KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyesuaikan panduan kinerja hingga akhir 2025 setelah merilis laporan keuangan semester I, dengan menurunkan target pertumbuhan kredit, marjin bunga (NIM), dan biaya kredit.
Langkah ini mencerminkan sikap hati-hati manajemen dalam menjaga keseimbangan ekspansi bisnis di tengah dinamika likuiditas dan pasar.
Target pertumbuhan kredit dipangkas menjadi 8–10 persen dari proyeksi awal 10–12 persen. Alasan utamanya, Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Mandiri sudah berada di level 90 persen, paling tinggi di antara bank KBMI 4. Dengan begitu ruang untuk menyalurkan kredit lebih agresif relatif terbatas.
Manajemen menegaskan fokus hanya pada sektor-sektor yang sehat dan sejalan dengan rantai pasok ekosistem bank.
Penyesuaian berikutnya adalah NIM yang kini diproyeksikan berada di kisaran 4,8–5 persen, turun dari perkiraan 5–5,2 persen. Untuk mencapainya, perseroan berupaya menjaga LDR tidak melewati 90 persen sambil mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) berbasis dana murah.
Sementara itu, proyeksi biaya kredit diturunkan menjadi 0,8–1 persen dari sebelumnya 1–1,2 persen. Optimisme ini ditopang stabilnya kualitas aset dan risiko kredit yang relatif terjaga.
Di pasar saham, BMRI bergerak stagnan di Rp4.420 pada perdagangan sesi pertama hari ini. Angka ini masih jauh dari level tertinggi setahun terakhir di Rp7.550, meski di atas titik terendah Rp4.250.
Kapitalisasi pasar BMRI kini sekitar Rp408 triliun, dengan rasio P/E 7,33 kali, menandakan valuasi relatif murah dibandingkan potensi dividen besar, mengingat yield mencapai 10,55 persen.
Secara teknikal, harga saat ini bergerak tipis di atas level support psikologis Rp4.300–4.350. Dengan posisi fundamental yang tetap solid meski target diturunkan. Investor cenderung melihat saham BMRI sebagai peluang value play, terutama bagi mereka yang mengincar dividen stabil.
Namun, prospek jangka pendek masih akan dipengaruhi arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia, dinamika rupiah, serta ekspektasi pertumbuhan kredit di sektor riil.
Singkatnya, langkah Bank Mandiri menurunkan target bukanlah sinyal melemahnya fundamental, melainkan strategi realistis menjaga kesehatan neraca.
Bagi investor, BMRI tetap menawarkan daya tarik lewat valuasi murah dan dividen tebal, meski upside harga jangka pendek mungkin terbatas hingga ada katalis baru yang lebih kuat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.