Logo
>

Bapanas: Ketahanan Pangan Bukan Cuma Didasarkan Impor

Ditulis oleh KabarBursa.com
Bapanas: Ketahanan Pangan Bukan Cuma Didasarkan Impor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menegesakan, ketahanan pangan Indonesia bisa terwujud tidak hanya didasarkan pada impor komoditas. Menurutnya, kunci ketahan pangan ada di tangan para petani.

    Hal itu dia ungkap dalam acara Gerakan Tanam Jagung bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Semin, Gunungkidul, DIY pada Senin, 1 Juli 2024 lau.

    “Jadi jangan ketahanan pangan Indonesia itu didasarkan pada impor saja. Kuncinya ada di ada di bapak ibu semua, sedulur petani,” kata Arief dalam keterangan persnya, Selasa, 2 Juli 2024.

    Jika dikaitkan dengan dinamika nilai tukar rupiah, kata Arief, produksi pangan dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Karenanya, dia berharap produksi dalam negeri bisa terus ditingkatkan.

    “Ini kesempatan kita sekarang produksi dalam negeri, karena harganya pasti bagus,” imbuhnya.

    Arief juga mendorong Kementan agar dapat memastikan dukungan terhadap petani, misalnya benih dan pupuk. Sementara pihaknya saat ini mempersiapkan di fase pasca panen seperti penyerapan oleh peternak unggas dan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah yang defisit.

    Dalam kunjungan kerjanya di Gunungkidul berikutnya pada masa panen dan tanam padi, Arief mendorong adanya percepatan produksi tanam. “Kita tentunya bersyukur pada hari ini kita bisa masih bisa melakukan panen dan diharapkan bisa melakukan percepatan tanam, karena salah satu yang menjadi harapan Bapak Presiden (Joko Widodo) adalah bagaimana kita melakukan percepatan produksi kembali,” ungkapnya.

    Dia menegaskan, Jokowi juga sebelumnya meminta semua pihak untuk mewaspadai ancaman kekeringan dan dampaknya terhadap ketersediaan pangan. Hal ini, kata Arief, mesti dimitigasi dengan cepat dan sedini mungkin.

    Terlebih World Bank dalam publikasi Indonesia Economic Prospects yang dirilis Juni ini menyebutkan inflasi dan harga pangan pokok seperti beras, daging ayam, dan telur sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim.

    Diketahui, El Nino pada 2023 menyebabkan kondisi yang lebih kering daripada biasanya dan berdampak pada produksi pangan di Indonesia. Karenanya, Arief, meminta para petani untuk turut menyiapkan langkah mitigasi lebih awal.

    “Kepada Bulog tugasnya adalah menyerap dengan harga yang baik, jadi tak boleh harga GKP di bawah Rp 6.000 per kilo. Target penyerapan Bulog juga tidak dibatasi, Bulog harus serap sebanyak-banyaknya. Pokoknya tugas Kementan itu siapkan produksi, lalu untuk penyerapan dan jaga harga agar tidak jatuh itu NFA dan Bulog,” bebernya.

    Lebih jauh, Arief menilai hal ini dilakukan agar di akhir tahun hingga awal tahun 2025. Dengan begitu, Indonesia punya Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang cukup hingga awal tahun 2025.

    “CPP itu salah satunya untuk bantuan pangan beras yang akan terus kita lanjutkan di Agustus, Oktober, dan Desember. Berasnya harus yang kualitas bagus, tidak boleh jelek, dan kita perlu bangga dalam satu dua bulan terakhir, beras yang didistribusikan adalah produksi dalam negeri,” tutup Arief.

    Sebagaimana diketahui, hingga minggu ketiga bulan Juni 2024, realisasi pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog telah berada di angka 690 ribu ton. Sementara total salur sepanjang tahun ini telah mencapai 1,8 juta ton antara lain penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) 759 ribu ton, bantuan pangan beras tahap pertama 656 ribu ton dan tahap kedua 378 ribu ton, dan tanggap darurat 348 ton.

    Nilai Tukar Petani Meningkat

    Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Juni 2024. Plt. Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi menyebut, peningkatan NTP di bulan Juni 2024 sebesar 118,77 atau naik 1,77 persen jika dibandingkan dengan bulan Mei 2024. Adapun kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik.

    Machdi menyebut, kenaikan NTP terjadi akibat indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,85 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan bulan Mei 2024. “Lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani, yaitu sebesar 0,08 persen,” kata Machdi.

    Dia menuturkan, komoditas pertanian yang mendorong naiknya NTP diantaranya gabah, kakao, kopi, dan karet. Peningkatan NTP tertinggi, kata Machdi, ada di subsektor perkebunan rakyat sebesar 2,68 persen.

    “Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani juga naik sebesar 2,88 persen lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar oleh petani sebesar 0,2 persen,” ujarnya dalam konferensi persnya, Senin, 1 Juli 2024.

    Sementara komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga yang diterima petani subsektor perkebunan rakyat diantara, kakao, kopi, karet, dan kelapa sawit. Kenaikan NTP diikuti oleh 32 provinsi dengan peningkatan tertinggi terjadi di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4,60 persen yang didorong kenaikan harga komoditas lada dan karet.

    Sementara 5 provinsi mengalami penurunan NTP dan 1 provinsi lainnya stabil. NTP dengan penurunan terdalam terjadi di Kalimantan Selatan sebesar 0,62 persen yang disebabkan oleh penurunan harga gabah dan ayam ras pedaging. (And/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi