KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin kembali menjadi pusat perhatian setelah berhasil menembus level psikologis USD100.000. Sayangnya, seiring reli besar ini, mulai muncul tanda-tanda kelelahan pasar.
Arah pergerakan Bitcoin tampak goyah, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah kenaikan ini masih memiliki tenaga atau justru tengah menuju jebakan klasik? Ya, bull trap, sering kali muncul di fase akhir reli panjang.
Selama sebulan terakhir, performa Bitcoin menunjukkan pola yang kurang meyakinkan. Dari 30 hari perdagangan, hanya separuh yang mencatat kenaikan, sementara sisanya dikuasai tekanan jual. Kapitalisasi pasar kripto global pun terkoreksi sekitar 20 persen dari rekor tertingginya di Desember 2024. Pasar sedang masuk ke fase konsolidasi setelah euforia panjang.
Harga Bitcoin sempat menyentuh USD98.800 pada 5 November sebelum kembali menguat ke atas USD100.000. Tetapi rentang pergerakan yang terbatas di antara USD99.000 hingga USD107.000 memperlihatkan pasar sedang mencari arah baru.
Secara fundamental, lonjakan Bitcoin sepanjang 2025 sebenarnya didukung oleh faktor yang sangat solid, yaitu kejelasan regulasi di Amerika Serikat, arus masuk dari ETF spot Bitcoin, serta meningkatnya minat institusional akibat pelemahan dolar dan ketegangan geopolitik global.
Namun, momentum itu kini mulai mereda. Aksi ambil untung pascareli cepat sejak Agustus menjadi tekanan alami di pasar. Kondisi ini diperparah dengan membaiknya hubungan AS–China pasca pertemuan Trump dan Xi.
Likuiditas global yang semula mengalir deras ke aset berisiko seperti kripto mulai berpindah ke aset aman dan pasar saham tradisional.
Selain faktor geopolitik, kebijakan moneter AS juga berperan besar. Ketidakpastian arah suku bunga The Fed menciptakan atmosfer waspada, terutama bagi aset tanpa imbal hasil seperti Bitcoin.
Di sisi lain, tarif impor baru yang diberlakukan Washington terhadap sejumlah negara, mempertebal ketidakpastian ekonomi global. Investor ritel maupun institusi lebih selektif dalam mengambil risiko. Dampaknya luas, altcoin besar seperti Ethereum dan Solana ikut terkoreksi. Pasar kripto sepertinya sedang mengalami fase normalisasi setelah periode pertumbuhan berlebihan.
Tren Jangka Menengah Masih Kuat?
Dari sisi teknikal, area USD99.000–100.000 kini menjadi support psikologis sekaligus garis pertahanan utama. Jika level ini jebol, tekanan jual berpotensi meningkat menuju area USD93.000, dan akan menandai pembalikan tren jangka pendek.
Namun, bila harga mampu bertahan dan menutup pekan di atas USD100.000, peluang rebound menuju USD107.000–108.000 kembali terbuka. Posisi harga yang kini mendekati rata-rata pergerakan 200 hari di USD102.700 juga menjadi parameter penting untuk menilai apakah tren jangka menengah masih kuat.
Meski begitu, sejumlah analis memperingatkan risiko bull trap yang mulai terbentuk. Pola ini sering muncul ketika pasar terlihat masih bullish di permukaan, tetapi momentum pembelian mulai melemah dan didominasi oleh trader ritel yang terlambat masuk.
Ketika volume menurun dan likuiditas mulai menipis, reli semu ini berisiko berbalik menjadi koreksi tajam, meninggalkan banyak pembeli baru dalam posisi rugi.
Gambaran keseluruhannya jelas, pasar Bitcoin saat ini berada di fase keseimbangan rapuh antara optimisme jangka panjang dan kehati-hatian jangka pendek. Fundamental jangka menengah tetap solid, tetapi kondisi teknikal menunjukkan pasar sedang menguji ketahanan psikologis di area USD100.000.
Jika harga bertahan di atas level ini dengan volume yang sehat, peluang menuju rekor baru tetap terbuka. Namun, jika tekanan jual meningkat, koreksi menuju USD93.000 tidak bisa dihindari.
Bitcoin kini kembali menjadi ujian bagi keyakinan investor, apakah reli ini masih berakar pada fundamental yang kuat, atau sekadar pantulan sementara di tengah euforia yang mulai kehilangan tenaga.(*)