KABARBURSA.COM – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) resmi melepas Unit Usaha Syariah (UUS) dan mengalihkan seluruh hak serta kewajibannya kepada PT Bank Syariah Nasional (BSN).
Keputusan penting ini diambil dalam RUPSLB yang digelar Selasa, 18 November 2025. Dalam RUPSLB tersebut BSN langsung ditempatkan sebagai bank syariah terbesar kedua di Indonesia dengan aset mencapai Rp70 triliun.
Namun, di saat manajemen mengeksekusi salah satu langkah restrukturisasi paling strategis dalam sejarah perseroan, pasar modal justru bergerak ke arah yang berbeda. Saham BBTN malah stagnan di level 1.210, tidak bergerak sama sekali jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.
Reaksi yang dingin ini membuat pasar mempertanyakan, apakah aksi spin-off yang seharusnya menjadi katalis besar justru belum dianggap cukup untuk menggerakkan minat investor.
Pasar Wait and See: Antrean Beli Stabil
Pergerakan harga BBTN hari ini memperlihatkan pola wait and see yang sangat kentara. Saham sempat menyentuh 1.225 di awal sesi, turun ke 1.200, namun akhirnya kembali ke 1.210. Volume perdagangannya pun hanya 147,62 ribu lot dengan nilai transaksi Rp17,9 miliar.
Angka ini turun signifikan dibanding perdagangan sehari sebelumnya yang mencapai 207 ribu lot dan nilai transaksi Rp25 miliar. Dengan kata lain, pasar memang hadir, tetapi belum bersedia bermain besar.
Struktur orderbook semakin menegaskan karakter pasarnya. Antrian beli cukup stabil di area 1.200–1.210. Artinya, ada minat akumulasi yang tertahan. Namun, supply yang menebal di area 1.220–1.230 memperlihatkan bahwa setiap kenaikan intraday langsung bertemu dengan gelombang profit-taking.
Kondisi ini biasanya menunjukkan pasar yang belum memiliki keyakinan penuh terhadap arah baru BBTN pasca spin-off. Rosinya, tidak ada tanda distribusi besar melainkan konsolidasi yang cenderung defensif.
Dari sisi broker, arus transaksi juga menggambarkan dinamika yang moderat. Broker AK memimpin dengan nilai beli sekitar Rp4,4 miliar pada rata-rata 1.213, disusul BK, DR, XC, XL, dan ZP.
Namun distribusi pembeli dan penjual tersebar luas, tidak ada satu pun posisi yang terlihat menumpuk secara agresif. Polanya mencerminkan dua hal, investor tidak membuang saham dalam jumlah besar, tetapi juga tidak memperlihatkan urgensi untuk masuk lebih dalam.
Ini kontras dengan respons pasar terhadap aksi korporasi besar pada umumnya, yang biasanya memicu reaksi volume atau rebalancing signifikan.
Jika menelusuri data historis, BBTN sudah bergerak dalam rentang sempit yaitu di 1.190–1.230 sepanjang dua pekan terakhir. Fase sideways ini masih berlanjut, bahkan ketika spin-off diumumkan.
Beberapa kali terjadi kenaikan 1–1,2 persen, namun tidak pernah diikuti volume besar yang dapat menembus resistance 1.230 dengan solid. Ini menandakan bahwa katalis spin-off, meski penting secara strategis, belum mampu menjadi pemicu lonjakan harga jangka pendek.
Target Harga Rp1.327, Sekadar Mimpi?
Sentimen analis pun berada di wilayah netral-konstruktif. Dari 23 analis, 14 memberikan rekomendasi BUY, tujuh HOLD, dan dua SELL. Target harga rata-rata berada di Rp1.327 dan memberi ruang upside sekitar 9 persen dari posisi saat ini.
Ini bukan angka yang buruk, tetapi juga tidak menunjukkan ekspektasi lompatan besar. Proyeksi kinerja hingga 2026 yang memperlihatkan kenaikan bertahap pada laba bersih dan EPS mendukung pandangan bahwa potensi BBTN tetap ada, namun sifatnya evolutif, bukan eksplosif.
Dengan seluruh data tersebut, pasar tampaknya memilih untuk menunggu. Pengalihan UUS BTN ke BSN tentu memperjelas arah struktur keuangan BTN dan memperkuat peta industri syariah nasional.
Namun bagi saham BBTN, spin-off ini belum menjadi bahan bakar pergerakan harga. Selama harga bertahan di atas area 1.190–1.200 dan minat beli di level 1.200–1.215 tetap hidup, BBTN masih berada dalam koridor konsolidasi sehat.
Yang kini ditunggu pasar bukan hanya spin-off itu sendiri, tetapi bagaimana dampak operasional, efisiensi, dan kualitas aset BBTN akan berubah pasca pemisahan. Sampai gambaran itu muncul, BBTN tampaknya masih akan berada dalam mode tunggu.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.