KABARBURSA.COM - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa bantuan pangan (banpang) yang dibagikan ke masyarakat tidak memiliki andil terhadap penurunan harga beras.
Namun Bayu mengungkapkan bahwa banpang pemerintah Presiden Joko Widodo sebanyak 360 ribu ton yang disalurkan melalui Bulog telah membantu terhadap 22 juta keluarga rentan.
"Tetapi ada 22 juta keluarga yang tidak lagi mencari beras secara terdesak untuk pergi ke pasar, mereka ini adalah yang paling sensitif dengan kenaikan harga," kata Bayu dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024, di Jakarta, Senin, 4 Maret 2024.
Menurutnya, kebutuhan keluarga rentan terhadap beras telah terpenuhi setengahnya berkat banpang beras Jokowi.
"Sehingga apabila mereka merasa cukup pembelian 10 kg per bulan. Itu informasi yang kami terima mencukupi 40-50 persen kebutuhan keluarga itu dalam satu bulan. Sehingga mereka cukup tenang untuk menjalani hari harinya karena mereka telah memiliki beras," ujarnya.
Lebih lanjut, Bayu menambahkan, Bulog akan terus melanjutkan penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) alias beras bersubsidi.
"Karena dalam beras SPHP ini terdapat subsidi demikian maka mekanismenya dalam hal penyaluran cukup bebas, cukup leluasa tapi tidak sama sekali bisa sekedar dijual begitu saja," tambahnya.
Mekanismenya, tukas Bayu, pengecer harus mengajukan pembelian agar dapat dialokasikan beras bersubsidi tersebut.
Ia kemudian merinci penggelontoran beras SPHP tersebut. Pengecer menerima sebanyak 50,2 persen, sedangkan distributor mendapat sebanyak 45,4 persen beras SPHP.
"Distributor ini juga kaitannya dengan masalah finansial karena tidak semua pengecer kita ternyata mampu untuk memenuhi kebutuhan finansial untuk mendapatkan beras SPHP," tuturnya.
Ia pun menjawab soal pasar swalayan atau ritel modern yang memiliki jumlah beras terbatas. Menurutnya, itu hanya persoalan jumlah stok beras yang dimiliki masing-masing gerai.
"Kalau kita lihat diberitakan sepeti alfamart yang tidak ada stoknya, jadi memang relatif sedikit mengambilnya misalnya dibandingkan Transmart, Hypermart atau Indomaret," pungkas Bayu. (ari/adi)