Logo
>

BEI: Fleksibilitas Investasi Jadi Kunci Pasar Modal Syariah

Bursa Efek Indonesia mejelaskan fleksibilitas investasi dalam pasar modal syariah dengan dana minim.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
BEI: Fleksibilitas Investasi Jadi Kunci Pasar Modal Syariah
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh, saat menjadi narasumber acara Nyantri Saham bareng Kabar Bursa" yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 15 Maret 2025. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh, mengungkapkan perkembangan pasar modal syariah di Indonesia saat ini bisa dijangkau semua kalangan karena minimal transaksi lebih murah. Bahkan generasi muda mendominasi investor di pasar modal.

    "Saya pernah sharing sistem (dengan rekan dari luar negeri). Jadi bisa transaksi kurang USD100 bahkan USD10 sampai USD18 bisa," kata Irwan saat menjadi narasumber acara Nyantri Saham bareng Kabar Bursa" yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 15 Maret 2025. 

    Obrolan itu membandingkan sistem investasi saham di Indonesia dan luar negeri yang diklaim lebih murah. Sehingga ini menarik investor yang mempunyai dana minim tapi bisa berinvestasi.

    Menurut dia, sistem investasi yang lebih murah kini telah tersedia, memungkinkan masyarakat untuk mulai berinvestasi dengan nominal yang jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Saat ini, masyarakat bisa mulai berinvestasi dengan modal hanya sekitar USD10-18 atau kurang dari Rp300 ribu. 

    Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor ritel dan memperluas basis investor di Indonesia," ujarnya, dalam talkshow yang juga menghadirkan ekonom senior Indef Avliliani, konsultan dan investor pasar modal global Muhammad Asmi hingga praktisi pasar modal syariah Asep Muhammad Saepul Amri.

    Dalam acara yang disponsori oleh Telkom Indonesia, AlamTri, dan Pupuk Indonesia ini, Irwan menjelaskan sosialisasi yang perusahaannya lakukan di antaranya dengan menggandeng berbagai lini masyarakat seperti komunitas ekonomi syariah untuk mendorong peningkatan jumlah investor melalui berbagai strategi, termasuk investasi dengan modal yang lebih terjangkau dan perluasan keterlibatan komunitas.

    BEI juga menggencarkan edukasi melalui berbagai komunitas seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Forum Silaturahmi Ekonomi Islam (FOSEI), serta komunitas lokal lainnya. Komunitas seperti Investor Saham Pemula (ISP) dan komunitas saham syariah lainnya juga berperan aktif dalam mempercepat pertumbuhan investor di pasar modal syariah.

    Tak hanya itu, BEI juga memperluas konsep galeri investasi dari kampus ke berbagai komunitas dan organisasi seperti GP Ansor dan Muhammadiyah. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan partisipasi masyarakat dalam investasi syariah. Peran media pun dinilai krusial dalam menyebarluaskan informasi dan edukasi terkait pasar modal syariah kepada masyarakat luas.

    Di tingkat global, Indonesia berupaya memperkuat branding pasar modal syariahnya melalui konsep “DX Islamic. Dengan branding ini, diharapkan pasar modal syariah Indonesia semakin dikenal dan diakui secara internasional, sehingga dapat meningkatkan daya saing di pasar global.

    Selain itu, inovasi dalam filantropi pasar modal syariah juga terus berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengembangkan konsep wakaf saham, infak saham, dan zakat saham sebagai instrumen filantropi di pasar modal. Produk seperti Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) pun semakin diminati karena mampu menghubungkan investasi dengan tujuan sosial dan keberlanjutan ekonomi syariah.

    Dengan berbagai langkah strategis ini, pasar modal syariah Indonesia diharapkan terus tumbuh dan menjadi pilihan investasi yang semakin inklusif bagi masyarakat. Namun, tantangan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat serta membangun ekosistem investasi syariah yang lebih luas masih menjadi fokus utama bagi para pemangku kepentingan.

    Pasar modal syariah Indonesia telah mengalami perjalanan panjang sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997.  Irwan mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia sudah memiliki produk syariah sejak tahun tersebut, perkembangannya sempat stagnan hingga awal 2010-an.

    "Indonesia memiliki produk syariah pertama pada tahun 1997, yang hampir bersamaan dengan negara-negara lain. Namun, berbeda dengan Malaysia yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah," ujar dia. Sementara pasar modal syariah di Indonesia saat itu masih didominasi sektor swasta tanpa regulasi yang kuat.

    Perjalanan pasar modal syariah Indonesia dapat dibagi dalam dua periode. Periode pertama adalah fase kelahiran hingga tahun 2010 yang disebut sebagai "periode tidur nyenyak." Meskipun pada tahun 2000 BEI telah meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham syariah pertama, pertumbuhan pasar modal syariah tetap lambat akibat minimnya edukasi dan pemahaman masyarakat.

    Kebangkitan pasar modal syariah terjadi pada tahun 2011. Irwan menjelaskan bahwa riset yang dilakukan BEI mengidentifikasi edukasi sebagai tantangan utama. "Saat itu, pasar modal masih dianggap judi, sehingga butuh upaya besar untuk mengubah persepsi ini," katanya.

    Upaya revitalisasi dilakukan dengan kolaborasi bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan dukungan pemerintah. Sejak 2011, berbagai inisiatif diluncurkan, termasuk penerbitan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang lebih luas dibandingkan JII, serta penyusunan fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang mengatur transaksi pasar modal syariah.

    "Fatwa pertama di dunia mengenai transaksi pasar modal syariah lahir di Indonesia. Ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki ekosistem yang unik dan lebih terstruktur dibandingkan negara lain," tambah Irwan.

    Sejak saat itu, DSN-MUI telah menerbitkan 26 fatwa terkait pasar modal syariah, menjadikannya negara dengan regulasi syariah terbanyak di dunia dalam sektor ini.

    Perkembangan pasar modal syariah semakin pesat. Jika pada 2011 hanya terdapat sekitar 500 investor syariah, jumlah ini meningkat menjadi hampir 200 ribu pada 2022. Keberhasilan ini turut mendapat pengakuan global, dengan Indonesia memenangkan penghargaan "The Best Islamic Capital Market" selama empat tahun berturut-turut.

    Selain peningkatan jumlah investor, pasar modal syariah Indonesia juga memiliki keunggulan dalam sistem teknologi. "Kami memiliki Sharia Online Trading System (SOTS), yang tidak dimiliki negara lain. Ini membuktikan bahwa kita tidak hanya berkembang dalam jumlah, tetapi juga dalam infrastruktur," ujar Irwan.

    Dengan dukungan regulator, pelaku pasar, serta kesadaran masyarakat yang terus meningkat, pasar modal syariah Indonesia diharapkan terus berkembang dan menjadi salah satu pemain utama di tingkat global.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".