Logo
>

Batu Bara Indonesia Laku Keras di China, Bagaimana Emitennya?

Ditulis oleh Yunila Wati
Batu Bara Indonesia Laku Keras di China, Bagaimana Emitennya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - China terus meningkatkan impor batu bara meskipun menghadapi tantangan global, termasuk sanksi terhadap Rusia dan isu perubahan iklim.

    Data bea cukai yang dirilis pada Rabu, 20 November 2024, menunjukkan bahwa impor batu bara China dari Rusia pada Oktober 2024 mencapai 8,24 juta metrik ton, naik 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, jumlah ini sedikit menurun dibandingkan September 2024 yang tercatat 8,33 juta ton.

    Secara kumulatif, impor batu bara dari Rusia hingga Oktober 2024 mencapai 79,67 juta ton, turun 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, Rusia tetap menjadi salah satu pemasok utama untuk memenuhi kebutuhan energi China.

    Peningkatan permintaan batu bara dari China ini berpengaruh pada Indonesia. Diketahui, RI mempertahankan posisinya sebagai pemasok terbesar batu bara ke China.

    Pada Oktober 2024, impor batu bara dari Indonesia melonjak 35 persen secara tahunan menjadi 21,37 juta ton. Secara kumulatif, impor dari Indonesia selama Januari-Oktober 2024 mencapai 185,85 juta ton, naik 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Indonesia diuntungkan oleh lokasi geografis yang dekat dengan China dan keunggulan harga batu bara yang kompetitif. Permintaan batu bara yang terus meningkat dari China juga mencerminkan peran vital Indonesia dalam rantai pasokan energi global.

    Lalu, bagaimana dengan kinerja emiten-emiten terkait, seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Indika Energy Tbk (INDY)?

    PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

    BUMI baru saja mendapat peringkat idA+ dengan prospek stabil dari PEFINDO memberikan . Peringkat ini mencerminkan kekuatan posisi bisnis BUMI, didukung oleh cadangan dan sumber daya tambang yang memadai.

    Meski demikian, peringkat tersebut terbatas oleh tingkat biaya tunai yang moderat, konsentrasi bisnis yang tinggi, serta ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas dan potensi risiko lingkungan.

    Potensi kenaikan peringkat ada jika BUMI berhasil menurunkan biaya tunai, yang pada gilirannya akan meningkatkan marjin keuntungan dan memperkuat manajemen operasional.

    Peringkat juga berpotensi naik jika perusahaan berhasil mendiversifikasi bisnisnya, mengembangkan sumber pendapatan baru di luar batubara termal, sambil mempertahankan tingkat produksi batubara yang ada.

    BUMI sedang memperbaiki kondisi keuangannya dengan melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperbaiki posisi keuangan dan melaksanakan kewajiban konversi atas Obligasi Wajib Konversi (OWK).

    Dileep Srivastava, Sekretaris Perusahaan BUMI, mengatakan Bumi Resources menetapkan bahwa pelaksanaan PMTHMETD ini akan berlangsung pada 31 Oktober 2024, dengan pemberitahuan hasil pelaksanaan yang direncanakan pada 4 November 2024.

    Sebagai bagian dari rencana tersebut, kata dia, BUMI akan menerbitkan 18.120 saham Seri C baru dengan nilai nominal Rp50 per saham.

    “Seluruh saham ini akan diambil oleh pemegang OWK sebagai bagian dari hak konversi obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya,” ujarnya melalui keterbukaan informasi, Jumat, 25 Oktober 2024.

    Harga pelaksanaan PMTHMETD ini ditetapkan sebesar Rp157 per saham, sesuai dengan harga konversi yang telah disepakati dalam Perjanjian Perwaliamanatan OWK yang dibuat antara tahun 2017 hingga 2022.

    Harga ini juga mengikuti ketentuan pasar modal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor 1-A Bursa Efek Indonesia tentang pencatatan saham.

    “Setelah pelaksanaan PMTHMETD, jumlah saham BUMI yang ditempatkan dan disetor akan meningkat dari 371.320.705.024 menjadi 371.320.723.144 saham,” jelas Dileep.

    Struktur modal baru ini terbagi menjadi tiga seri saham, Seri A 20.773.400.000 saham, Seri B 53.501.346.007 saham, Seri C 297.045.977.137 saham.

    Meski ada penambahan saham baru, perubahan ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap struktur kepemilikan saham secara keseluruhan karena jumlah saham tambahan relatif kecil.

    Adapun PMTHMETD ini juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban konversi OWK, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2017. OWK tersebut sebelumnya telah mengalami beberapa kali amandemen untuk menyesuaikan ketentuan dan komitmen perusahaan, dengan revisi terbaru pada Juli 2022.

    PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)

    PT Adaro Energy Indonesia Tbk dengan kode saham ADRO, mencatatkan laba bersih turun hingga 3 persen. Walau begitu, laba bersih tersebut lebih baik dari ekspektasi perseroan.

    Dalam laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada September 2024 (9M24), laba bersih perusahaan tercatat sebesar USD1,2 miliar selama 9M24, melebihi ekspektasi analis Stockbit dan konsensus pasar.

    Pada kuartal ketiga 2024 (3Q24), ADRO berhasil mencatatkan laba bersih sebesar USD404 juta, naik 17,1 persen YoY dan stabil dibandingkan kuartal sebelumnya (-0,1 persen QoQ).

    Hasil ini memberikan kontribusi signifikan terhadap total laba bersih perusahaan selama 9M24. Meski secara tahunan laba bersih turun, hasil ini tetap melampaui ekspektasi, mencapai 82 persen dari proyeksi Stockbit dan 96 persen dari konsensus pasar untuk keseluruhan tahun fiskal 2024 (FY24F).

    Mengutip data yang disampaikan investment analyst Stockbit Hendriko Gani, pada Kamis, 31 Oktober 2024, pendapatan Adaro selama 9M24 mencatatkan penurunan sebesar 10,6 persen YoY, namun hasil tersebut jauh lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang memperkirakan penurunan pendapatan sebesar 12,8 persen YoY oleh Stockbit dan 19,3 persen YoY oleh konsensus.

    Pendapatan perusahaan pada 3Q24 turun sebesar 3,3 persen secara kuartalan, namun tetap dianggap positif karena hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan volume penjualan batu bara. Sementara harga batu bara Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) cenderung stagnan pada kuartal ketiga, volume penjualan yang stabil berhasil menjaga kinerja pendapatan ADRO.

    Adaro Energy Indonesia juga menunjukkan kemampuan untuk menjaga efisiensi operasionalnya. Meskipun margin laba kotor mengalami sedikit penurunan dari 37,9 persen pada 2Q24 menjadi 37,1 persen pada 3Q24, margin kotor selama 9M24 tetap kuat di level 39,5 persen, hanya sedikit turun dari 39,9 persen pada 9M23.

    Realisasi ini lebih baik dari perkiraan Stockbit yang memproyeksikan margin kotor sebesar 38,4 persen untuk tahun penuh 2024.

    Analisis Stockbit menyebutkan bahwa penurunan margin laba kotor tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan biaya operasional, tetapi cash cost ADRO masih lebih rendah dari estimasi awal di kisaran USD48,5 per ton, meskipun diperkirakan mengalami kenaikan secara kuartalan.

    PT Indika Energy Tbk (INDY)

    PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan laba bersih sebesar USD 21,01 juta pada semester pertama 2024, mengalami penurunan sebesar 76,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

    Penurunan laba bersih ini sejalan dengan kinerja pendapatan yang hanya mencapai USD 1,19 miliar, turun sebesar 28,7 persen yoy, dibandingkan dengan pendapatan pada semester yang sama tahun lalu yang mencapai USD 1,67 miliar.

    Selain itu, penurunan laba bersih INDY pada semester pertama 2024 juga disebabkan oleh penurunan bagian laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama, yang hanya sebesar USD 9,58 juta. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya, bagian laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat mencapai USD 15,25 juta.

    Pendapatan investasi INDY pada periode ini juga turun 14,9 persen yoy menjadi USD 9,51 juta, sementara beban keuangan perusahaan meningkat sebesar 10,7 persen yoy menjadi USD 45,29 juta.

    Sektor bisnis sumber daya energi masih menjadi penyumbang utama pendapatan INDY selama semester pertama 2024, dengan total pendapatan sebesar USD 1,06 miliar. Di sisi lain, pendapatan dari jasa energi tercatat sebesar USD 93,04 juta, sementara sektor logistik dan infrastruktur menyumbang USD 19,34 juta.

    Selain dari bisnis energi, INDY juga memperoleh pendapatan dari bisnis mineral sebesar USD 2,46 juta, bisnis hijau sebesar USD 10,75 juta, ventura digital sebesar USD 4,35 juta, serta pendapatan lain-lain sebesar USD 7,59 juta.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79