KABARBURSA.COM - Tren laju pertumbuhan kredit properti yang melambat sepanjang tahun 2023 membawa dampak pada rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di sektor properti.
Bank Indonesia mencatat bahwa per November 2023, rasio NPL kredit kepemilikan properti di perbankan meningkat menjadi 25.9 persen, naik dari 24.0 persen pada November 2022.
Rinciannya menunjukkan kontribusi tertinggi dari kredit pemilikan ruko dan rukan sebesar 44.7 persen. Sementara itu, untuk kredit pemilikan rumah (KPR) rumah tapak, tetap terjaga di level 25.2 persen, meskipun mengalami kenaikan dari 23.2 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, sejumlah perbankan masih optimis untuk menurunkan rasio NPL KPR dan menjaganya dalam posisi yang sehat.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sebagai contohnya, menargetkan menurunkan rasio NPL KPR di bawah 3 pada tahun 2024.
Ramon Armando, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), menyatakan bahwa BTN, dengan fokus bisnis utama pada perumahan, menunjukkan penurunan rasio NPL, terutama pada segmen KPR. Rasio NPL BTN per September 2023 sekitar 3.53 persen. Menurut Ramon, tren ini menunjukkan perbaikan setiap tahun.
Bank BTN optimis dapat menurunkan rasio NPL KPR di bawah 3 dengan menerapkan strategi penjualan aset bermasalah kepada investor. Meski tantangannya tidak mudah, BTN tetap optimis. Bank ini juga meyakini bahwa pertumbuhan KPR pada tahun 2024 akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, sejalan dengan proyeksi beberapa analis.
Keberhasilan BTN dalam menurunkan rasio NPL KPR akan sangat dipengaruhi oleh strategi penjualan aset, pemilihan debitur dengan latar belakang baik, serta berbagai upaya penyelesaian kredit seperti lelang dan penjualan bersama.
Investor dan pemangku kepentingan sektor properti dapat mengamati strategi perbankan, seperti BTN, dalam menangani tantangan dan mempertahankan kualitas aset untuk mengambil keputusan investasi yang tepat di tahun 2024.