KABARBURSA.COM – Sepanjang tahun berjalan pasar modal Indonesia, indeks telah menorehkan 10 all time high, sekaligus mendorong kapitalisasi pasar mencapai Rp15.559 triliun pada 10 Oktober 2025.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menjelaskan bahwa capaian tersebut menegaskan kekuatan struktur pasar domestik yang kini berbasis multi-aset.
Ia menjelaskan, IHSG pertama kali menembus level psikologis 8.000 pada 17 September dengan posisi penutupan 8.025. Lonjakan berlanjut di Oktober ketika indeks mencetak enam rekor baru, lalu empat rekor tambahan pada pekan pertama November. Kenaikan ini berlangsung konsisten meski pasar global diwarnai volatilitas akibat kebijakan moneter Amerika Serikat.
“Rata-rata transaksi harian kita ini sudah tembus 16,64 triliun. Di mana target kami tahun ini adalah 13,65 triliun per hari. Jadi sudah jauh dari target kita,” kata Iman dalam paparannya di acara workshop media gathering di Ubud, Bali dikutip Selasa, 18 November 2025.
Iman menilai kenaikan IHSG masih berpotensi berlanjut pada tahun depan. Menurutnya, fundamental partisipasi pasar kini jauh lebih kuat ketimbang tahun-tahun sebelumnya, terutama dari sisi aktivitas investor. BEI mencatat rata-rata jumlah investor harian yang bertransaksi telah mencapai 228 ribu orang per hari, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Angka itu melampaui puncak masa pandemi ketika rata-rata investor harian berada di kisaran 180 ribu orang.
Rata-rata nilai transaksi harian saham juga menunjukkan akselerasi signifikan. Per 7 November, nilai transaksi tembus Rp16,64 triliun per hari, jauh di atas target tahun 2025 yang ditetapkan sebesar Rp13,65 triliun. Sementara transaksi non-saham, termasuk rights, waran, structured warrant, single stock futures, KIK, dan derivatif, mencapai rata-rata Rp4,95 triliun.
Dari sisi produk, BEI telah meluncurkan berbagai inisiatif sepanjang 2025. Di antaranya kontrak berjangka indeks asing berbasis MSCI Hong Kong, perluasan underlying waran terstruktur menjadi IDX80, penambahan underlying single stock futures, serta peluncuran Structured Product Participation Agreement (SPPA) Repo. Di ranah pasar berkelanjutan, perdagangan perdana Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) melalui IDXCarbon telah terealisasi dengan total transaksi otorisasi mencapai 49.871 ton CO2e senilai Rp4,03 miliar per 24 Oktober.
BEI dan S&P Dow Jones Indices juga merilis tiga indeks co-branded baru yang memuat pendekatan ESG, syariah, dan dividen, masing-masing S&P/IDX Indonesia ESG Tilted, S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend, dan S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities.
Dari sisi pencatatan efek, BEI menempati posisi kedua di ASEAN dengan total 954 perusahaan tercatat. Tahun ini terdapat 24 IPO, lima di antaranya masuk kategori Lighthouse IPO yang memiliki kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun dan free float minimal 15 persen. Sementara pipeline hingga akhir tahun mencapai 13 perusahaan.
Komposisi kapitalisasi pasar juga mengalami pergeseran. Sektor energi dan teknologi kini mendominasi kapitalisasi terbesar, menggantikan dominasi perbankan sejak 2020. Emiten seperti Barito Renewables Energy (BREN), Chandra Asri Pacific (TPIA), DCI Indonesia (DCII), dan Bayan Resources (BYAN) masuk dalam daftar perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar.
Berdasarkan data KSEI, struktur investor juga menunjukkan dinamika baru. Meski investor ritel masih mendominasi transaksi dengan porsi 47,3 persen, kepemilikan institusi domestik kembali meningkat seiring tren penurunan suku bunga yang dimulai sejak pertengahan 2025. BEI memperkirakan potensi window dressing dan sentimen positif akibat proyeksi penurunan suku bunga The Fed dapat membuka ruang net buy asing menjelang akhir tahun.
Melihat semua indikator tersebut, BEI menyusun asumsi konservatif untuk 2026. Target rata-rata nilai transaksi harian ditetapkan Rp14,5 triliun, lebih rendah dari realisasi sementara 2025 namun masih jauh di atas realisasi tahun-tahun sebelumnya.
BEI juga menargetkan 2 juta investor baru, termasuk 50 ribu pembukaan rekening efek syariah, serta pencatatan 555 efek baru yang mencakup saham, EBUS, waran terstruktur, dan KIK.
Iman menegaskan bahwa keberhasilan 2025 bukanlah satu-satunya indikator. Ia ingin memastikan konsistensi jangka panjang pasar modal melalui peningkatan kualitas data, pengembangan produk syariah, penguatan konektivitas global, serta dukungan komprehensif bagi perusahaan menuju IPO.(*)