KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin dibuka awal September dengan nada hati-hati. Di pasar rupiah berada di sekitar Rp1,798 triliun per BTC, naik tipis 0,10 persen hari ini.
Musim “Red September” kembali menghantui, di mana sejak 2013, kinerja rata-rata September negatif sekitar 3,77 persen dan delapan dari sebelas kali berakhir turun. Pola ini kerap menjadi nubuat yang terpenuhi sendiri—pelaku pasar mengurangi posisi lebih dulu, likuiditas menipis, dan koreksi pun terjadi.
Di luar faktor musiman, latar makronya ikut memberatkan, yaitu rebalancing portofolio menjelang akhir tahun fiskal banyak manajer dana, gelombang penerbitan obligasi pasca-Labor Day yang menyedot minat dari aset berisiko, serta jeda menunggu keputusan FOMC 17–18 September.
Pada saat yang sama, inflasi inti AS masih 3,1 persen, tensi geopolitik belum reda, dan friksi dagang menguat—semuanya membuat aset spekulatif seperti kripto lebih sensitif terhadap kabar buruk.
Secara teknikal, peta jangka menengah masih condong defensif. Harga baru saja menguji dan sempat menembus area dukungan penting di sekitar USD110.000. Batas bawah krusial banyak trader kini berada di sekitar USD105.000 yang berdekatan dengan EMA 200 hari di kisaran USD103.000.
Gagal bertahan di atas koridor ini membuka ruang menuju psikologis USD100.000. Sebaliknya, pemulihan yang mampu merebut kembali dan bertahan di atas USD110.000—serta menembus MA 50 hari di sekitar USD114.000—akan jadi sinyal awal bahwa “kutukan September” berpotensi dipatahkan.
Indikator momentum belum sepenuhnya seirama. RSI 14 berada di kisaran 40 yang menunjukkan bias lemah namun belum oversold ekstrem. Stochastic tinggi mengisyaratkan pantulan pendek bisa cepat kehilangan tenaga; MACD masih negatif dan ADX di kisaran menengah-tinggi menandakan tren turun belum benar-benar padam.
Ringkasan sinyal juga serasi dengan itu. Indikator memberi “Sangat Jual”, sementara moving average menampilkan campuran—MA5 masih mendukung pantulan, MA10/20/50 menekan, dan MA200 tetap konstruktif—mencerminkan tren jangka panjang yang masih naik tetapi tengah mengalami koreksi menengah.
Untuk pelaku pasar rupiah, level pivot klasik harian berada sekitar Rp1,801 triliun per BTC. Di bawahnya mengintai support bertahap sekitar Rp1,789 triliun lalu Rp1,774 triliun; ke atasnya, hambatan terdekat berada di sekitar Rp1,816 triliun kemudian Rp1,828 triliun.
Pergeseran harga di sekitar rentang ini kemungkinan menjadi panggung pertama Bitcoin sepanjang pekan-pekan awal September, dengan volatilitas yang cenderung meletup ketika berita suku bunga atau pasokan likuiditas obligasi masuk kalender.
Rekomendasi Sell on Strenght?
Rekomendasinya, pendekatan yang paling rasional di bulan yang terkenal “merah” ini adalah disiplin dan bertahap. Trader jangka pendek lebih masuk akal memperlakukan reli sebagai peluang sell on strength selama harga belum mampu menutup dan bertahan di atas MA 50 hari.
Manajemen risiko ketat dengan henti-rugi sedikit di bawah USD105.000 bisa melindungi dari skenario turun ke USD100.000. Bagi swing trader, skenario buy the dip baru menarik ketika area USD103.000–USD105.000 terbukti menjadi lantai yang kukuh disertai konfirmasi volume.
Target awal wajar diletakkan kembali ke USD110.000–USD114.000. Investor jangka lebih panjang yang menilai tren struktural masih naik sebaiknya tetap sabar dan akumulatif, memprioritaskan pembelian bertahap pada pelemahan sambil menghindari ukuran posisi besar sebelum FOMC memberikan kejelasan arah suku bunga.
Intinya, sampai Bitcoin merebut kembali wilayah di atas USD114.000 dengan volume yang sehat, bias dasar September masih netral-cenderung defensive. Bila dukungan USD105.000 runtuh, pasar berpeluang menguji tiga digit di bawah USD100.000, tetapi jika bertahan dan menembus ke atas, ruang untuk reli short covering terbuka lebar.(*)