KABARBURSA.COM - Pencarian properti di dua kota di Provinsi Kalimantan Timur, yakni Samarinda dan Balikpapan mengalami lonjakan 20 kali lipat.
CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata mengatakan saat ini perkembangan bisnis properti semakin inklusif. Berdasarkan data yang dimilikinya menyebutkan kini tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa.
“Ini merupakan bukti bahwa setiap daerah memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Dan, kami bangga menjadi bagian dari perjalanan mewujudkan mimpi properti bagi masyarakat Indonesia, di manapun mereka berada,” kata Dayu Dara melalui siaran persnya secara tertulis kepada Kabar Bursa, Senin, 12 Agustus 2024.
Dia menyebutkan, perkembangan bisnis properti yang paling pesat terjadi di pulau Sumatera. Inventori rumah seken di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan meningkat lebih dari empat kali lipat.
“Selain itu, minat terhadap properti komersial juga meningkat di Sumatera Barat, Lampung, dan Kepulauan Riau (Kepri), mengindikasikan adanya potensi ekonomi yang terus berkembang di luar pulau Jawa,” tuturnya.
Terkhusus di Kalimantan dan Sulawesi, proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur menjadi katalis utama bagi perkembangan properti di dua wilayah ini.
Dia memaparkan, Pinhome mencatat terjadinya lonjakan pencarian properti di Samarinda dan Balikpapan, masing-masing meningkat lebih dari 20 kali lipat.
Sedangkan di Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara mengalami lonjakan inventori properti komersial lebih dari 11 kali lipat dibanding tahun lalu.
Begitu juga dengan di wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua, pasar properti menunjukkan potensi yang menjanjikan.
Lanjut Dayu, pertumbuhan inventori properti di Malu dan Nusa Tenggara, serta dominasi inventori redisensial di Papua menandakan adanya permintaan yang kuat dan peluang investasi yang masih belum sepenuhnya tergali.
Dinamika Pasar di Jawa dan Bali
Sementara itu, untuk DKI Jakarta dan Bali, kata Dayu Dara, pasar sewa properti sangat aktif, dengan inventori sewa residensial dua kali lipat dari rata-rata wilayah lainnya.
“Minat beli dan sewa properti di Jakarta hampir seimbang dengan Bali, meningkat 48 persen, berkat sektor pariwisata yang kuat,” tuturnya.
Bagaimana dengan permintaan KPR (Kredit Perumahan Rakyat) take over? Menurut Dayu, kenaikan suku bunga telah mendorong peningkatan permintaan, terutama di Bogor dan Tangerang Selatan.
“Ini menunjukkan konsumen mencari alternatif pembiayaan yang lebih terjangkau,” ungkap Dayu.
IMF Usulkan Pajak Properti
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia mengeluarkan serangkaian rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pendapatan pajak di negara-negara salah satu aspek utama dari rekomendasi ini adalah penerapan pajak properti, yang direncanakan akan memengaruhi sistem perpajakan di berbagai negara.
Menanggapi hal tersebut Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) menyatakan saat ini pengenaan pajak properti sudah sangat banyak baik dari penjual maupun pembeli.
“Kami melihat pengenaan pajak properti saat ini di Indonesia sudah cukup banyak, baik dari penjual maupun pembeli yaitu PPN 11 persen, BPHTB sebesar 5 persen. PPH sebesar 2.5 persen dan PBB,” ujar Olivia kepada Kabar Bursa di Jakarta, Rabu 7 Agustus 2024.
Olivia juga mengatakan seharusnya rumah sebagai kebutuhan primer mendapatkan kemudahan dalam kepemilikannya dan tidak terbebani dengan pajak yang memberatkan.
“Kami perlu lihat dahulu seperti apa sistem pajak properti yang direncanakan oleh IMF tersebut, namun rumah sebagai kebutuhan primer seharusnya diberikan kemudahan dalam memililkinya,” jelasnya.
Lanjutnya, menurut Olivia penerapan pajak properti yang direncanakan mungkin lebih tepat untuk rumah kedua atau seterusnya, bukan rumah pertama. Hal ini bertujuan agar kepemilikan rumah pertama tetap terjangkau bagi masyarakat, sementara rumah kedua dan seterusnya bisa dikenakan pajak sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pendapatan negara.
“Pembelakuan Pajak Properti yang direncanakan IMF dan Bank Dunia mungkin bisa utk kepemilikan rumah kedua dst, bukan rumah pertama,” sambungnya.
Dihubungi terpisah, pengamat Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, mengungkap hal tersebut akan memberikan dampak positif yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar perusahaan bagi emiten properti.
“Jadi otomatis base mustinya bisa menerapkan pre-emptive, forward looking merangka untuk menerapkan expansion market policy. Ini akan bagus untuk menunjukkan pertumbuhan kredit, baik itu KPR maupun Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Jadi seperti itu ya,” ujar Nafan kepada Kabar Bursa.
Adapun menjelang keputusan kebijakan monter pada bulan September mendatang, pasar keuangan global tengah mengamati dengan cermat perkembangan pasar tenaga kerja Amerika Serikat. Sejalan dengan tren penurunan rata-rata yang terlihat pada invasi AS, ekspektasi pasar menunjukkan potensi penurunan suku bunga acuan sebesar 25 hingga 50 basis poin.
“Ya, itu yang paling penting. Karena kalau kita lihat dari pekembang US labor market, US invasion so far sudah rata-rata pulling down,” jelasnya.
“Jadi ada ekspektasi dari market yang misalnya antara 25 basis point hingga 50 basis point ini benar-benar suku pengacuan, misalnya di bulan September,” pungkasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.