan bersih Rp3,39 triliun, lebih tinggi dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu sebesar Rp3,33 triliun.

    Di sisi lain, rugi periode berjalan GOTO sembilan bulan pertama tahun 2024 sebesar Rp4,31 triliun, dengan merosot 55 persen. Sebelumnya, GOTO merugi Rp9,54 triliun.

    EBITDA GOTO yang berasal dari seluruh entitas perusahaan mampu mencapai Rp137 miliar, lebih rendah dibandingkan kuartal III 2023 yang rugi hingga Rp559 miliar. Penopang kinerja impresif ini adalah pertumbuhan pengguna bulanan yang tembus 21 persen. Ini berasalh dari seluruh ekosistem GOTO.

    Selanjutnya, emiten marketplace milik Djarum Group, Blibli, masih merugi hingga Rp1,87 triliun pada periode Januari-September 2024. Adapun penyusutan ruginya sebesar 29,6 persen secara tahunan (yoy). Episode yang sama pada 2023, BELI membukukan rugi Rp2,62 triliun.

    Meskipun rugi, BELI dapat mencapai pendapatan Rp12,13 triliun, dengan kenaikan 5,8 persen yoy, dibandingkan Rp11,46 triliun. Hasilnya, pendapatan bersih dari pihak berelasi drop menjadi Rp103,38 miliar per September 2024.

    Di akhir perdagangan pekan lalu, Jumat, 1 November 2024, BELI masih menjadi yang tertinggi di level 450. Harga saham milik Blibli ini stagnan selama tiga bulan berturut-turut.

    Harga saham BUKA menukik 2,34 persen atau turun 3 poin menjadi 125 pada penutupan perdagangan Jumat, 1 November 2024. Sementara GOTO menjadi yang terendah dengan bertahan di level 68.

    Dalam setahun terakhir, BUKA mengalami penurunan drastis hingga 81.62 persen, sementara BELI dan GOTO masing-masing juga turun signifikan. Ini mencerminkan penurunan minat investor dan tantangan yang dihadapi perusahaan.

    Dibandingkan dengan performa sektor yang stabil atau mengalami penurunan lebih rendah, BUKA, BELI, dan GOTO menghadapi volatilitas yang lebih tinggi dalam kinerja harga sahamnya.

    Fokus Sektor Teknologi dan Digital, Ciptakan Ekonomi Baru

    Muhammad Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, mengatakan jika pemerintah Indonesia berencana untuk fokus pada sektor teknologi dan digital, peluang menciptakan ekonomi baru dapat tercapai.

    “Jika pemerintah benar-benar mengoptimalkan sektor teknologi dan digital, ini akan menjadi tulang punggung dalam menopang pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen,” jelasnya kepada Kabarbursa.com, Sabtu, 2 November 2024.

    Pendorongan ekonomi digital ini tak hanya memberikan dampak positif bagi iklim investasi, tetapi juga menguntungkan beberapa sektor emiten terkait, terutama di bidang teknologi, e-commerce, fintech, dan infrastruktur digital. “Sektor-sektor tersebut diproyeksikan akan mendapat manfaat langsung dari kebijakan pemerintah. Emiten teknologi, misalnya, memiliki potensi besar untuk tumbuh dengan cepat seiring dengan peningkatan permintaan layanan digital,” tambah Nafan.

    Lebih lanjut, Nafan menekankan bahwa langkah pemerintah ini akan menciptakan peluang yang menjanjikan bagi para investor yang ingin berinvestasi di sektor teknologi dan digital. “Tentunya peluangnya besar bagi investor yang ingin berangkat ke sektor ini. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, sektor teknologi dan digital akan terus berkembang pesat,” ungkapnya.

    Dorongan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi digital ini diharapkan mampu membuka pintu bagi pertumbuhan ekonomi baru yang akan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat serta daya saing Indonesia di kancah global.

    Saham Bukalapak.com Masih Dilirik?

    Tentunya, angin segar tersebut dapat dihirup oleh para investor. Tiga emiten teknologi bidang e-commerce ini masih berpeluang dikoleksi sahamnya oleh para investor. Jika dibedah, BUKA, BELI, dan GOTO memiliki Price-to-Earnings (PE) Ratio negatif, mengindikasikan kerugian dalam periode terakhir. Hal ini kontras dengan rata-rata industri dan sektor yang menunjukkan PE positif, menandakan perusahaan dalam industri serupa mampu menghasilkan profitabilitas.

    Jika dilihat dari Price-to-Book (PB) Value, BUKA memiliki PB 0.52, lebih rendah dari rata-rata industri dan sektor, yang menunjukkan harga pasar sahamnya di bawah nilai bukunya. PB Value BELI sebesar 8.54 menunjukkan valuasi pasar yang tinggi dibandingkan aset bersih perusahaan. Sementara GOTO memiliki PB Value sebesar 2.4, masih relatif tinggi meski di bawah BELI.

    Adapun baik BUKA maupun GOTO memiliki Enterprise Value (EV)/EBITDA dan EV/EBIT negatif, menunjukkan EBITDA dan EBIT negatif. Sebaliknya, industri dan sektor memiliki nilai positif, mengindikasikan profitabilitas yang lebih kuat di level EBITDA.

    Dari likuiditas dan solvabilitasnya, BELI memiliki Current Ratio yang relatif rendah, sekitar 0.71, yang menunjukkan likuiditas yang lebih ketat dibandingkan BUKA dan GOTO. BUKA dengan Current Ratio di 25.32 memiliki likuiditas yang jauh lebih baik dan bisa menjadi pilihan lebih aman dari sisi kemampuan jangka pendek.

    Oleh sebab itu dapat disimpulkan, BUKA tampaknya menjadi pilihan yang lebih konservatif, terutama dengan valuasi rendah dan arus kas operasi yang positif. Jika mencari opsi yang lebih aman di antara ketiganya, BUKA bisa menjadi pilihan.

    Di samping itu, GOTO bisa menarik jika bersedia menanggung risiko volatilitas tinggi dan kondisi keuangan yang menantang. Ada potensi upside jika mereka berhasil mengoptimalkan kinerja di masa depan, namun ini juga datang dengan risiko. BELI bisa jadi menarik jika mencari pertumbuhan jangka panjang yang lebih agresif, tetapi valuasinya yang tinggi perlu diwaspadai karena bisa menunjukkan harga saham yang relatif mahal. (*)

     

    Dian Finka berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.