Logo
>

Batu Bara Global Tertekan, Produksi BUMI Justru Semakin Moncer

Ditulis oleh Yunila Wati
Batu Bara Global Tertekan, Produksi BUMI Justru Semakin Moncer

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga batu bara global mengalami tekanan yang signifikan pada perdagangan Rabu waktu setempat, 4 Desember 2024, menyusul lonjakan stok batu bara di India serta pelemahan harga gas alam di Eropa.

    Penurunan ini mencerminkan dinamika pasar energi global yang tengah dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan dan melemahnya permintaan.

    Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Desember 2024 turun sebesar USD1,4 menjadi USD133,4 per ton. Penurunan serupa juga terjadi pada kontrak Januari 2025 yang melemah USD1,15 menjadi USD134 per ton, sementara kontrak Februari 2025 terkoreksi lebih dalam sebesar USD1,55, membawa harga ke USD134,75 per ton.

    Sementara itu, harga batu bara Rotterdam juga mencatat penurunan yang cukup tajam. Untuk kontrak Desember 2024, harga terpangkas USD1,05 menjadi USD115,2 per ton, sedangkan kontrak Januari 2025 melemah USD1 menjadi USD114,7 per ton. Penurunan berlanjut pada kontrak Februari 2025 yang jatuh USD1,1, menetapkan harga pada USD114,85 per ton.

    Salah satu faktor utama yang menekan harga batu bara adalah peningkatan stok batu bara termal di pelabuhan-pelabuhan India. Data dari BigMint menunjukkan bahwa stok batu bara termal di India naik sebesar 3 persen menjadi 12,74 juta ton pada pekan ke-48, dari 12,36 juta ton pada pekan sebelumnya.

    Ini merupakan pekan kedua berturut-turut di mana terjadi peningkatan stok, yang mencerminkan melimpahnya pasokan di pasar domestik India. Situasi ini menekan permintaan impor batu bara, sehingga memberikan tekanan pada harga di pasar internasional.

    Selain itu, pelemahan harga batu bara juga dipengaruhi oleh melemahnya harga gas alam di Eropa. Harga kontrak berjangka gas alam TTF Dutch untuk Januari 2025, yang menjadi acuan utama perdagangan gas di Eropa, turun sebesar 2,63 persen menjadi 47,28 euro per megawatt-jam (Mwh).

    Penurunan harga gas ini turut memberikan tekanan pada batu bara karena kedua komoditas tersebut saling bersaing sebagai sumber energi pembangkit listrik di berbagai negara.

    Kondisi pasar energi global yang sedang tertekan ini mencerminkan tantangan bagi produsen batu bara dan gas, terutama dengan adanya ketidakpastian permintaan di musim dingin yang biasanya menjadi puncak konsumsi energi.

    Dengan peningkatan stok di India dan melemahnya harga gas di Eropa, tekanan terhadap harga batu bara diperkirakan masih akan berlanjut, kecuali ada perubahan signifikan pada sisi permintaan atau gangguan pada pasokan global.

    Produksi BUMI Naik 1,95 Persen

    Sementara itu, di Indonesia, produsen batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI), justru semakin cuan. BUMI berhasil mencatatkan kinerja solid hingga kuartal III-2024, meskipun industri batu bara menghadapi berbagai tantangan.

    Perusahaan ini mencatat produksi batu bara sebesar 57,3 juta ton sepanjang Januari hingga September 2024, mengalami peningkatan 1,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 56,2 juta ton.

    Direktur BUMI Dileep Srivastava, mengapresiasi capaian ini, meski mengakui adanya tantangan cuaca seperti hujan lebat di Kalimantan Selatan yang turut memengaruhi produksi, khususnya di tambang Arutmin. Dengan dinamika tersebut, BUMI memperkirakan total produksi dan penjualan batu bara tahun ini akan berada di kisaran 76-78 juta ton.

    Dari sisi penjualan, BUMI berhasil menjual batu bara sebanyak 55,8 juta ton hingga September 2024, naik dari 54,3 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Capaian ini berkontribusi pada laba bersih perusahaan yang melonjak signifikan sebesar 110,88 persen secara tahunan menjadi USD122,86 juta, atau setara dengan Rp1,95 triliun pada kurs Rp15.915 per dolar AS.

    Lonjakan laba bersih ini menunjukkan keberhasilan BUMI dalam mengelola efisiensi operasional dan memanfaatkan peluang di pasar meski pendapatan total mengalami penurunan.

    BUMI mencatatkan pendapatan sebesar USD926,88 juta atau sekitar Rp14,75 triliun hingga kuartal III-2024, turun 21,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,17 miliar. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pelemahan harga batu bara global, yang terkoreksi sekitar 13 persen akibat dinamika geopolitik dan ekonomi global.

    Meskipun begitu, segmen bisnis batu bara tetap menjadi kontributor utama dengan pendapatan sebesar USD818,40 juta. Selain itu, BUMI juga mencatat kontribusi dari bisnis emas sebesar USD106,47 juta dan perak sebesar USD1,99 juta.

    Untuk mengatasi tantangan pasar, BUMI melakukan efisiensi operasional yang signifikan. Biaya langsung atau cost of goods sold (COGS) perusahaan berkurang 11 persen, sementara rasio pengupasan (stripping ratio) turun 14 persen, yang mengurangi lapisan tanah penutup yang dipindahkan sebesar 12 persen.

    Langkah-langkah efisiensi ini membantu perusahaan memangkas beban pokok pendapatan hingga 23,95 persen menjadi USD833,27 juta dibandingkan USD1,09 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, BUMI mampu membukukan laba bruto sebesar USD93,60 juta, naik 18,60 persen dari USD78,92 juta pada kuartal III-2023.

    Dari sisi neraca, total aset BUMI per akhir kuartal III-2024 mencapai USD4,27 miliar, meningkat 1,66 persen dibandingkan akhir tahun 2023 sebesar USD4,20 miliar. Aset tersebut terdiri atas liabilitas sebesar USD1,36 miliar dan ekuitas sebesar USD2,90 miliar. Pertumbuhan aset ini mencerminkan stabilitas keuangan perusahaan di tengah fluktuasi industri.

    Melalui efisiensi dan pengelolaan operasional yang baik, BUMI berhasil mempertahankan kinerja positif meskipun menghadapi tekanan dari pasar global.

    Langkah strategis perusahaan untuk beradaptasi dengan dinamika pasar dan fokus pada efisiensi memberikan optimisme terhadap pencapaian target produksi dan penjualan batu bara hingga akhir tahun 2024.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79