KABARBURSA.COM - Emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk (KAEF) merencanakan untuk memusatkan perhatian pada penyesuaian bisnis serta perbaikan keuangan guna memastikan pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan tetap positif dan berkelanjutan. Direktur Utama KAEF, David Utama, menyatakan bahwa langkah-langkah ini diambil untuk mempertahankan momentum positif perusahaan.
Dalam konteks itu, KAEF menjalankan strategi pertumbuhan berkelanjutan melalui tiga fasePertama, keunggulan operasional untuk menuju profitabilitas. Kedua, memperkuat finansial yang kokoh untuk membuka potensi emas yang dimiliki KAEF. Ketiga, menjadi ekosistem healthcare Indonesia melalui strategi digital.
"Kami akan melakukan restrukturisasi keuangan untuk meringankan beban keuangan perusahaan. Kemudian, melakukan berbagai pembenahan melalui strategi reorientasi bisnis sehingga operasional perusahaan bisa lebih efisien dan profitable," jelas David dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 5 Juni 2024.
David menilai bisnis farmasi sangat dinamis, sehingga KAEF perlu lebih adaptif dalam merespons berbagai tantangan yang ada. Salah satunya melakukan pembenahan dan perbaikan tata kelola internal sehingga perusahaan dapat bergerak lebih cepat dan lincah. "Kami menyadari tantangan yang kami hadapi dan melihat pembenahan yang dijalankan merupakan upaya untuk melakukan perbaikan KAEF secara fundamental, sehingga kedepannya akan membuahkan kinerja yang lebih baik," ungkap David.
Dia menjelaskan, strategi restrukturisasi keuangan bertujuan untuk mengelola beban keuangan baik kebutuhan modal kerja (biaya modal dan operasional) serta mengantisipasi kenaikan suku bunga perbankan. Strategi ini dinilai mampu menahan kenaikan beban keuangan perusahaan.
Selanjutnya, reorientasi bisnis dilakukan pada seluruh anak usaha KAEF meliputi pertama, penataan fasilitas produksi. Dua, penataan portofolio produk meliputi segmen etikal, obat generik berlogo dan obat over the counter/OTC. Tiga, optimalisasi kanal-kanal penjualan. Empat, strategi kepemimpinan biaya (cost leadership). Lima, transformasi sumber daya manusia (SDM).
Khusus tentang transformasi SDM, David menambahkan, KAEF memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai untuk berinovasi dan berkreasi. Ide dan gagasan bisa datang dari segala penjuru termasuk dari bawah. Sejalan dengan knowledge yang tepat, selanjutnya manajemen dapat merealisasikan ide dan gagasan tersebut untuk menjadi peluang bisnis perusahaan.
Selain itu, transformasi SDM juga dilakukan dengan perbaikan pengembangan talenta melalui penilaian kinerja yang fair. "Transformasi SDM merupakan satu respon atas dinamika bisnis agar perusahaan lebih inovatif, kreatif dan bergerak lebih cepat," tutur David.
Kinerja Keuangan KAEF
Seperti diketahui KAEF telah berhasil membukukan pertumbuhan penjualan positif di tengah kondisi pasar farmasi nasional yang tertekan selama tahun 2023. Penjualan KAEF tetap tumbuh 7,93 persen menjadi Rp9,96 triliun pada 2023, dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp9,23 triliun.
Perusahaan masih mencatatkan rugi sebesar Rp1,82 triliun di tahun 2023. Untuk itu, KAEF menyampaikan bahwa pada tahun 2023 fokus melakukan pembenahan internal secara berkelanjutan melalui operational excellence dan reorientasi bisnis.
Pada tahun 2023, terdapat beberapa kondisi yang turut memberikan pengaruh pada penurunan laba KAEF, yaitu inefisiensi operasional dan tingginya nilai Harga Pokok Penjualan (HPP).
Salah satu penyebab inefisiensi operasional karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis Perseroan. Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik.
Harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan HPP sebesar 25,83 persen masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93 persen.
Kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya sehingga penjualan menjadi kurang tercapai.
Dari sisi beban usaha tahun 2023 meningkat hingga 35,53 persen menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun. Kenaikan beban usaha terjadi secara dominan pada anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA), dimana kondisi ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Beban keuangan tahun 2023 naik 18,49 persen (yoy) menjadi Rp622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga. Ke depannya, Perseroan akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan.
Di samping itu, Manajemen KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu KFA pada periode tahun 2021-2022.
Seiring dengan Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero) yang merupakan Holding BUMN Farmasi, KAEF berjalan bersama pemegang saham untuk menjalankan ‘bersih-bersih’ di KFA. "Saat ini Manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Adanya faktor-faktor di atas mengakibatkan kerugian KAEF secara konsolidasi pada tahun 2023 mencapai Rp 1,82 triliun," pungkasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.