KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin saat ini berada dalam fase yang jauh lebih rapuh dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Saat itu, reli Bitcoin menuju USD110.000 berlangsung hampir tanpa hambatan.
Koreksi tajam ke kisaran USD80.000 menandai titik balik penting dalam struktur pasar, terutama karena tekanan jual yang datang bukan dari investor ritel atau trader jangka pendek. Tekanan datang dari kelompok yang paling berpengaruh, yaitu whale awal, dengan basis biaya sangat rendah.
CEO CryptoQuant Ki Young Ju menjelaskan, penjualan besar dari whale lama menjadi faktor utama yang menekan harga. Kelompok ini memegang Bitcoin di level rata-rata sekitar USD16.000. Lonjakan harga ke atas USD100.000 memberi mereka ruang keuntungan masif.
Penjualan whale lama berjalan konsisten dalam ukuran ratusan juta dolar per hari. Arus jual sebesar ini menciptakan tekanan struktural yang tidak mampu diimbangi oleh permintaan institusional, meskipun ETF Bitcoin dan MicroStrategy masih melakukan pembelian, terutama pada awal 2025.
Terjadi Pergeseran Pola Permintaan
Dinamika permintaan memang berubah signifikan. Pada paruh pertama 2025, arus masuk spot ETF membantu menaikkan harga dan memulihkan sentimen pasar. Namun, memasuki November, pola tersebut mulai bergeser.
Data Farside Investors menunjukkan ETF masih mencatatkan arus masuk bersih sebesar USD42,8 juta pada 26 November. Tetapi, angka ini relatif kecil bila dibandingkan skala distribusi dari whale awal. Secara kumulatif, ETF memang sudah mengumpulkan USD62,68 miliar, tetapi ritme akumulasi kini melemah sehingga tidak lagi menjadi penopang dominan seperti sebelumnya.
Sementara itu, institusi seperti MicroStrategy mempunyai basis biaya yang jauh lebih tinggi, sehingga pembelian tambahan harus berhitung lebih hati-hati pada level harga saat ini. Whale institusi lain—misalnya dompet dengan lebih dari 10.000 BTC yang bertahan lebih dari 155 hari—mencatatkan biaya rata-rata sekitar USD38.000.
Bahkan trader Binance yang masuk posisi sekitar USD50.000 juga telah berada dalam kondisi profit. Kondisi ini memungkinkan lebih banyak aktor pasar untuk melakukan realisasi keuntungan, sehingga menambah tekanan jual di tengah momentum harga yang melemah.
Analisis siklus pasar yang dipaparkan Ki Young Ju memberikan gambaran yang lebih dalam. Berdasarkan indeks profit-and-loss on-chain dengan MA 365 hari, Bitcoin kini memasuki fase siklus yang disebut “shoulder”, yaitu fase antara puncak euforia dan awal pelemahan struktural.
Fase ini biasanya memberikan ruang naik yang terbatas dan cenderung diikuti periode konsolidasi panjang atau koreksi sedang. Yang menarik, pengganda valuasi yang sebelumnya sangat kuat kini tidak lagi memberikan efek signifikan.
Pada fase bullish sebelumnya, penambahan modal baru memiliki efek berlipat dalam mendorong kapitalisasi pasar Bitcoin. Tetapi pada fase siklus saat ini, pengganda tersebut tidak bekerja seefisien sebelumnya. Inilah yang mencerminkan berkurangnya daya dorong momentum.
Proyeksi Skenario Kehancuran Bitcoin
Meskipun demikian, Ki Young Ju tidak memproyeksikan skenario kehancuran seperti koreksi 70–80 persen yang pernah terjadi dalam siklus 2018 atau 2022. Berdasarkan data leverage futures, rasio long-short, serta aliran jual-beli antar exchange, koreksi maksimum yang dinilai masuk akal adalah sekitar 30 persen dari puncak.
Ini yang kemudian menempatkan target bawah di sekitar USD70.000 apabila tekanan jual berlanjut. Estimasi ini konsisten dengan pola teknikal dan on-chain di penghujung fase bullish jangka panjang.
Sentimen pasar saat ini lebih condong kepada kehati-hatian daripada optimisme. Meskipun tidak ada tanda-tanda keruntuhan besar, pasar belum menunjukkan fondasi yang kuat untuk memulai reli baru.
Rasio leverage yang tinggi menandakan bahwa banyak trader jangka pendek masih memegang posisi spekulatif, sehingga meningkatkan risiko forced liquidation bila volatilitas meningkat. Pada saat yang sama, arus masuk institusi belum cukup kuat untuk memberikan dorongan baru, sementara whale awal masih memiliki ruang keuntungan besar untuk terus menekan harga.
Analisis ini menunjukkan bahwa Bitcoin sedang bergerak di fase akhir siklus bullishnya. Tekanan jual struktural, menurunnya kekuatan akumulasi institusi, berkurangnya efektifitas modal baru, dan posisi on-chain di fase “shoulder”, semuanya menunjukkan bahwa ruang reli besar dalam waktu dekat akan sangat terbatas.
Namun, dengan dasar permintaan institusional yang tetap stabil dan tanpa tanda-tanda panic selling, pasar masih berada pada jalur yang sehat. Hanya saja, momentum kenaikannya tidak lagi agresif seperti sebelumnya.(*)