KABARBURSA.COM - Bank-bank di China telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman acuan mereka untuk bulan ke-10 berturut-turut, meskipun tekanan terhadap mata uang yuan membatasi fleksibilitas otoritas moneter China dalam melakukan penurunan suku bunga.
People's Bank of China (PBOC), dalam pernyataannya pada Kamis 20 Juni 2024 menetapkan suku bunga pinjaman utama satu tahun tetap di level 3,45 persen, sesuai dengan ekspektasi mayoritas ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
Sementara itu, suku bunga pinjaman dengan tenor lima tahun, yang digunakan sebagai referensi untuk pinjaman jangka panjang termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), juga dipertahankan pada 3,95 persen.
Loan Prime Rate (LPR), yang mencerminkan suku bunga yang diberikan oleh 20 bank kepada nasabah terbaik mereka, tetap dipertahankan oleh PBOC pada level yang sama, tidak mengalami perubahan untuk bulan ke-10 berturut-turut.
Keputusan mempertahankan suku bunga ini diambil sebagai respons terhadap kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga dapat memperbesar jurang antara kebijakan China dengan kebijakan Federal Reserve AS (The Fed), yang diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang dapat memperburuk pelemahan yuan.
Ekonom Bloomberg Economics, Eric Zhu, menyatakan bahwa PBOC kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga MLF lebih dari 20 basis poin tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 30 basis poin pada awal 2024.
Kondisi ekonomi China yang sedang mengalami penurunan harga terpanjang sejak tahun 1990-an dan permintaan pinjaman yang lemah menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan untuk mempertahankan biaya pinjaman pada level saat ini.
Pernyataan Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, pada Rabu 19 Juni 2024, telah memicu spekulasi bahwa LPR mungkin akan mengalami penurunan dalam beberapa bulan mendatang, mengingat adanya ketidaksesuaian yang signifikan antara suku bunga yang diberlakukan beberapa bank dengan suku bunga pinjaman terbaik yang mereka tawarkan kepada nasabah.
Analisis dari Societe Generale SA menyarankan bahwa kemungkinan penurunan LPR sebesar 10 hingga 20 basis poin bisa terjadi pada paruh kedua tahun ini, sebagai respons atas kondisi ekonomi yang terus berkembang.
Pada bulan Mei, PBOC telah menghapuskan suku bunga minimum nasional untuk KPR yang terkait dengan LPR lima tahun, langkah ini mempengaruhi peran suku bunga sebagai pengatur ambang batas untuk KPR di berbagai kota di China.
Pada bulan April 2024, inflasi konsumen di China terus meningkat, menunjukkan ketahanan di atas nol untuk bulan ketiga berturut-turut. Sementara itu, harga industri terus mengalami penurunan panjang yang mencerminkan tantangan dalam permintaan ekonomi.
Menurut laporan Biro Statistik Nasional pada Sabtu (11/5/2024), Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kenaikan ini melebihi angka 0,1 pada Maret 2024 dan juga melampaui perkiraan median ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2 persen.
Sementara itu, indeks harga produsen tetap dalam tren deflasi, turun 2,5 persen pada April 2024 dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sebelumnya memproyeksikan penurunan sebesar 2,3 persen, setelah indeks tersebut turun 2,8 persen pada Maret 2024.
Menanggapi data ini, Bruce Pang, seorang ekonom senior untuk Greater China di Jones Lang LaSalle Inc., mengatakan bahwa "momentum ekonomi dan permintaan sosial terus pulih." Namun demikian, ia menyoroti perbedaan struktural yang signifikan antara harga barang dan jasa serta antara sektor hulu dan hilir. Pang juga menekankan perlunya dukungan kebijakan yang lebih kuat dan efektif.
Meskipun ada tanda-tanda pemulihan dalam sektor manufaktur dan ekspor yang kuat, tekanan deflasi masih menjadi ancaman nyata bagi ekonomi China. Penurunan harga produsen berdampak pada keuntungan perusahaan dan mengurangi keinginan mereka untuk melakukan investasi.
Survei terbaru yang melibatkan lebih dari 20.000 pengecer oleh Kamar Dagang Umum China menunjukkan bahwa meskipun total penjualan meningkat selama liburan Hari Buruh, nilai pesanan rata-rata mengalami kontraksi terbesar dalam sembilan bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa kenaikan harga konsumen mungkin disebabkan oleh keputusan administratif daripada peningkatan permintaan riil.
Langkah-langkah pemerintah daerah untuk meningkatkan biaya utilitas dan tarif kereta api juga turut mempengaruhi inflasi. Ini bisa berdampak negatif terhadap daya beli rumah tangga, membatasi kemampuan mereka untuk melakukan pembelian lainnya. Menurut analisis Tianfeng Securities Co., kenaikan biaya utilitas dan kereta api ini dapat menambahkan antara 25 hingga 101 basis poin (bps) pada inflasi harga produsen, serta antara 18 hingga 72 poin pada IHK, menurut studi oleh Zheshang Securities. (*)