KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin (BTC) pada Kamis pagi, 9 Oktober 2025, mengalami koreksi ringan sebesar 1,39 persen atau turun sekitar Rp28,33 juta. Saat ini posisinya berada di kisaran Rp2.014.988.403 per BTC.
Meski terkoreksi, tren teknikal secara keseluruhan masih menunjukkan arah bullish kuat, dengan mayoritas indikator dan moving average mengonfirmasi sinyal beli yang solid. Pasar tampaknya sedang berada dalam fase konsolidasi sehat, setelah reli signifikan dalam beberapa pekan terakhir yang membawa Bitcoin ke area psikologis Rp2 miliar.
Dari sisi teknikal, analisis indikator menunjukkan sentimen “Sangat Beli” secara keseluruhan. Berdasarkan data teknikal terakhir, 8 indikator menunjukkan sinyal beli, 1 netral, dan hanya 1 sinyal jual. Artinya, momentum bullish masih dominan meski tekanan jangka pendek mulai muncul akibat aksi ambil untung.
Indeks Relative Strength Index (RSI) berada di level 63,6, menandakan momentum positif namun sudah mendekati area jenuh beli. Sementara indikator Stochastic (9,6) bahkan mencapai 98,1, mengindikasikan kondisi overbought atau potensi koreksi ringan di jangka pendek.
Artinya, harga telah bergerak cukup cepat dalam waktu singkat, sehingga sebagian pelaku pasar mungkin mulai melakukan profit-taking. Namun, indikator lain seperti ADX (52,3) memperlihatkan tren yang masih sangat kuat. Begitu pula Ultimate Oscillator (60,2) yang tetap mendukung arah positif.
Menariknya, sinyal MACD (12,26) menunjukkan posisi negatif (-32.928.627). Sinyal ini menjadi satu-satunya indikasi lemah dalam struktur teknikal saat ini. Nilai MACD ini menandakan potensi pergeseran momentum jangka pendek, di mana Bitcoin bisa saja memasuki fase konsolidasi horizontal sebelum melanjutkan tren naik berikutnya.
Meski begitu, indikator lain seperti Bull/Bear Power (89.778.376) dan CCI (78,67) masih memperlihatkan dorongan beli yang kuat. Artinya, tekanan jual belum cukup besar untuk membalikkan arah tren utama.
Sementara itu, seluruh Moving Average (MA) dari periode menengah hingga panjang masih memberikan sinyal beli. Dari MA10 hingga MA200, semua menunjukkan arah naik yang konsisten.
Secara teknikal, kondisi ini mengindikasikan reversal jangka pendek yang bersifat sementara, bukan perubahan tren besar.
Jika dilihat dari pivot points klasik, level support penting berada di Rp2.029.392.682 (S1) dan Rp2.005.766.357 (S2), sementara area Rp2.047.195.349 menjadi titik pivot yang akan menjadi kunci arah pergerakan selanjutnya.
Selama Bitcoin mampu bertahan di atas level pivot tersebut, prospek kenaikan menuju Rp2.070.000.000–Rp2.088.000.000 (R1–R2) masih terbuka lebar. Namun, jika terjadi penembusan ke bawah Rp2,02 miliar, koreksi bisa meluas ke area Rp1,98 miliar sebelum kembali menemukan support kuat dari minat beli investor jangka menengah.
Dari sisi volatilitas, indikator ATR (14) menunjukkan nilai yang sangat tinggi di kisaran 44.455.497, menandakan bahwa fluktuasi harga tetap agresif. Artinya, pergerakan intraday Bitcoin bisa tetap lebar, dan investor perlu memperhatikan risiko lonjakan harga yang cepat di dua arah.
Meskipun volatilitas ini berpotensi menghadirkan risiko, bagi trader aktif justru menjadi peluang untuk mengambil posisi beli di level lebih rendah (buy on dips).
Secara fundamental, sentimen pasar kripto masih relatif positif. Optimisme investor terhadap adopsi AI dan blockchain enterprise, meningkatnya volume transaksi ETF Bitcoin global, serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve memberi dukungan pada aset berisiko seperti kripto.
Dengan inflasi yang mulai terkendali di AS, investor global cenderung kembali ke aset spekulatif berimbal hasil tinggi, dan Bitcoin menjadi salah satu pilihan utama.
Melihat keseluruhan data teknikal dan kondisi pasar, proyeksi Bitcoin dalam jangka pendek hingga menengah tetap positif. Meskipun koreksi saat ini bisa berlanjut dalam beberapa sesi ke depan, tren besarnya masih bullish.
Selama harga mampu bertahan di atas Rp2 triliun, peluang untuk menguji kembali area resistensi Rp2,07 triliun hingga Rp2,12 triliun masih terbuka. Sebaliknya, penurunan di bawah Rp1,98 triliun akan menjadi sinyal waspada yang dapat memicu tekanan jual lebih dalam.
Secara strategi, pendekatan “buy on weakness” masih disarankan bagi investor yang memiliki horizon menengah hingga panjang. Level ideal akumulasi berada di kisaran Rp1,97–Rp2,00 triliun, dengan target kenaikan jangka menengah ke area Rp2,10–Rp2,20 triliun.
Bagi trader jangka pendek, kehati-hatian tetap diperlukan mengingat potensi volatilitas tinggi dan sinyal overbought di beberapa indikator momentum.
Kesimpulannya, Bitcoin sedang beristirahat di tengah tren naik yang kuat. Koreksi ini lebih merupakan jeda teknikal sebelum potensi lanjutan reli, bukan tanda pembalikan arah.
Selama tren fundamental dan struktur teknikal tetap positif, Bitcoin diperkirakan akan melanjutkan kenaikannya menuju level lebih tinggi, menegaskan posisinya sebagai aset kripto utama di tengah perubahan lanskap keuangan global.(*)