Logo
>

Begini Kinerja Saham GGRM Usai Kebijakan Cukai Rokok

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Begini Kinerja Saham GGRM Usai Kebijakan Cukai Rokok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemerintah berencana menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan, serta menyederhanakan tingkatan tarif cukai rokok. Kebijakan ini tercantum dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM & PPKF) 2025. Adapun, kenaikan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 10 persen telah diterapkan sejak tahun 2023 hingga 2024, dengan cukai rokok yang terdiri dari 8 layer tarif.

    “Intensifikasi kebijakan tarif CHT melalui tarif bersifat multiyears, kenaikan tarif yang moderat, penyederhanaan layer, dan mendekatkan disparitas tarif antar layer," tulis pemerintah dalam KEM PPKF 2025 yang dikutip KabarBursa, Rabu, 24 Juli 2024.

    Namun, besaran tarif cukai rokok dan rokok elektrik di tahun 2025 masih akan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah dan DPR RI. Kebijakan penyederhanaan layer cukai rokok ini dinilai justru bisa menggerus penerimaan negara. Akademisi Unpad Wawan Hermawan, berpendapat bahwa penyederhanaan layer cukai rokok akan meningkatkan peredaran rokok ilegal di Tanah Air.

    Dalam konteks ekonomi, tekanan akibat kebijakan tersebut juga membuat masyarakat beralih ke rokok yang lebih murah, seperti rokok ilegal. Menurut Wawan, jumlah perokok di kalangan pendapatan rendah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perokok di kalangan penghasilan menengah tinggi.

    Selain berdampak pada masyarakat, kebijakan cukai rokok juga mempengaruhi saham produsen rokok, salah satunya PT Gudang Garam Tbk. Lantas, bagaimana dampak yang dirasakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia ini?

    Tentang Perusahaan

    PT Gudang Garam Tbk adalah salah satu produsen rokok kretek terkemuka di Indonesia yang memiliki reputasi kuat dalam industri tembakau. Perusahaan ini berdiri pada 1958 dan terus berkembang hingga menjadi salah satu pemain utama di pasar rokok Indonesia dan internasional. Gudang Garam dikenal dengan produk rokok kretek berkualitas tinggi yang identik dengan cita rasa khas Indonesia.

    Indonesia, dengan populasi sekitar 266 juta jiwa, merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri rokok. Sebanyak 66 persen laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok, menjadikan pasar dalam negeri sebagai tulang punggung penjualan produk Gudang Garam. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia, yang turut mendukung produksi rokok kretek dengan cita rasa unik.

    Komposisi pemegang saham PT Gudang Garam Tbk menunjukkan dominasi kepemilikan oleh PT Suryaduta Investama dengan porsi sebesar 69,29 persen atau setara dengan 1,33 miliar lembar saham. Masyarakat non-warisan memiliki 17,16 persen (330,15 juta lembar saham), sementara masyarakat warisan memegang 7,29 persen (140,35 juta lembar saham). PT Suryamitra Kusuma memiliki 6,26 persen atau 120,44 juta lembar saham.

    Jumlah pemegang saham terus mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2024. Pada akhir Juni 2024, jumlah pemegang saham mencapai 34.059, meningkat sebesar 293 dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, pada bulan Mei 2024, jumlah pemegang saham menurun sebesar 549 menjadi 33.766. Tren ini menunjukkan dinamika kepemilikan saham yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan kebijakan perusahaan.

    Performa Saham Gudang Garam Tbk (GGRM)

    Setelah adanya peraturan cukai rokok, kinerja saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami tekanan. Harga saham GGRM dalam satu minggu terakhir turun sebesar 0,59 persen menjadi Rp16.850 per lembar. Penurunan ini terjadi setelah sempat mencapai puncaknya di Rp17.150.

    Berdasarkan laporan keuangan, GGRM mencatatkan penurunan kinerja yang signifikan. Pada kuartal pertama 2024, pendapatan perusahaan hanya sebesar Rp596 miliar, jauh di bawah Rp1,96 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini juga terlihat dalam total pendapatan tahunan yang diproyeksikan hanya mencapai Rp2,38 triliun pada 2024, turun drastis dari Rp5,32 triliun pada 2023.

    Valuasi Saham

    Valuasi saham GGRM menunjukkan beberapa indikator penting. Price to Earnings (PE) ratio tahunan saat ini berada di angka 13,61, sedangkan PE ratio trailing twelve months (TTM) di angka 8,19. Angka ini menunjukkan bahwa harga saham relatif lebih murah dibandingkan pendapatan yang dihasilkan perusahaan dalam setahun terakhir. Forward PE ratio berada di angka 7, yang mengindikasikan bahwa ekspektasi pasar terhadap pendapatan perusahaan ke depan masih cukup optimis meskipun sedang mengalami tekanan saat ini.

    Profitabilitas dan Solvabilitas

    Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) GGRM adalah 4,24 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 6,44 persen. Gross profit margin untuk kuartal terakhir tercatat sebesar 10,63 persen, sementara net profit margin hanya 2,27 persen. Ini menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan keuntungan meski margin keuntungannya cukup tipis.

    Solvabilitas perusahaan juga terlihat stabil dengan current ratio sebesar 1,85 dan debt to equity ratio hanya 0,20. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset yang dimiliki.

    Pendapatan dan Arus Kas

    Laporan pendapatan GGRM mencatat revenue trailing twelve months (TTM) sebesar Rp115,48 miliar dan net income TTM sebesar Rp3,95 miliar. Namun, arus kas dari operasi tercatat hanya sebesar Rp3,64 miliar, sementara arus kas dari investasi negatif Rp5,61 miliar, menunjukkan adanya tekanan pada likuiditas perusahaan.

    Performa Harga Saham

    Harga saham GGRM menunjukkan penurunan signifikan dalam beberapa periode. Dalam satu tahun terakhir, harga saham turun sebesar 41,70 persen, dan dalam lima tahun terakhir bahkan turun hingga 78,40 persen. Kinerja saham yang buruk ini mencerminkan dampak negatif dari kebijakan cukai yang ketat dan persaingan dengan rokok ilegal.

    Kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan tarif cukai dan menyederhanakan layer cukai rokok memberikan tekanan signifikan pada kinerja PT Gudang Garam Tbk. Penurunan pendapatan dan harga saham mencerminkan dampak negatif dari kebijakan ini, meskipun perusahaan masih memiliki beberapa indikator keuangan yang stabil. Dalam jangka pendek, kebijakan ini kemungkinan akan terus memberikan tekanan pada industri tembakau, termasuk GGRM, yang harus beradaptasi dengan perubahan regulasi dan dinamika pasar.(pin/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).